Kenalan diwarung pak jodi yang ganteng
Hari
ini hari minggu, di siang hari yang pana di sudut kota Surabaya, aku
sedang berkejaran dengan waktu dan bus kota. Peluh mengalir membasahi
wajah dan baju, dalam hatiku aku bertekad untuk tidak datang terlambat
hari ini. Penting bagiku untuk dating tepat waktu hari ini, sebab aku
tidak ingin mengecewakan dosen yang sudah berulang kali memarahiku.
Entah kenapa hari ini semuanya tampak tidak bersahabat denganku.
Terminal bus yang terlalu ramai dengan orang-orang seolah-olah
mengatakan bahwa aku harus datang lebih awal lagi jika tidak ingin
terlambat.
“Aku akan datang tepat waktu hari ini atau tamatlah sudah semua persiapan pada hari ini,” selorohku dalam hati.
Bus
yang kutunggu akhirnya dating juga, namun kayaknya hari ini lebih penuh
dari biasanya, aku bergegas berdesakan dan masuk ke dalam bis tanpa ac
yang baunya bercampur-campur antara bau keringat yang tengik dan bau
penumpang yang tidak mandi hari ini kurasa. Tapi dengan membulatkan
tekad akhirnya aku berhasil naik dan seperti sudah di duga aku tidak
mendapatkan tempat duduk hari ini.
“Hmm,
pasti ada pria tampan yang mau memberikan tempat duduk kepada gadis
manis hari ini,” pikirku samil menoleh kiri dan kanan mencari pria yang
dimaksud.
Namun
akhirnya aku harus berdiri sampai bus berhenti di depan falkutasku. Oh
My God! Aku terlambat lagi hari ini. Kali ini keterlaluan sekali
terlambat sampai 30 menit, mana hari ini ada tes kecil lagi. Aku
langsung berlari kencang setelah membayar ongkos bus ke pak kondektur.
Rok lipit-lipit warna senada yang kupakai berkibar-kibar seolah ingin
protes dengan kecepatan lariku. Ada seorang mahasiswa yang hampir
kutabrak langsung berteriak “Sinting!!” tapi aku tak pedulu dan terus
berlari. Payudara ku yang berukuran 36 B, dibungkus dengan BH merah
merek Pierre Cardin tampang terguncang-guncang naik turun dengan
semangatnya, ya memang potongan BH sedikit rendah dan kemeja yang
kupakai agak longgar sehingga aku merasa seperti BH nya mau melorot
kebawah.
Aku
terus berlari dan menaiki anak tangga ke ruang kuliahku yang di lantai
4. Aku berkuliah di sebuah universitas swasta yang cukup punya nama di
Surabaya. Sambil terus berlari aku kembali berpapasan dengan beberapa
cowok yang sedang duduk-duduk di tangga sambil bercakap-cakap. Mereka
bersuit-suit melihat aku berlari, bagiku itu justru menambah semangatku.
Dengan Sepatu hak tinggi berwarna hitam menyala setinggi 6 cm tidak
mengurangi kegesitan ku. Aku sudah berada di ujung tangga ketika
kusadari para cowok kurang ajar itu mungkin mengintip dari bawah tangga.
“Sialan!!” umpatku dalam hati, mereka pasti tahu aku mengenakan celana dalam merah hari ini.
Akhirnya
dengan segala perjuangan aku akhir sampai ke depan ruangan kelas, aku
kemudian mengetok pintu, masuk dan langsung ke bangku yang masih kosong
di belakang.
Aku masih terengah-engah ketika Pak Eko, demikian nama dosenku, meneriaki namaku dengan keras.
“YESSY!!, KAMU TAHU INI SUDAH JAM BERAPA???,” aku sampai meloncat kaget mendengar teriakan itu.
“AYO KAMU KEDEPAN DULU SINI,” aku mengumpat dalam hati kemudian dengan berat langkah menuju ke depan kelas.
Aku
berdiri di depan kelas menghadap anak-anak yang tiba-tiba menjadi ramai
seolah di depan kelas ada sesuatu yang aneh. Pak Eko menatapku dengan
dingin, matanya seolah ingin menjelajahi tubuhku, napasku masih sangat
terengah-engah dan akibatnya payudaraku bergerak naik turun seiring
dengan napas ku. Kemeja putih yang aku pakai memang agak longgar tapi
terbuat dari kain yang cukup tipis, sehingga samar-samar pasti terlihat
warna BH ku yang menyolok, ah tapi cuek sajalah. Aku langsung mengecek
ke bawah untuk melihat apakah pakaian yang aku pakai harus ditata jika
tidak semestinya,
“Semuanya tampak rapi,” pikirku cepat.
