Cerita panas sebelum ini adalah cerita dewasa terbaru bergambar Dipaksa Melayani Nafsu Birahi Istri Tetangga Binal, kali ini ada cerita seks mesum Cerita Sex Birahi Sepupu Istriku Yang HOT, selamat membaca.
Pertama kali aku mengenal dirinya, aku kagum dengan budi pekerti dan kesopanan bicaranya. Saat itu aku masih ingat, dia sudah duduk di bangku akhir SLTP dan usianya menginjak 15 tahun. Waktu itu aku sudah bertunangan dengan kakak sepupunya yang sekarang telah menjadi istri tercintaku dan dikaruniai seorang putra yang imut.
Sebut saja namanya Fitri, seorang istri 23 tahun, ibu dari balita berusia satu tahun yg berwajah teduh dengan sorot mata tajam yg membuat libidoku bergejolak setiap kali bertemu pandang dengannya. Senyum dari bibirnya yg tipis, dipadu dengan lekukan bra 34B yg selalu tercetak dengan jelas di balik setiap pakaian ketat yg dikenakannya, plus, legging yg menjadi kesukaannya selalu membuat penisku menggeliat liar. Suaminya berprofesi sebagai supir distributor F&B yg diproduksi dari daerah ini, untuk didistribusikan ke berbagai hotel di Jakarta; yg pulang setiap seminggu sekali.
Kembali pada pokok cerita, mudik kali ini aku kembali bertemu dengannya saat keluarganya termasuk sepupu istriku mengunjungi keluarga istriku untuk bertamu; selepas mengetahui bahwa aku dan istriku sudah sampai di kampung halaman. Posisi dudukku berada di ruang tengah, dan istriku berada di dapur. Setelah bersalaman, Fitri segera mencari istriku di dapur. Sensor tinggi dari telingaku menangkap komunikasi mereka dalam bahasa daerah, yg jika diartikan kurang lebih seperti ini:
I: Istriku
F: Fitri
A: Aku
F: “Teteeeh! Apa kabaaar??? Udah lama ga ketemu! Makin molegh (padet) aja teh!”
I: “iiih Si Fitri bisa ajjaaah… yg ada kamuh yg makin seksi ajah! Tuh liat, kemejanya aja udah meletet begitu! Jadi keliatan atuh dalemnya kalo kancingnya ketat begituh”!
F: “Ah, gapapa teh… sedekah buat cowo!”
Kebetulan memang aku duduk di sofa panjang yg memungkinkanku untuk melihat jelas ke arah dapur. Fitri dan istriku mengobrol dalam posisi berdiri, dan Fitri mengenakan kemeja putih agak transparan dgn tanktop hitam sebagai daleman, dipadu dgn legging berwarna hitam yg membentuk dengan jelas bagian pinggul ke bawah. Fantasiku semakin liar ketika kuperhatikan dari jauh, tidak ada ceplakan celana dalam di legging si Fitri… which means dia menggunakan g-string -atau jangan2- tidak menggunakan underwear sama sekali!
Lamunanku buyar tatkala keponakanku memanggilku minta THR, maka untuk sejenak aku mengalihkan perhatian sejenak ke para ponakanku untuk memberikan THR yg memang telah kusiapkan dlm amplop angpau warna pink. Tidak disangka, si Fitri tiba2 sudah persis di sampingku.. duduk dgn gaya manja di dudukan untuk tangan di sofaku.
F: “Ooommm… buat Pitri maannaaahh?”
A: “Kamu udah nini nini begitu masa masih mau THR?”
F: “Namanya juga ibu rumah tangga yg kesepian ditinggal suami kerja, oom… jadi wajar atuh dapet THR dari siOm! Bener kan teh? … (Keluarga tertawa mendengar celetukan Fitri)”
I: “iyah yang, gapapa… kasih dua amploplah sekalian buat si kecil..”
A: “Yasudaah kalau begituuuu…”
Sesaat kukeluarkan dua buah amplop angpau dari tas kecil berwarna hitam yg selalu kubawa kemana-mana dan kuberikan keduanya ke jemari lembut bersih si Fitri.
