Kampanye Prabowo Disebut Keluar kan banyak Biaya Untuk kekayaan negara indonesia
Narasi kampanye Prabowo Subianto pada Pilpres 2014 mengenai kekayaan negara yang bocor ke luar negeri disebut bakal dipakai kembali dalam kampanye Pilpres 2019.
Koordinator Juru Bicara Koalisi Adil Makmur, Dahnil Anzar Simanjuntak, menyebut narasi itu akan diangkat kembali karena memang itu kenyataan yang terjadi.
"Tentu ini akan diingatkan kembali oleh Pak Prabowo bahwa ada kondisi yang timpang, kondisi yang mengkhawatirkan, atau dalam bahasa Pak Prabowo kondisi paradoksal di Indonesia," ucap Dahnil di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu (23/9).
Pria yang juga dikenal sebagai Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah itu mengklaim ucapan Prabowo sudah terbukti dari pernyataan Menko Perekonomian Darmin Nasution. Bahkan, Dahnil menyebut kebocoran yang diakui Darmin lebih besar dari angka Rp1.000 triliun yang dulu digaungkan Prabowo empat tahun lalu.
Dengan demikian, menurut Dahnil, angka-angka yang diucap Prabowo yang kemudian dicemooh publik kala itu terbukti benar sebagai fakta. Hal itu baginya memperkuat kesan Prabowo sebagai pemimpin Indonesia.
"Pak Prabowo waktu itu kan hanya menyebut Rp1.000 triliun, Pak Darmin malah (bilang) lebih besar kan Rp3.000 triliun sampai Rp4.000 triliun, jadi itu kan besar sekali," imbuh Dahnil.
Terlepas dari rencana penggunaan kembali narasi 'bocor', Dahnil menjelaskan pihaknya akan memproduksi narasi kampanye yang disampaikan lewat 28 jubir. Jubir yang akan berada di bawah komando Dahnil ini akan diisi anggota-anggota dengan latar belakang yang beragam.
Mulai dari kaum muda, aktivis HAM, lintas etnis, perempuan, aktivis antikorupsi, juga dari partai politik disebut Dahnil akan memperkuat tim yang ia pimpin. Tim jubir ini bakal banyak berkecimpung menyampaikan gagasan, visi dan misi Prabowo - Sandiaga. Kemudian untuk tim media sosial, ia menegaskan pihaknya bakal memakai pendekatan yang bersifat mempersatukan dan menggembirakan.
Di satu sisi, Dahnil mengatakan koalisi Adil Makmur yang mengusung Prabowo-Sandiaga menyambut baik keputusan Din Syamsuddin mundur sebagai Utusan Khusus Presiden. Dahnil menilai langkah mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu secara tak langsung memberikan keuntungan pula bagi kubunya.
"Pasti, yang jelas Pak Din ingin dalam posisi netral, setidaknya Pak Din ingin berdiri di tengah, enggak mendukung Pak Prabowo, Pak Jokowi. Posisi itu akan menguntungkan kami," kata Dahnil.
Kendati demikian, Dahnil tak berspekulasi mengenai arah dukungan Din maupun Muhammadiyah dalam Pilpres 2019 nanti.
"Pak Din pasti punya keputusan rasional yang jelas itu sikap politik dan kami mendukung," imbuh Dahnil.
Sebelumnya, Din mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban melalui sebuah surat bertanggal 21 September 2018.
Ia beralasan ingin menghindari konflik antar ormas agama sebagai dasar keputusannya mundur dari Istana. Din merasa kalau tetap di posisi tersebut akan menimbulkan persepsi bahwa dirinya berada di kubu Joko Widodo - Ma'ruf Amin.
"Kelompok umat agama ini terbelah dengan pemilihan presiden (pilpres) ini, kalau saya berada di salah satu nanti tidak positif," Sabtu (22/9).
Muhammadiyah sendiri sebelumnya telah menegaskan bahwa mereka akan netral dalam Pemilu 2019. Hal itu sudah mereka tegaskan setelah mendapat kunjungan dari dua kubu pasangan calon beberapa waktu lalu.
|
0 komentar:
Posting Komentar