“Haah, ternyata ada noda keringat basah yang tampak seperti bunga di kedua sisi ketiakku. Shit!!” kataku dalam hati.
“Maaf
Pak Eko hari ini saya terlambat karena bus sangat lama datangnya,” aku
berkata cepat namun berusaha untuk tidak memicu kemarahannya.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
“Ya,
saya tahu tapi hari ini kita sedang tes, dan kamu tahu aturannya kan
bahwa ikut tes ini merupakan kewajiban sebelum UAS atau kamu tidak akan
lulus pelajaran saya jika tidak mengikuti tes ini,” jelas Pak Eko tegas.
“Kamu
setelah kuliah ini harap menemui saya di kantor, kamu harus ikut tes
susulan atau kamu tidak akan pernah lulus,” lanjutnya.
“Ya pak,” jawabku cepat.
Mata
kuliah Pak Eko merupakan suatu mata kuliah yang sangat penting untuk
mengambil mata kuliah lain karena tercantum hampir dalam setiap
prasyarat mata kuliah lain. Dengan tidak lulus mata kuliah ini
kemungkinan semester depan aku hanya dapat mengambil 1 mata kuliah saja
yang lain semua terkena prasyarat.
“Aku anak yang bertekad baja, aku harus lulus mata kuliah ini!!,” tekadku dalam hati.
Pak
Eko, umur 32 tahun, perawakan besar tinggi dan berkumis, kulitnya agak
sawo matang tapi cukup putih untuk ukuran lelaki. Statusnya sudah cerai
dengan istrinya dan sekarang hanya tinggal sendirian di salah satu
kawasan elit di Surabaya, sebenarnya Pak Eko orang kaya dia punya usaha
sampingan Rumah Walet di beberapa tempat. Tidak jelas mengapa ia mau
menjadi dosen yang bayarannya hanya beberapa juta sebulan. Yang jelas
orangnya ramah dan punya banyak teman. Teman saya pernah memergoki pak
Eko di salah satu pub elit bersama temannya setelah di tanyai katanya
urusan bisnis.
Oh
ya, namaku Yessy, aku cewek berusia 20 tahun. Sekarang kuliah semester 3
jurusan ekonomi, tubuhku langsing tapi berisi. Rambutku sebahu dan
lurus seperti iklan yang di re-bonding itu lho. Banyak orang bilang aku
cantik dan bukan saja orang hanya bilang, tapi aku sendiri bekerja paruh
waktu sebagai SPG di berbagai tempat dan juga sebagai pagar ayu.
Pokoknya untuk urusan pamer wajah dan badan aku pasti di ajak. Bukan apa
apa sebenarnya, tetapi memang itulah kelebihanku. Aku punya banyak
teman cowok maupun cewek aku orang yang pintar bergaul atau memang aku
cantik sehingga banyak di kerubungi cowok yang sekedar senang atau
memang menginginkan sesuatu, bukan hanya cantik lho, tapi juga seksi.
Dadaku
cukup padat berisi dan sesuai dengan postur tubuhku yang tinggi 162 cm
dan berat 50 Kg, Kukira itu ukuran ideal yang di inginkan setiap wanita.
Walaupun aku orang nya sering berada dimuka umum tapi aku sebenarnya
agak pemalu, aku tidak berani berbicara sambil menatap mata orang, hanya
kadang-kadang aku harus PeDe karena di bayar untuk itu. Tentu bukan
hanya payudara ku saja yang indah, kulitku juga putih dan betisku mulus
menantang setiap mata yang mampu menjelajahinya. Aku rajin merawatkan
tubuh di berbagai salon kecantikan karena menurut bosku supaya lebih
bernilai jual, entah apa maksudnya. Mungkin supaya penjualan produknya
semakin besar atau supaya sering dipakai jadi SPG.
“Yessy,
hari ini bapak tidak sempat ke kantor lagi karena ada urusan penting
yang tidak bisa di tunda. Kalau kamu betul pingin ikut tes ini, nanti
hubungi bapak agak sore ya. Kalau lain kali bapak sudah enggak bisa
kasih tes lagi, atau kamu mengulang aja tahun depan ya?” ucapan Pak Eko
membuyarkan lamunan ku.
Ternyata di kelas tinggal aku sendirian. Entah sejak kapan bubar, kayaknya aku terlalu banyak melamun hari ini.
“Saya
mau lulus semester ini pak, bagaimana kalau bapak tidak sempat nanti
sore saja tes nya bahkan kalau di rumah bapak sekalipun saya bersedia
yang penting bapak mau meluangkan waktu untuk saya” kataku gugup karena
pikiranku baru terputus dan kacau.