F: “Aduuuh… Siom mah baik banget! Andaikan AAnya Pitri kaya siOm…”
Kuanggap kalimat itu sebagai sebuah kalimat “basa basi” karena keinginannya telah terpenuhi.
Sekian lama kami bercengkerama dgn anggota keluarga lainnya di ruang tengah, dan Fitri masih tidak beranjak dari tempatnya semula. Bahkan beberapa kali, entah dilakukan dgn sengaja atau tidak, ia melingkarkan tangannya ke belakangku. Karena posisinya berada di pinggir sofa (dudukan tangan), maka saat ia melingkarkan tangannya, otomatis payudaranya beberapa kali menyentuh daun telingaku.
Lagi2 kubuang otak mesumku dengan berpikir bahwa ini adalah sepupu istriku yg SUDAH BERSUAMI.. maka kuanggap ini sebagai “kebetulan” belaka walaupun aku berusaha keras untuk menahan pikiran liarku yg seolah menggedor setiap pintu di dalam otakku, meminta paksa untuk dibebaskan dgn segera!
—Skip—
Hampir memasuki waktu malam, keluarga Fitri pamit, namun tanpa dirinya. Dia bilang mau nginep beberapa hari mau ngobrol2 sama tetehnya (istriku). Jadi, keluarganya pulang tanpa Fitri dan anaknya.
Seperti biasa, aku mengambil posisi di ruang tengah karena aku perokok berat, sementara istriku dan sepupunya ngobrol di ruang TV sambil Fitri menidurkan anaknya yg masih berusia 1,5 tahun itu. Karena suasana santai, maka Fitri telah berganti kostum menggunakan tanktop dan hotpants warna pink saat ngobrol dgn istriku. Penisku semakin berdenyut melihat pemandangan seperti itu di depanku.
Spoiler for Kurang lebih penampakan seperti ini:
Tak lama kemudian, aku ingin buang air kecil, dan kebetulan di kamar mandi ada Abah, orang tua laki-laki istriku. Jadi, aku bilang ke istriku bahwa aku mau ke pincuran (pancuran yg difungsikan untuk tempat mandi/mencuci pakaian/buang air kecil).
A: “Aku pipis di pincuran aja deh… di kamar mandi penuh”
I: “Ya udah sanah, hati2 gelap! Jalannya licin loh…”
A: “Iya gapapa, pelan2 aja”
F: “Pitri ikut, Om… Udah nahan juga dari tadi…mana si Abah lama banget lagih..”
Deg! Apakah ini waktunya? Tuhan, kok ya cepat sekali Kau beri aku ujian yg berat ini
A: “oh gitu? Hayuk atuh…”
Dan aku mengambil hpku untuk difungsikan sebagai senter. Aku berjalan di belakang Fitri yg sedang memakai jaket sembari mencari sendalnya di depan rumah. Saat ia merunduk, dengan jelas aku bisa melihat bongkahan pantat kenyalnya yg dibalut shortpant karet warna pink -dan lagi2- tanpa ceplakan celana dalam!
A: “… … …”
F: “Om, kok ngelamun gitu??”
A: “Ah, nggak… Itu lagi ngeliatin jalan ke pincuran, ternyata gelap juga ya? (Ngeles)”
F: “Di sini emang gitu, Om… Ga ada lampu buat ke pincuran… Hayuk atuh!”
Maka kami berjalan beriringan, dan para suhu pasti bisa menebak bahwa aku kembali memposisikan diri berjalan di belakang Fitri untuk memperhatikan ayunan pinggul, pantat, dan paha mulusnya haha. Tidak berapa lama kemudian di tengah jalan berembun yg licin, dia terpeleset. Karena aku persis berada di belakangnya, maka aku dgn sigap menangkap tubuhnya… Dan dengan jelas aku bisa melihat payudaranya yg terbalut tanktop pink di balik jaketnya yg hanya diritsleting setengahnya. Yg lebih membuatku kaget, dari selipan tanktop pink itu aku tidak melihat adanya bra atau kemben atau apapun itu untuk menutupi putingnya! God damned! I think this situation is well prepared!
F: “Aduh! Maaf Om… Licin banget jalannya!”
