Banyak Tersebar Hoaks melaluin Facebook Mediasosial laen nya
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat bahwa Facebook jadi media sosial yang paling sering digunakan untuk menyebarkan hoaks.
"(Terkait) cara menyalurkan hoaks, tiga paling banyak melalui Facebook 110 hoaks, Twitter 28 hoaks, dan WhatsApp 27 hoaks. Sedangkan yang menggunakan media online tercatat hanya empat hoaks dan tidak satu pun memakai media cetak," jelas Anita Wahid, penasihat di Mafindo, saat ditemui dalam diskusi PPMI terkait hoaks di Jakarta, Minggu (30/9).
Angka ini didapat dari pengamatan Mafindo terkait peredaran hoaks selama tiga bulan terakhir di Indonesia. Dari hasil pengamatan sejak Juli hingga September 2018 itu, konten hoaks disebutkan jadi konten yang paling banyak dilontarkan.
"Pada isu politik ada 135 hoaks, agama 17 hoaks, penipuan 17 hoaks, kesehatan 12 hoaks, bencana alam sembilan hoaks, lalu lintas delapan hoaks, peristiwa ajaib lima hoaks, bisnis tiga hoaks, etnis dua hoaks, dan lain-lain 16 hoaks," jelasnya.
Sementara sarana produksi hoaks paling banyak berasal dari narasi dan foto 116 hoaks, narasi saja 62 hoaks, narasi dan video 34 hoaks, gambar atau foto 10 hoaks, meme tiga hoaks, video dua hoaks, lain-lain tiga hoaks.
Lebih dari itu kini hoaks juga sudah mulai menyerang pasangan calon presiden untuk pemilihan 2019. Dari data Mafindo, sekarang hoaks paling banyak menyerang pasangan nomor urut satu, Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.
Dari total 53 hoaks, pasangan Jokowi-Ma'ruf, pemerintah dan pendukungnya mendapat serangan 37 berita hoaks selama September 2018. Sedangkan pasangan Prabowo Subianto- Sandiaga Uno dan pendukungnya 16 hoaks
Hoaks yang menyerang pasangan calon ini juga membawa berbagai macam isu, mulai politik, agama, etnis, ekonomi, hingga orientasi seksual.
Atas dasar tersebut, Anita meminta kepada semua kandidat, partai politik pengusung, serta tim kampanye untuk membuka mata dari penggunaan hoaks dalam proses pemilu. Selain itu tokoh masyarakat dan agama juga harus berperan menanamkan kode etik bermedsos kepada masyarakat, membantu menyebarkan klarifikasi, dan mendorong silaturahmi antar warga.
"Ya dikhawatirkan nanti bagaimana ini peredaran hoaks, sekarang aja data sudah ada segitu. Makanya pihak tersebut harus berkomitmen untuk melawan hoaks dalam betuk tindakan nyata," ucapnya.
Ia menambahkan masyarakat, komunitas, dan organisasi masyarakat juga dapat turut serta membantu mempersempit peredaran berita hoaks. Tidak lupa peran aparat sangat diperkukan untuk menindak tegas semua pelaku penyebar hoaks di mana pun.
"Seperti kata Gusdur, yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan," ucap Anita. (
0 komentar:
Posting Komentar