“Kamu tahukan nomor HP bapak kan? Ya sudah nanti sore bapak tunggu ya,” Lanjut pak Eko cepat langsung bergegas pergi.
SubChapter 1b. Ketika semuanya di awali dengan ‘manis’
Sudah
jam empat sore ketika rangkaian kuliah hari ini selesai, aku tidak
sempat pulang lagi, sambil melirik jam guess di tangan kiriku, janjiku
dengan Pak Eko adalah jam 4.15 aku harus bergegas sebelum terlambat
lagi, tidak usah melapor ke rumah lagi tokh tidak ada orang di rumah ku.
Aku tinggal sendiri karena aku sebenarnya bukan orang Surabaya, aku
anak luar pulau, aku tinggal sendirian di rumah kontrakan kecil yang
tetangganya pun aku tidak berapa kenal. Keberanianku tinggal sendirian
semata karena tekadku kuliah di Surabaya. Ya aku memang cewek bertekad
baja.
“Aku naik ojek sajalah ke rumah Pak Eko biar tidak terlambat” pikirku.
Benar
juga tidak sampai 10 menit aku sudah berdiri di depan sebuah rumah
mewah berlantai 2 Pak Eko juga kebetulan baru pulang sehingga kami
sama-sama masuk ke rumah. Pak Eko kemudian meminta waktu untuk mandi
sebentar dan mempersilakan saya duduk di sofa berbulu putih yang
tampaknya mahal. Begitu pak Eko hilang dari pandangan mataku aku berdiri
dan melihat-lihat sekelililing.
Aku
terkagum-kagum melihat koleksi lukisan pak Eko yang indah-indah.
Tiba-tiba ada geraman di belakangku, entah dari mana datangnya tapi dua
ekor doberman besar sudah ada di belakangku dalam jarak kurang dari satu
meter. Doberman-doberman tersebut cukup besar dan tinggi. Mereka mulai
menggeram-geram dan maju perlahan. Aku takut sekali tapi aku tidak
berani lari karena pasti di kejar dan bisa di gigit. Aku hanya maju ke
dinding dan diam mungkin anjing itu akan menganggap aku bukan ancaman
dan pergi. Aku merasa mereka makin mendekat mungkin hanya 1/4 meter
lagi. Aku ingin berteriak tapi takut mereka jadi tambah galak lagipula
pak Eko kemungkinan tidak mendengar dari kamar mandi. Aku cuma menutup
mata dan berharap yang indah-indah.
Dalam
kegelapan tiba-tiba semua hening, anjing-anjing itu pasti sudah pergi,
aku mencoba membuka mata dan menoleh ketika tiba-tiba terasa napas
hangat di… Astaga!! di bagian atas belakang lutut. Salah satu doberman
itu sudah begitu dekatnya sehingga napasnya dapat di rasakan pada
kulitku yang mulus itu. Ia mulai menjilat-jilat bagian belakang pahaku,
semakin lama semakin ke atas. Aku mulai merasa geli tapi tidak berani
bergerak sedikitpun, jilatan itu menjadi semakin liar seolah-olah pahaku
ada rasanya, yah.. mungkin bau dari kemaluanku, dan keringat yang
mengering. Aku pernah menonton TV yang mengatakan bahwa binatang suka
tertarik dengan bau kelamin lawan jenisnya sebelum memulai hubungan
seks. Jilatan itu semakin naik sampai ke sela-sela paha bagian belakang
dan mulai mengenai celana dalamku.
“Ooohh, celana dalamku pasti basah nih” pikirku.
Ludahnya
terasa sekali banyaknya dan hangat serta geli. Aku mulai merasa
terangsang karena jilatan itu. Doberman tersebut semakin bersemangat.
Kayaknya ia tertarik dengan celana dalam merahku karena ia sudah tidak
menjilati paha lagi tapi sudah menjilat celana dalamku. Kurasakan
kemaluanku basah karena cairan kemaluanku sendiri deras mengalir seiring
dengan ekstasi kenikmatan yang aku rasakan.
Aku
tiba-tiba terpikir bagaimana kalau celana dalamku di korbankan saja ke
anjing itu, tapi bagaimana dengan anjing satunya yang menonton bagaimana
kalau ia mau juga tapi kayaknya, oh syukur lah, hanya tinggal seekor
saja. Aku memberanikan diri untuk mengangkat rok dan melucuti celana
dalamku. Anjing itu menurut aja untuk menunggu seolah sudah tahu kalau
celana dalam itu akan menjadi mainannya. Ia mundur dan membiarkan aku
melucuti celana dalamku. Celana itu meluncur turun dengan cepat dan
kulempar yang jauh. Tak disangka anjing itu langsung mengejar celana
dalam itu dan memberi aku tempat kosong dan waktu untuk lari. Aku
langsung lari dan mencari tempat yang aman.
