Percayalah, Tuhan sudah sediakan yang baik untukmu
Aku masih di sini hari ini, kemarin dan esok bahkan untuk selamanya jika itu mungkin tapi aku berharap itu takkan pernah terjadi karena yang membuatku aman, nyaman dan tentram hanyalah kampung halamanku, Lulus dan kembali ke rumah yang telah membesarkanku dan membahagiakan ayah dan ibuku itulah tujuanku datang ke kota pendidikan ini. Aku berjanji untuk fokus pada tujuanku saja karena aku ingin cepat-cepat mendapatkan gelar S.Kep Ners ku di kampus tercinta ini.
Singkat cerita, Semester satu kulalui dan berjalan dengan lancar jaya, mendapatkan nilai yang memuaskan dan dosen yang baik-baik, memang itulah yang aku inginkan. Aku bangga pada diriku sendiri tapi memasuki semester kedua aku merasakan hal yang berbeda, aku sering melamun, aku tidak lagi fokus pada tujuanku. Sebenarnya bukan masalah yang serius hanya saja ini sangat mengganggu konsentrasi belajarku. Aku sering memikirkan dia, aku juga sering memimpikan dia, apa dia begitu penting bagiku.
Dia? Oke, kisah jatuh cintaku berawal dari pertemuan singkat di stadion futsal. Dimana pada saat itu kampusku mengadakan acara Dies Natalis jadi ada perlombaan antar kelas gitu mulai dari pertandingan futsal, football, badminton, cerdas tangkas, tenis meja, lomba Askep, Dance Cuci tangan dan sebagainya. Pada saat itu kelasku punya jadwal tanding futsal jadi aku mesti nonton, meskipun tidak tahu-menahu tentang futsal tapi setidaknya aku hadir sebagai seorang supporter.
Tiba saatnya pertandingan, tiba-tiba saja mataku hanya tertuju pada satu manusia yang kelihatannya jago lah dalam bermain, dia cekatan dalam menggiring bola. Aku semakin penasaran. “siapa dia?” batinku. Kata temanku dia kakak seniorku tapi sekalipun aku tidak pernah melihatnya. “mungkin karena kita beda jadwal, beda kurikulum, beda segalanya lah makanya kita tidak pernah bertemu” batinku lagi.
Aku masih ingat saat itu dia memakai celana bola warna merah dengan baju kaus berwarna biru. Mulai detik itu, aku mencari tahu segalanya tentang dia, aku berusaha menebak-nebak namanya, aku mencarinya di sosial media. Sungguh, aku tidak tahu apa aku jatuh cinta? mengingat aku selalu memikirkannya. Mulai detik itu juga, dia sudah ada dalam buku kehidupanku, dia salah satu bagian dalam ceritaku. Terkadang otakku tidak sejalan dengan hatiku, hati kecilku mengatakan aku jatuh cinta pada sosok manusia manis dan tinggi itu tapi otakku tidak menerimanya. Aku benci mencintai seseorang kalau pada akhirnya rasa yang sudah meluas menandingi luasnya samudera itu disia-siakan sama orang yang begitu tidak bertanggungjawab tapi tetap saja aku jatuh cinta. Sungguh kali ini aku benar-benar jatuh cinta pada pandangan yang pertama.
Hingga suatu hari..
Aku menemukan media sosialnya (facebook), karena aku orangnya suka penasaran aku iseng-iseng melihat kronologinya. Dan ternyata dia “SUDAH PUNYA PACAR”.
Tanpa sadar handphoneku jatuh, air mataku juga ikut-ikutan jatuh, aku syok, tekanan darahku turun seketika, jantungku berhenti memompa, darahku berhenti mengalir, dunia berhenti berputar. Kecewa? tentu saja, Sakit hati? apalagi.
Aku merasakan hal yang sangat-sangat menjijikkan, aku menangis sepanjang hari, sepanjang malam, mengurung diri di dalam kamar. Sepertinya aku sudah gila, bagaimana tidak aku menyia-nyiakan air mataku hanya untuk orang yang sama sekali tidak mengenalku.
Meskipun aku sering bertemu dengannya, tapi untuk sekedar mengatakan “hi” saja tidak bisa, aku begitu kaku jika bertatapan dengannya. Sungguh aku bahkan susah bernapas dalam keadaan macam ini..
Mungkin selamanya aku hanya akan mencintai dia dalam diamku karena aku lebih nyaman seperti ini, aku takut merusak hubungan yang sudah terjalin indah itu. Biar aku saja yang menikmati rasaku ini. Tanpa kusadari rasa ini terus tumbuh secara lancang dan memalukan. Bagaimana tidak, aku masih saja menunggu dan mencintai meski berkali-kali jatuh dan terabaikan.
Hingga akhirnya, dia dinyatakan lulus. Aku Juga sempat berphoto dengannya untuk pertama kali dan mungkin terakhir kalinya saat hari kelulusannya itu, aku turut bahagia. Karena waktu itu aku tergabung dalam grup paduan suara wisuda jadi aku ada kesempatan untuk bertemu dengannya karena di kampus sangat jarang sekali melihat dia, karena memang kita beda tingkat, meskipun jarang tapi tetap saja aku mencintainya. Tidak lupa aku juga mengunggah hasil fotoku dengannya di facebookku dengan caption ucapan terima kasih dan ucapan selamat, aku juga berdoa untuknya. Seperti apapun kritik dari orang yang melihat itu, aku sama sekali tidak pedulikan aku memang gila, sungguh gila.
setelah hari kelulusan itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya, aku mulai terbiasa dengan ketidakhadirannya. Aku juga mulai sadar. Aku hanya bisa mengingat berulang-ulang kali akan sadarnya posisi. Karena jika diteruskan, aku bisa saja merusak kebahagiaan orang lain dan saya tidak suka itu, ya aku sudah terbiasa dengan itu semua. Aku berusaha untuk tidak mengingat-ngingat lagi kejadian-kejadian itu meski susah tapi percayalah aku tidak sedikitpun melupakannya karena dia sudah tercatat dalam buku kehidupanku. Akan kujadikan dia kenanganku dikota pendidikan ini.
Semogaa dia bahagia bersama pilihannya di sana, aku yakin dia memang yang terbaik untuknya. Aku Ikhlas
0 komentar:
Posting Komentar