A: “Iya, udah mulai ngembun soalnya! Pelanpelan aja, Fit! Yuk sini…”
F: “Iya Om, pelan2 yah…”
Entah kenapa, tanganku secara otomatis meraih pinggulnya untuk berjalan berdampingan denganku, namun posisi Fitri berada agak ke depan, dengan tanganku tetap melingkar di pinggulnya; sehingga dengan bebas penis tegangku yg masih terbungkus celana pendek warna hitam ini bisa kugesekkan ke hotpants karetnya yg berwarna pink.
Langkah demi langkah kami berjalan pelan sekali, dan setiap langkah terhenti, penisku kugesekkan ke bongkahan pantat sebelah kanannya sambil tangan kiriku menahan pinggulnya, terlihat seolah berhati hati tetap menahan agar Fitri tidak terpeleset lagi. Entah disengaja tau tidak, kok ya di setiap langkah itu dia seperti mengerti maksudku. Setiap kugesekkan penisku ke pantatnya, dia seperti menekan pantatnya ke batangku… Setiap kali pasti begitu! Jarak antara rumah ke pincuran yg hanya 20 meter-an sepertinya terasa lama sekali karena kami melangkah “sangat hati2″ … Atau lebih tepatnya, “saling menikmati” kali ya!
Sesampainya di depan pincuran, aku segera menurukan celanaku dan penisku yg tegang sedari tadi langsung terbebas dari sangkarnya. Tapi aku baru sadar, bahwa tanganku masih pegang telepon yg kufungsikan sebagai senter. Tanpa pikir panjang, kupanggil Fitri untuk pegang teleponku, jd aku bisa buang air kecil dgn leluasa.
A: “Fit, tolong pegang teleponku doong… Tadi lupa main masuk aja”
F: “Iyaah Om, kadieukeun atuh hapenyaah…”
Agar para suhu bisa membayangkan, pincuran ini berada di bawah jalan setapak; terdiri dari beberapa buah bilik yg saling bersebelahan. Kebetulan pincuran ini tdk memiliki tempat BAB, tapi memang dikhususkan untuk pipis atau mencuci baju. Sebuah bilik pincuran berukuran kurang lebih 2×3 meter, dengan air yg selalu mengalir selama 24 jam dari sebuah pipa PVC.
Kembali ke jalan cerita, karena memang posisi badan jalan ke pincuran licin karena embun, maka bisa ditebak… Fitri, perempuan dengan dada 34B itu kembali terpeleset saat ingin meraih teleponku, dan aku reflek membalikkan badanku untuk menangkapnya.
BRUKKK!!!
Aku menangkapnya untuk kedua kalinya. Bedanya, kali ini posisi tubuhku agak membungkuk (masih dlm posisi berdiri) dan tubuh kami saling berhadapan, dan lebih parahnya lagi, penisku berada dalam posisi bebas dengan kepala Fitri berada di dadaku. Yg membuatku heran, kali ini tidak ada reaksi dari si Fitri.
A: “Fit, kamu gapapa?”
F: “… … …”
A: “Fit, kamu kenapa? (Sambil kuletakkan tanganku di wajahnya)”
F: “(posisi wajah masih menghadap bawah)Iya, Pitri ga apah2…
(Mengubah posisi wajah menatapku)…
Kontol qamuh gede juga yah?”
OMG!!! Bagai disambar petir rasanya! SHIT!!! Ternyata posisi tangannya sudah memegang penisku dengan lembut. Perasaanku campur aduk antara khawatir dgn kondisinya, tapi juga sekarang shock karena posisi tangannya sudah berada di penisku yg tegang sedari tadi.
F: “Masih mau pipis ga, Om kalo diginiin? (Sambil mengocok penisku maju mundur dgn perlahan)…”
A: “Ouw… nakal banget kamu, Fit! Kalo aku bilang udah ga mau pipis lagi, gimana?”
F: “Hihihi… Mmm… Kalo kamu ga mau pipis, nih, matiin lampu flashnya dong, om… Soalnya Pitri mau pipis sebentar…”
Tangan Fitri tetap memegang penisku sambil berjalan perlahan ke tempat pipis di pincuran. Kemudian, dia menurunkan hotpants karet pinknya sampai batas lutut, dan berjongkok untuk pipis… Jadi posisi wajahya persis berada di depan penisku yg semakin tegang.