“Harus tempat yang tidak dapat di jangkau anjing tersebut,” Pikirku cepat.
Kulihat
di kebun belakang ada bangunan menyerupai air mancur dan letaknya cukup
tinggi tapi harus dipanjat sedikit. Aku langsung lari kesana dan
memanjat lalu berdiri diatasnya. Akhirnya aman juga, begitu pak Eko
selesai mandi aku langsung berteriak minta tolong. Anjing itu juga
tampaknya sibuk dengan celana dalamnya, sudah hampir di telan dan di
gigit-gigit.
“Harganya Rp 200.000, mati aku, baru beli lagi,” pikirku.
Tiba-tiba
aku panik bagaimana menjelaskan semua ini ke pak Eko ya? Lagipula
sekarang ia harus turun dibantu oleh pak Eko karena tidak mungkin dia
meloncat ke bawah, Bagaimana kalau kelihatan dari bawah oleh pak Eko
kalau aku tidak mengenakan celana dalam? Atau haruskan dia berterus
terang saja tokh pak Eko juga akan tahu kalau aku tidak pakai celana
dalam?
Tiba-tiba pak Eko muncul dari dalam rumah dan berkata “Lho Yessy, kamu kok di atas sana?”
“Menghindari anjing bapak” jawabku.
“Anjingnya sudah bapak usir keluar ayo bapak bantu turunin kamu” kata pak Eko sembari maju mendekati.
“Saya bisa sendiri kok saya lompat aja” jawabku lagi.
Aku
ogah ketahuan kalau enggak pakai celana dalam. Pak Eko bersikeras mau
membantu aku turun jadi dia pergi mengambilkan kursi untukku. Akhirnya
sampai juga di bawah lagi sekarang tinggal mengambil celana dalam itu
yang pasti sudah di tinggalkan anjingnya di lantai. Mataku langsung
cepat menyapu lantai mencari benda itu sebelum terlihat pak Eko. Aku
sedang sibuk memeriksa lantai ketika pak Eko datang lagi sambil berkata,
“Ini
punyamu ya?” ditangannya terjulur sebuah celana dalam merah ku yang
sudah basah kuyup dan penuh gigitan. Ini sangat memalukan masak celana
dalam saya di pegang pak Eko terus basah lagi.
“Iya pak, semua itu gara-gara anjing bapak, terima kasih pak,” jawabku gugup sambil menyambar benda itu dari tangan pak Eko.
“Nanti bapak ganti deh, maafkan anjing bapak” kata pak Eko sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Berdiri
di depan pak Eko dengan rok sependek ini dengan kenyataan tidak
mengenakan celana dalam membuatku terangsang lagi. Cairan kemaluanku
pasti menetes ke lantai nih, “Oohhh aku sudah tidak tahan lagi” pikirku
dalam hati.
Benar
aja dugaanku tiba-tiba setitik cairan menetes kelantai di iringi tetes
berikutnya. Hal ini terlihat jelas oleh pak Eko yang kebetulan sedang
menunduk.
“Oh,
kamu pingin pipis ya? Itu ada kamar mandi. Bapak tidak punya celana
dalam wanita buat gantinya tapi kalau mau bapak ngajak kamu ke mal untuk
beli gantinya sekarang,” tawar pak Eko.
Saya tidak menjawab langsung aja ngeloyor ke kamar mandi. Pak Eko memandangku sampai aku masuk ke kamar mandi.
“Bapak-bapak boleh keluar sekarang” ucap pak Eko.
Tampak
dari sebuah ruangan sebelah yang dibatasi kaca cermin 1 arah keluarlah
beberapa orang laki-laki setengah baya. Salah satu dari mereka tampaknya
kaya dan peranakan tionghoa. Kelihatannya Ia businessman yang sukses.
Sedangkan yang lain kelihatan adalah kaki tangannya.
“Pak
Bobi, bagaimana anjing saya pak? Anjing ini khusus di latih di Eropa
untuk meniduri wanita yang ditemuinya sangat hebat dan ahli di
bidangnya. Tawaran saya 750 juta masuk akal sekali kan pak?” jelas Pak
Eko.
“Seperti
yang telah bapak saksikan sendiri dia dari belakang cermin tadi,
anjing-anjing tersebut mampu mendekati dan melakukan inisitiaf sendiri,
mereka bisa mencium bau kemaluan wanita dari jarak berkilo-kilo jika
bapak mau pun dia bisa berhubungan seks dengan wanita tanpa perlu di
bimbing asal wanita tersebut tidak melawan dan telanjang,” lanjut pak
Eko jelas.
