BEIJING - Presiden Venezuela Nicolas Maduro telah
memulai kunjungan ke China untuk meneken serangkaian kesepakatan terkait
pinjaman Beijing guna memperkuat ekonomi negaranya yang dilanda krisis.
Dalam aksi diplomasinya, penerus Hugo Chavez ini memuji pendiri pemerintahan Komunis China, Mao Zedong, dengan membungkuk tiga kali di makamnya, di Beijing.
"Kami memulai kunjungan kenegaraan ini dengan cara terbaik karena kami datang untuk memberi penghargaan kepada nakhoda besar Mao Zedong," kata Maduro, pada hari Jumat (14/9/2018).
"Saya sangat tersentuh karena itu benar-benar mengingatkan pada salah satu pendiri besar abad 21," ujarnya.
Dalam aksi diplomasinya, penerus Hugo Chavez ini memuji pendiri pemerintahan Komunis China, Mao Zedong, dengan membungkuk tiga kali di makamnya, di Beijing.
"Kami memulai kunjungan kenegaraan ini dengan cara terbaik karena kami datang untuk memberi penghargaan kepada nakhoda besar Mao Zedong," kata Maduro, pada hari Jumat (14/9/2018).
"Saya sangat tersentuh karena itu benar-benar mengingatkan pada salah satu pendiri besar abad 21," ujarnya.
Para pemimpin asing biasanya memilih untuk tidak mengunjungi makam Mao,
sosok yang dianggap bertanggung jawab atas kematian jutaan orang China
selama peristiwa Great Leap Forward 1949 dan Revolusi Kebudayaan 1976.
Mantan Presiden Kuba Raul Castro adalah pemimpin internasional terakhir yang mengunjungi situs yang menghadap ke Lapangan Tiananmen tersebut pada tahun 2005 atau 10 tahun setelah kakaknya, Fidel Castro, pada tahun 1995.
Pada hari Jumat, Maduro dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menyaksikan penandatanganan 28 kesepakatan yang menurut presiden Venezuela bernilai miliaran dolar.
Nota kesepahaman yang diteken termasuk kesepakatan peningkatan kerja sama dalam eksplorasi bersama gas di Venezuela, aliansi strategis dalam penambangan emas dan pasokan produk farmasi.
Mantan Presiden Kuba Raul Castro adalah pemimpin internasional terakhir yang mengunjungi situs yang menghadap ke Lapangan Tiananmen tersebut pada tahun 2005 atau 10 tahun setelah kakaknya, Fidel Castro, pada tahun 1995.
Pada hari Jumat, Maduro dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menyaksikan penandatanganan 28 kesepakatan yang menurut presiden Venezuela bernilai miliaran dolar.
Nota kesepahaman yang diteken termasuk kesepakatan peningkatan kerja sama dalam eksplorasi bersama gas di Venezuela, aliansi strategis dalam penambangan emas dan pasokan produk farmasi.
Baca Juga : Gadis Kampung Tertipu & Akhirnya Hilang Keperlawanan
Baca Juga : Artis Indonesia yang Berhasil Di Rekam Bermain Cinta
Baca Juga : Cerita Misteri Aneh Rumah Bordil Super Mewah Di Indonesia
Baca Juga : Artis Indonesia yang Berhasil Di Rekam Bermain Cinta
Baca Juga : Cerita Misteri Aneh Rumah Bordil Super Mewah Di Indonesia
Maduro, yang akan meninggalkan China pada hari Minggu (16/9/2018) besok, menyebut negara tersebut sebagai "kakak perempuan" Venezuela. Sedangkan Wang mengatakan kedua negara bertujuan untuk memiliki hubungan sebagai "sekuat Tembok Besar China".
Sekadar diketahui, China adalah kreditur utama Venezuela dan telah meminjamkan USD50 miliar dalam satu dekade terakhir. Konsultan Venezuela, Ecoanalitica, menyatakan Maduro dapat kembali ke negaranya dengan membawa pinjaman USD5 miliar.
Maduro juga bertemu dengan mitranya dari China, Presiden Xi Jinping, yang mengatakan kepadanya bahwa China mendukung upaya pemerintah Venezuela untuk mewujudkan pembangunan nasional yang stabil.
"China bersedia untuk memperkuat pertukaran pengalaman dalam mengatur negara dan politik dengan Venezuela," kata Xi yang dikutip media pemerintah CCTV, Sabtu (15/9/2018).
Baca Juga : Kumpulan Wanita Seksi, Montok yang lagi Hits Di Indonesia
Baca Juga : Cristiano Ronaldo Memiliki Banyak Wanita Seksi Di Dalam Rumah
Baca Juga : Aplikasi Hp yang Bisa Melihat Manusia Tanpa Busana Alias Bugil
Baca Juga : Cristiano Ronaldo Memiliki Banyak Wanita Seksi Di Dalam Rumah
Baca Juga : Aplikasi Hp yang Bisa Melihat Manusia Tanpa Busana Alias Bugil
Anjloknya harga minyak mentah dunia, ditambah dengan Dana Moneter Internasional yang memproyeksikan tingkat inflasi Venezuela sebesar 1.000.000 persen pada akhir 2018, telah menenggelamkan Venezuela ke dalam krisis keuangan yang mendalam.
Pemerintah Venezuela telah secara besar-besaran mendevaluasi mata uang nasional sebagai bagian dari serangkaian tindakan yang dimaksudkan untuk menghentikan jatuhnya ekonomi negara itu ke taraf hiperinflasi.
Ratusan ribu orang Venezuela telah melarikan diri dari negaranya, sebagian besar dari mereka ke negara-negara Amerika Latin lainnya, karena kesulitan ekonomi.
0 komentar:
Posting Komentar