F: “Deketan atuh, Om… Biar bisa sekalian…”
A: “… … …”
Dengan sigap aku mematikan flashku sambil melangkah maju ke depan sehingga posisi testisku menempel ke pipi si Fitri. Tangannya tetap mengocok penisku dengan perlahan, namun dilakukan dgn genggaman yg kuat.
F: “Si Teteh pasti seneng banget dapetin qamuuh… Udah baik, gak pelit, pasti pinter ngewe kalo kontolnya gede begini”
Aku tidak menduga bahasa seliar itu bisa keluar dari mulut kecil nan menggairahkan yg selama di depan keluarga istriku selalu mengeluarkan kalimat yg santun. Aku tidak mengira di balik sosok sepupu istriku ini tersimpan figur iblis wanita yg ganas dan bisa keluar di saat2 tertentu… seperti yg terjadi padaku saat ini.
A: “Haha… kok kamu bisa bilang gitu, Fit? Ukuranku bukannya ukuran standar laki2 Asia?”
F: “(Sambil menempelkan bibirnya ke penisku)… Mmmh Pitri mah teu ngarti … Mmmhh… urusan Asia Asia-an… Yg penting sekarang Pitri tau kalo kontol kamu gede! Lebih gede dari suami aquh…mmmhh”
Fitri yg masih dlm posisi jongkok dengan hotpants pink yg turun setengah, telah menempelkan bibirnya di penisku dan mulai menjilati ujung penisku dengan jilatan-jilatan kecil persis seperti yg aku inginkan! Jilatan jilatan kecil dekat lubang penis yg menimbulkan sensasi ngilu nikmat yg akan membangkitkan libido tinggi yg selama ini bersembunyi di dalam tubuhku.
Kemudian, dia mulai mengulum kepala penisku… bibirnya berusaha menyesuaikan dengan penisku dengan ukuran mulutnya yg mungil, dan kembali memainkan lidahnya di sekitar lubang dan lingkaran kepala penisku. Perlahan, dia mulai menjelajahi penisku lebih dalam; lebih turun lagi dan semakin ke bawah.
Aku merasa ujung penisku telah menyentuh sesuatu, yg menurutku adalah ujung kerongkongannya. Sepertinya dia berusaha menjangkau pangkal penisku, namun tak kuasa, sehingga ia tersedak dan mengeluarkan penisku dari mulutnya… Diikuti dengan air liur yg melimpah ruah dan masih tersambung antara penisku dan bibir mungilnya.
A: “Ouw… kamu seksi banget sih, Fit! Aku suka banget sama gaya blowjob kamu!”
F: “Ssshh.. Haaah… Pitri ga kuat kalo semua, Om! Sluurpp… Kontol kamu kok lain yah? Jadi penasaran.. sshhh.. masa aku ga bisa fellatio-in qamuuh…”
DAMN… Man! She knows about Fellatio! Suatu hal yg hanya berada dalam imajinasiku bahwa istriku suatu saat tahu banyak mengenai sex seperti apa yg kuharapkan… Namun ternyata harus kudapatkan dalam sosok sepupunya!
Akupun mulai memberanikan diri untuk lebih membungkuk. Sambil memegang hp, jemari tangan kiri kufungsikan untuk membelai rambutnya, sementara jari tangan kananku yg bebas mulai menurunkan sedikit retsleting bagian atas jaketnya, untuk kemudian masuk ke balik tanktop bagian atas… Dan ternyata benar: Fitri tidak pakai BRA!
Jemari kananku semakin leluasa membelai dan meremas-remas dada kirinya, sementara penisku masih berada dalam kuluman bibir mungil Fitri. Dengan perlahan kuapit putingnya dengan telunjuk dan jari tengahku, dan kupilin dengan sangat hati hati.
F: “uuhh… auw.. Kamu pinter banget sih sayaaang… Mmhhh… sayang pinter mainin pentil Pitri.. Eemmhhh.. (Sambil terus maju mundur perlahan memainkan penisku dlm mulutnya)”
A: “(berbisik) Sssttt… Jgn kenceng2, Fit! Nanti kedengeran orang ga enak akh! Terusin, Fit… Kamu suka yah blowjob-in aku?”