“Okelah
kita deal aja yang penting kamu harus kasih saya 1 show sebagai
complimentary dan sekaligus melihat kemampuannya,” Pak Bobi berkata
sambil menepuk pundak pak Eko, “Dan saya mau wanita tadi yang
dipergunakan dalam show itu, dia tampak putih dan merangsang serta seksi
saya suka dia,” lanjut pak Bobi.
Pak
Bobi langsung pamit dan keluar di depan sudah menunggu sebuah BMW seri 7
terbaru berwarna hitam gress dengan supir yang berpakaian putih-putih.
BMW itu melaju cepat meninggalkan kediaman pak Eko.
Sementara
itu Yessy sudah selesai mencuci dan mengelap kering kemaluannya yang
basah akibat jilatan anjing tersebut. Celana dalam itu tidak jadi
dipakai kembali karena jijik dengan ludah dan lendir dari anjing
terebut, ia bahkan akan membuangnya jika sudah dapat yang baru. Tentu
saja ia suka dengan ucapan pak Eko yang berjanji untuk menggantinya
dengan yang baru. Ia keluar dengan rok tanpa celana dalam. Terasa dingin
karena angin bertiup di bawah kemaluannya. Ide mengenai jalan-jalan di
mal tanpa mengenakan celana dalam cukup memalukan rasanya apalagi lelaki
yang menemaninya mengetahui hal itu. Tapi tidak ada pilihan lain demi
tes yang harus di kerjakan hari ini. Demi kelulusan yang dia
cita-citakan selama ini.
Pak Eko menghampiri dia sambil membawakan segelas besar juice leci yang tampaknya enak dan dingin.
“Sebagai
rasa bersalah saya ini hidangan sekadarnya, maaf kalau tidak ada
makanan, nanti keluar makan aja sekalian sekarang di minum dulu lalu
saya tunggu di mobil” tukas pak Eko.
Aku
minum dengan cepat sampai tumpah sedikit di kemejaku tepat di bagian
payudara sebelah kiri rasa dingin langsung menyergap ke dalam. Aku tidak
sempat ke kamar mandi lagi langsung kulap saja pakai tangan dan berlari
ke mobil yang sudah menunggu di depan.
SubChapter 1c. Di mal, permainan di mulai.
“Kamu
ulang aja tahun depan ya” ucapan pak Eko membuyarkan keheningan di
mobil, “Maaf walau ada kejadian tadi tapi semuanya kan berawal dari
keterlambatan kamu” lanjutnya.
“Saya harus lulus apapun caranya” pintaku. Apapun caranya.
“Kalau begitu nanti tesnya lisan aja di mal ok, kan kamu bilang apapun caranya” tawar pak Eko.
“Ok” kataku cepat seolah tidak ingin dia berubah pikiran.
Begitu
turun dari parkir aku langsung berjalan menuju department store
sementara pak Eko ikut di belakangku. Pak Eko mengisyaratkan agar Yessy
mengikuti dia dan seolah sudah tahu jalan pak Eko langsung menuju ke
tempat penjualan underwear di department store tersebut. Agak kagum
namun di telan aja kekaguman itu, perhatian Yessy tertuju di setumpuk
celana dalam yang bermerek sama dengan BH nya saat ini. Ia sudah
menemukannya ketika seorang pelayan mengatakan bahwa celana dalam
tersebut boleh di coba di kamar pas. Hal itu sedikit aneh bukan?
Seharusnya celana dalam tidak boleh di coba? Ah tapi persetan dengan
keanehan itu yang penting aku sekarang sudah kedinginan dan sudah mulai
terangsang lagi.
Kamar
pas itu pas di sudut dengan cermin di dua sisi. Agak sempit tapi cukup
terang berlantai karpet. Ia mengunci pintu dengan baik dan mulai membuka
roknya. Tampak kemaluannya menyembul sedikit berwarna kemerahan dan
tampak basah mengkilap dibawah siraman lampu. Ia mengangkat sebuah
kakinya ke atas sebuah dudukan yang ada di ruang ganti tersebut sambil
memeriksa kemaluannya yang basah. Rambut kemaluannya nampak cukup lebat
dan subur sekali. Kemaluannya memiliki bibir yang mungil yang mampu
mengundang semua “kumbang” untuk berduyun-duyung mengerubunginya. Bukan
hanya “kumbang” bahkan mungkin kumbang juga akan berduyun-duyun
mengerubunginya, mungkin siapa tahu. Bau lendir dari kemaluan sangat
khas sekali setiap cewek bisa mempunyai bau yang berbeda namun seorang
yang ahli dapat tetap membedakan mana bau dari kemaluan mana bau dari
ketiak.
