Pelepasan tersebut dibarengi acara 'Mancing Geerrsama di Sepanjang Selokan Mataram'. Koordinator acara, Widihasto Wasana Putra mengatakan, mancing tersebut merupakan event kebudayaan. Acara tersebut disebutnya sebagai acara rakyat dan disambut suka cita warga.
"Kenapa (namanya) Geerrsama, ini plesetan. Supaya menunjukkan acara ini penuh dengan suka cita, kegembiraan, memberikan hiburan bagi warga untuk memanfaatkan ikan," kata Widihasto kepada detikcom di Selokan Mataram, Minggu (9/9/2018).
"Meskipun acara ini diselenggarakan oleh relawan Jokowi, tapi acara ini menjadi peristiwa kebudayaan, dan acara ini melampaui tema politik. Kenapa melampaui tema politik? Karena masyarakat hadir itu dari berbagai macam kalangan," lanjutnya.
Selanjutnya, Widihasto menyebut bahwa acara ini sekaligus untuk memperingati bergabungnya Keraton Ngayogyakarta ke pangkuan RI tanggal 5 September 1945. Sekaligus untuk mengenang jasa HB IX dalam membangun Selokan Mataram.
"Total ikan 10 ton lele dumbo varietas mutiara yang mana varietas mutiara ini merupakan varietas yang dibudidayakan oleh pemerintah. Kami mengambilnya (lele dumbo) dari budidaya pertanian yang ada di DIY," paparnya.
Sebenarnya pelepasan lele dumbo dalam acara Mancing Geerrsama bukan tanpa kritik. Banyak aktivis lingkungan Yogyakarta yang tergabung dalam Solidaritas Gotong-royong Peduli Lingkungan Sungai (SoGo PeLuS) memprotes keras kegiatan tersebut.
Alasannya, karena lele dumbo dianggap bisa memicu kerusakan ekosistem lingkungan di Selokan Mataram Yogyakarta. Argumen tersebut mengacu Permen Kelautan dan Perikanan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Ikan Berbahaya.
"Protes kita salah satunya juga mendasari program Kementerian Kelautan dan Perikanan yang gencar mengkampanyekan larangan pelihara dan pelepasan ikan invasif," jel10 tas salah satu aktivis SoGo PeLuS, Irwanjasmoro.
0 komentar:
Posting Komentar