F: “Iya… MmpPhhrrr.. Pitri suka kontol kamu sayang! Cup..plup… Pitri suka nyepongin kontol kamu”
A: “Jangan lama2 atuh, Fit.. Gantian dong!”
F: “(matanya melihat ke mataku penuh tanda tanya dan melepas penisku dari bibir mungilnya) … Gantian gimana maksudnyah, Om? Emang biss… Mmffff…”
Sebelum Fitri menyelesaikan kalimatnya, tanpa banyak cingcong langsung kukulum bibir nya sambil kumainkan spesialisasiku: French Kiss! Sambil melakukan itu, kuarahkan tubuh seksi dengan hotpants pink yg turun selutut itu untuk berdiri, sambil perlahan kuarahkan mundur sampai dia bersandar di betonan dinding bilik pincuran.
Alih2 berpikir untuk merekam peristiwa laknat nan nikmat tersebut, aku malah memasukkan smartphoneku ke dalam jaket sambil mencumbu sepupu istriku itu. Penisku kugesekkan sejajar dengan mulut vaginanya, sementara tangan kiriku membelai perlahan leher bagian belakang si Fitri. Bibir dan lidahku teleh berpindah ke leher sampingnya, sementara jemari kananku masih membelai puting sebelah kirinya yg sudah benar2 keras di balik tanktop pink yg dikenakannya.
F: “Gantian kumaha sih, Om? Aaahh… SiOm meni pinter pisan jilatin kuping Pitri… Mmmhh.. Uugghh.. Mmphh..”
A: “sluurpp.. mmhhh.. Ini belum, Fit! Maksudku gantian itu yg iniii…”
Seketika aku langsung berjongkok ke depan vaginanya, dan mengarahkan dia untuk sedikit mengangkang. Fitri pun menekuk kedua tangan di samping telinganya, dan merendahkan tubuhnya sedikit agar bisa mengangkangi wajahku. Melihat pubis tanpa bulu dan vagina yg sudah dlm posisi terangsang merekah persis di depanku, mataku gelap! Langsung kuserang vaginanya bertubi tubi dengan lidahku, mulai dari klitoris, sisi2 lubang vagina, dan kuusahakan untuk memasukkan lidahku sedalam2nya ke liang vaginanya. Tangan kanan Fitri mulai berubah posisi untuk menjambak rambutku seolah mengarahkanku ke bagian vagina yg diinginkannya untuk bersentuhan langsung dgn lidahku.
F: “..ooUhh.. Eeemmhh.. Aah.. Sshhhh.. Enak sayaang.. Aahhhh.. Eemhh.. Pitri baru sekali inih diginiin sama Om.. OUh.. Gatel, sayaang.. Ahhh..sshhh…”
A: “… … …”
Ia sudah tidak mempedulikan kata panggilan untuku yg terus menerus berubah: antara “om” dan “sayang”. Namun begitu, aku tidak mempedulikannya. Tidak sepatah katapun keluar dari mulutku dan terus kujilati dan kuhisap vagina Fitri tanpa berhenti.
Untuk menambah sensasi, sambil menjilatinya, kubasuh jemari kananku dengan air yg mengalir di pincuran, dan setelah kulirik dan kuyakin bersih, segera kurapatkan telunjuk dan jari tengahku, untuk kemudian kumasukkan dengan sangat perlahan ke dalam vagina si Fitri. Semakin lama semakin dalam sampai jariku tenggelam sepenuhnya.. Dan kukocok vaginanya dengan perlahan dan speed yg semakin meningkat.
Saat kulirik ekspresinya seperti sedang menahan sesuatu, bibirku pindah menyusuri leher dan kemudian kukulum dan kujilati kupingnya -sementara tangan kananku tetap mengocok vaginanya-
A: “Gimana rasanya Fit?”
F: “mmmh.. mmhh.. Enak banget! Kamu pinter banget entotin Pitri pake tangan! Pitri belon pernah diginiin, Om.. Aah.. Terusin sayang.. Sshhh.. Aaah.. Mmh, Pitri sayang sama Om.. Aahh..”