Setelah
di usap-usap sampai tampak kering barulah ia mengenakan celana dalam
tersebut. Astaga celana dalam itu seksi sekali di pinggulnya, kenapa
tidak terpikir dari dulu ya? Dia berputar-putar sejenak untuk memastikan
semuanya benar dan melangkah keluar tanpa membukanya lagi. Sampai di
depan tampak pak Eko lagi bercakap-cakap dengan sang pelayan tersebut.
Pak Eko memberi kode apakah cocok dan ia mengiyakan, selanjutnya uang
pun berpindah tangan ke laci kasir.
“Sekarang
ayo kita makan sebelum tes di mulai” perintah pak Eko sambil
menggandeng tanganku, reflek aku menarik tanganku tapi kembali di pegang
pak Eko kali ini agak keras sehingga aku takut dan menurut aja tokh
habis ini selesai sudah.
Kami
makan di sebuah café yang memiliki kursi sofa berbentuk L dan tampak
sangat private mungkin karena suasana café yang agak remang-remang dan
orang yang tidak banyak mungkin hanya 3 meja yang ada penghuninya
kebanyakan adalah pasangan muda. Kami memilih meja di sudut dan mulai
memesan makanan. Pak Eko memesan steak ayam dengan segelas nescafe dan
aku memesan salad semangka, nasi goreng special dan Lemon Tea. Aku
betul-betul lapar sehingga begitu di tawari makanan ini aku mengangguk
aja. Aku sedang menunggu pesanan ketika tiba-tiba aku merasa ada tangan
di bawah rokku.
Tangan
pak Eko yang kasar meraba pahaku yang mulus. Aku mau berteriak tapi
tidak enak kalau Cuma pak Eko tidak sengaja benar kan. Aku memandang pak
Eko ketika tiba-tiba pak Eko menciumku. Aku langsung kaget dan mundur
sambil berkata
“Maaf, Bapak jangan begitu” tapi pak Eko membalas dengan mengatakan bahwa tes nya akan saya beri sekarang.
Tiba-tiba
terpikir bahwa bisa saja tes di ganti dengan pelukan dan kencan kilat
seperti yang biasa di halalkan di kalangan dosen tertentu. Ah menurut
sajalah. Tangan Pak Eko mulai merajalela dan semakin ke atas meraba
daerah kemaluanku. Kontan aku basah lagi karena merasa nikmat dan geli,
aku mulai menuruti permainan pak Eko ketika aku tersadar kami sedang ada
di mal, didalam café dan sedang menanti makanan, dan mungkin saja ada
orang yang melihat. Saya berusaha memberitahu dan melihat kalau-kalau
ada yang melihat tapi sia-sia. Jari pak Eko sudah berada di dalam celana
dalamku di gosok-gosokan ke kemaluanku yang basah. Rangsangan yang
diberikan semakin hebat aku mulai tenggelam dan merintih nikmat.
Tiba-tiba
Pelayan entah bagaimana sudah ada di dekat situ. Bagaimana kalau dia
melihat kami berciuman? Ah itu sudah jelas dan mungkin lumrah. Tapi
bagaimana kalau ia melihat tangan pak Eko berada di bawah rok ku?
Tiba-tiba semua kembali biasa lagi pak Eko dan aku menerima makanan kami
dan mengucapkan terima kasih. Pelayan itu meninggalkan kami sesaat
kemudian. Pak Eko kemudian menunjukan jarinya yang basah oleh lendir
kemaluanku. Basah sekali sampai aku kaget dan malu apa iya aku jadi
sebasah itu. Lendir itu betul berbau khas ketika di dekatkan ke
hidungku. Aku malu sekali belum pernah semalu ini di depan umum. Apalagi
ketika pak Eko mencium bau lendir tersebut dekat hidungnya. Dunia
rasanya mau runtuh aja. Tiba-tiba pak Eko tersenyum dan menatapku dan
berkata kamu lulus tes nomor satu.
Tiba-tiba
entah kenapa aku pingin pipis setelah selesai makan, mungkin karena
cairan yang aku minum terlalu banyak sejak tadi. Aku mengatakan hal itu
kepada pak Eko dan meminta izin kebelakang. Pak Eko mempersilakan aku
langsung lari ke kamar mandi terdekat. Eh.. Ternyata sesampaiku disana
kamar mandinya sedang out of order karena mungkin sedang di bersihkan,
aku tidak menyerah dan naik ke lantai berikutnya yang ini juga out of
order. Sementara otot lubang kencingku mulai berteriak-teriak seperti
lagi kebakaran,
“Tolong kucurkanlah airnya, siram api itu” kalau andaikata otot tersebut bisa bicara.
Sepertinya
kencingnya sudah diujung mau meluncur keluar ketika aku sedang menaiki
eskalator ke lantai berikutnya, disini malah kamar mandinya tidak ada.
Akhirnya dengan langkah gontai dan menahan pipis yang semakin mendesak
aku kembali ke café dengan harapan pak Eko mengetahui letak toilet yang
lain. Pak Eko masih minum kopi ketika aku sampai dan langsung duduk
kembali.
“Semua toilet rusak pak” jawabku putus asa.
“Buka saja celana dalammu dan pipis disini” kata pak Eko ringan seolah-olah jawaban itu sangat bijaksana.
Wajahku memerah seketika mendengar jawaban itu, malu rasanya saking hebatnya sampai-sampai pipisku muncrat sedikit.
“Bagaimana mungkin pak” Jeritku pelan,
“Buka dulu celana dalam kamu dan taruh di atas meja” perintah pak Eko.
Hatiku
langsung berdegup kencang dan wajahku menjadi semakin merah. Tapi aku
takut dan mengikuti aja pak Eko. Aku mengangkat rokku sedikit dan
melucuti celana dalam ku sambil duduk sambil berharap cemas tidak ada
orang di café itu yang tahu. Celana dalam itu kuserahkan ke pak Eko
yang kemudian di taruh di atas meja. Selanjutnya aku menunggu instruksi
pak Eko. Pak Eko mengambil gelas kosong bekas lemon tea yang tadi
kuminum dan menyodorkannya ke aku, sambil berkata,
“Kamu pipis aja ke gelas ini, tokh tidak ada yang tahu kalau itu lemon tea atau pipis kamu”.
Hatiku
langsung copot mendengar perintah itu. Tapi ya mungkin itu satu-satunya
jalan. Meja tempat kami duduk bukan tipe tertutup cuma saja karena
kursi sofa sehingga posisi meja menutupi ku sampai batas dada dan juga
meka tersebut cukup lebar Ya cukup tertutup dan rendah sehingga orang
tidak mudah melihat apa yang terjadi di bawah meja tapi kalau ada yang
menjulurkan kepala di bawah meja pasti akan terlihat pemandagan indah.
Aku
menerima gelas tersebut dengan tangan gemetar selanjutnya aku
memposisikan duduk ku ke ujung kursi agar bisa meletakan gelas di bawah
kemaluanku. Aku tidak berapa jelas dimana posisi gelas apakah sudah
tepat atau belum yang pasti aku harus membuka paha agak lebar, tangan
kanan ku memegang gelas dan tangan kiri ku membuka bibir kemaluanku
lebar-lebar, gelas kuposisikan tepat di mulut bibir kemaluanku dan
tiba-tiba pak Eko berkata,
“Jangan pipis dulu jaga aba-aba dari saya, dan jangan pipis terlalu kuat bunyinya itu lho bisa memancing perhatian orang,”
Saya
kemudian memandang sekeliling tampak ada beberapa laki-laki yang duduk
berhadapan tapi tidak memperhatikan kami. Andaikata mereka menundukan
badan kebawah sudah pasti mereka melihat jarak meja kami Cuma 1,5 meter
saja. Mereka tepat berhadapan dengan kami, tadinya mereka tidak ada
entah kenapa bisa berada di situ.
“Oke Yessy, kalau sudah siap saya hitung sampai 3 dan kamu mulai pipis, 1.. 2.. 3” demikian aba-aba dari pak Eko.
Aku
pipis dengan perlahan tapi stabil, muncratan pertama agak keluar dan
membasahi jariku dan mungkin juga lantai, tapi begitu pipis keluar
lancar sudah tidak tumpah lagi. Aku betul-betul sudah tidak tahan lagi
terlambat semenit pasti aku sudah pipis di kursi sofa tersebut.
Tiba-tiba pak Eko memanggil pelayan di meja sebelah, aku baru
mengeluarkan 1/3 dari seluruh kencingku, ketika pelayan tersebut dengan
sigap mendatangi mejaku.
Tiba-tiba
aku sadar celana dalamku sudah tidak ada di atas meja. Celana dalam
tersebut berada 1/2 meter di depan mejaku siapapun yang mengambilnya
akan tahu aku sedang pipis ke dalam sebuah gelas, dan dia pasti akan
mendapatkan pemandangan yang sangat indah. Bibir kemaluan yang terbuka,
gelas yang berisi separuh cairan pipis kekuningan, dan lubang kemaluan
yang memancarkan pipis kekuningan, pertunjukan yang cukup indah bukan
hanya untuk kelas café,
“Tolong
ambilkan celana nona ini jatuh di depan itu pak” pak Eko meminta tolong
pelayan untuk mengambil celana dalam yang jatuh di depan meja kami.