Semakin kukenali mimik wajahnya seperti sudah ndak kuat menahan sesuatu yg sudah sedari tadi ditahannya. Semakin kupercepat kocokanku pada vaginanya, dan makin kuperdalam lidahku menyentuh telinganya. Sejenak dia berucap:
F: “mmh.. Oom, takutnya Pitri pipis inniiihhh.. Mmhpphh.. Mmpphh….”
A: “Ga apa2 Fit.. Pipisin aja tanganku jangan ditahan2 ya, geulis! Hayuk atuh aku mau lihat..”
Tetiba desahan Fitri semakin meninggi, pinggulnya bergoyang semakin hebat dan tangan kanannya mencengkeram tanganku dengan kuat. Khawatir berteriak, segera kuarahkan tangan kiriku menutup bibir mungilnya yg terbuka setengah itu.
F: “mmpphh.. Aah.. Aah.. Aaauuuw.. Aah.. Pitri pipis omm.. Pitri pipiiimmmpppfff… “
A: “Ssstt..(Tanganku membekap mulutnya)”
Benar saja, dalam sekejap aku merasa telunjuk dan jari tengahku seperti dijepit sekuat tenaga, dan seperti ada sesuatu yg mendorong keluar! Secepatnya kulepas jemariku dari vaginanya, dan…
SOOORRR… SRRRT.. SRRT..
Semburan pertama sangat kuat dan kencang..
Semburan kedua semakin berkurang..
Dan semburan terhenti setelah yg ketiga!
Ini adalah pertama kalinya kumelihat seorang perempuan squirt dengan mata kepalaku sendiri! Selain itu, ini juga kali pertama aku membuat serang perempuan squirt dalam hidupku!
Nafas fitri tersengal sengal.. memburu layaknya seseorang yg terpuaskan! Ekspresi yg sungguh berbeda dgn ekspresi buatan yg banyak kulihat di film biru yg banyak tersimpan di hardisk notebook-ku. Kakinya bergetar hebat, hingga tangan kananku yg basah karena lendir kenikmatan dari vaginanya harus menopangnya agar ia tidak terjatuh; dan dengan perlahan kulepaskan dekapan tangan kiriku yg menutup bibir mungilnya yg masih mengeluarkan desahan lemah. Keringat membasahi wajah dan lehernya, membuat penisku yg masih berada di luar celana semakin keras dan berkedut semakin kencang!
F: “(dengan suara tersengal sengal).. hhhh… hhh… Pitri pipis yah, Om? Maap yah, Om.. hhh.. hhhh..”
A: “(dgn suara berbisik di telinga Fitri)… Gapapa Fitri sayaaang… Ekspresi kamu bener2 nafsuin banget tadi.. Puas banget aku liatnya”
F: “hhh.. Pitri lemes banget.. Tapi kamu kan belomaaan..”
A: “(berbisik dgn nada menenangkan).. Gapapa, Fit.. Kan aku masih 4 hari lagi di sini. Nanti2 juga gapapa..”
F: “..hhhh..hhhh..tapi nanti belum tentu nemuin waktu kaya gini lagi, sayaaang!”
A: “Sssttt..jgn teriak, Fit! ga enak sama orang orang”
F: “tenang aja,sayang.. Mulai jam 7 malem jarang ada orang yg ke sini…soalnya banyak yg bilang di sini angker, dan pada males juga ke sini soalnya gelap, ga keliatan jalannya… Kaya kita tadi.. Tapi kalo kita kan makin ga keliatan makin nempel.. Makin nempel jadi makin enak, ya kan sayang??”
Kemudian dia kembali menciumku, dan lidah kami kembali berpagutan satu sama lain. Sejenak Fitri melepaskan pagutannya, menengadahkan tangan kiri ke dekat bibirnya yg merekah, dan meludah. Setelah itu, dia meraih batangku yg masih tegak berdiri, mengusap batang penisku dengan ludahnya dan menggerakkan tangannya maju mundur dgn perlahan, sementara bibirnya kembali memagut bibirku dengan rakusnya!. END
0 komentar:
Posting Komentar