Pelayan
itu membungkuk dan mengambil celana dalam itu. Semua terjadi begitu
cepat sampai aku tidak sempat menghentikan kegiatan ini. Dalam hati aku
mau pingsan aja, pasti pelayan itu melihat aku pipis, oh tidak, pelayan
itu kemudian berdiri dan sambil tersenyum sambil menyodorkan celana
dalam itu ke saya, kedua tangan saya sedang sibuk di bawah ketika saya
disodori celana dalam itu. Pelayan itu wajahnya merah karena malu dia
kayaknya kaget sekali ketika tadi memungut celana itu.
“Taruh aja di meja itu, terima kasih pak” jawabku menahan malu dan mukaku merah.
“Kamu
ini bagaimana sih Yes, masak orang sudah angkat barang kamu, kasih
baik-baik masak kamu suruh taruh di meja itu kan celana dalam yang tidak
sepatutnya berada di meja” sergap pak Eko, “Terima dengan kedua tangan
kamu, berdiri dan membungkuk sendikit sambil mengucapkan terima kasih,
ayo cepat!!” lanjut pak Eko setengah marah-marah.
“Tapi..,”
kencingku meluncur lebih deras dan tidak berdaya, tanganku tidak
mungkin kuangkat, Aku sadar pak Eko sedang mempermalukan ku di depan
pelayan ini.
“Tapi saya tidak bisa pak” pintaku memohon.
“Ya,
sudah selesaikan dulu kerjamu baru terima celana itu dan lakukan
seperti yang saya perintahkan” lanjut pak Eko penuh wibawa.
Rasanya
seperti setahun ketika akhirnya aku selesai memuntahkan seluruh kencing
ke dalam gelas, tepat segelas penuh. Aku jadi sadar gelas ini harus
kuangkat ke atas meja supaya kedua tanganku kosong. Aku mengangkat gelas
itu dengan gemetar kutaruh di atas meja dan kemudian aku berdiri dan
menerima celana dalam itu dan mengangguk terima kasih.
Pelayan
itu sepertinya melihat semua yang terjadi ketika dia tersenyum penuh
arti kepadaku sambil menyodorkan celana dalam tersebut.
“Minumannya sudah tidak diminum lagi non, biar saya angkat” pelayan itu berkata penuh arti seolah-olah tidak tahu apa-apa.
“Sabar
dulu belum habis diminum, ada apa buru-buru, ayo Yessy, habiskan dulu
minuman kamu” Pak Eko berkata seolah tidak terjadi apa-apa juga.
Yessy
langsung syok begitu melihat segelas penuh kencingnya sendiri dalam
satu-satunya gelas yang berisi “minuman”. Matanya menoleh ke pak Eko
sambil berharap pak Eko tidak memaksa dia untuk meminum “minumam” dalam
gelas itu.
“Ayo
habiskan kalau kurang manis bisa tambah gula” sambil mengambil sedotan
di atas meja dan memasukan nya ke dalam gelas tersebut.
Aku
malu sekali harus meminum air kencing sendiri dalam gelas tinggi yang
di beri sedotan lagi dan bukan saja itu melainkan di saksikan juga oleh 2
orang yang satu bahkan aku tidak tahu namanya dan mereka juga tahu
bahwa itu adalah air kencingku sendiri. Tanganku gemetar memegang gelas
yang hangat dan memasukan sedotan ke mulutku. Rasanya seperti
berabad-abad dan kedua orang di depanku menunggu dengan penuh senyuman
melihat aku minum.
Rasanya
sedikit asin dan baunya sangat pesing. Warnanya kuning dan penuh busa.
Nasi goreng di perutku rasanya mau keluar semua ketika cairan kuning itu
mulai membasahi tenggorokanku dan lambungku. Minum segelas penuh
rasanya lama sekali bahkan aku di paksa menghisap sampai habis tuntas
dan menjilat gelas tersebut. Pelayan tersebut mengambil gelas tersebut
dan diangkat ke atas sambil berkata
“Wah, nona ini hebat ya minumnya, mau tambah lagi”
“Tiiidak..,” Tangisku.
Kami membayar lalu keluar dari Café diiringi ucapan terima kasih dari pelayan tersebut sambil berkata
“Lain kali datang lagi ya”.
Aku hampir pingsan ketika pelayan tersebut membisikan sesuatu ke telingaku.
“Gelas
itu tidak akan pernah ku cuci akan di taruh di atas pajangan dan di
beri tulisan ‘Yessy meminumnya sampai Habis’ tiap kali kamu datang aku
akan menceritakan peristiwa ini kepada tamu yang ada”
0 komentar:
Posting Komentar