Cerita seks terbaru 2019 aku dihamili mas indra
Namaku
Indra, dan ini ceritaku saat masih 18 tahun. Saat berangkat keyogya
untuk kuliah aku bertemu dengan Bu Denok dan Pak Jerry suaminya. Bu
Denok adalah mantan guruku saat SMP dulu. Setelah bercerita panjang
lebar mereka menawarkan padaku untuk tinggal ditempat mereka selama aku
kuliah. Setelah mendapat ijin orang tuaku, akupun menerima tawaran baik
mereka karna aku memang tidak punya kenalan diyogya.Setelah sebulan
tinggal bersama aku tahu kalau Pak Jerry yang bekerja diluar pulau
sering sekali berangkat, sementara kedua anaknya lebih memilih tinggal
bersama neneknya dikalimantan untuk mernyelesaikan pendidikan dasar
mereka. Aku sering melihat Bu Denok melamun sepulang dia dari mengajar
disekolah. Bu Denok juga sering cerita panjang lebar padaku tentang
kesepiannya dirumah selama ini. Dan aku selalu menjadi pendengar yang
baik.
Dibalik
sikap baik yang kuperlihatkan, terpendam hasrat yang ada sejak SMP dan
tumbuh lagi sejak pertemuan kembali dengan Bu Denok sekarang. Waktu SMP
dulu aku paling bersemangat jika pelajaran Bu Denok, selain cara
mengajarnya yang enak aku bisa mengintip BH yang dia gunakan. Antara
kancing didada dan kerah lehernya terdapat celah yang sering terbuka,
sehingga jika diperhatikan secara teliti, orang pasti bisa melihat
pakaian dalam yang ia gunakan. Dan selama penagamatanku Bu Denok selalu
memakai BH warna Hitam.
Itu
selalu menjadi santapanku setiap mata pelajarannya. Bahkan aku selalu
memperhatikan gerak-geriknya selama disekolah. Waktu itu usianya 28
tahun, dengan wajahnya yang putih dan bentuk tubuhnya yang menawan
membuatku selalu menjadikannya sebagai objek hayalan jika onani.
Sekarang diusianya yang ke 34 tdak terlihat kalau Bu Denok telah
memiliki 2 orang anak yang sudah SMP. Malah menurutku ia terlihat lebih
menawan, terutama pada bagian pinggul dan dada ukuran 38arB yang
lekukannya semakin terbentuk. Itu semua karena program BL yang
diikutinya tiap senin dan kamis sore.
Awalnya
aku cuma mengkhayalkan tubuh Bu Denok jika sedang bermasturbasi.
Kemudian aku melakukannya sambil memegang CD dan BH hitam milik Bu
Denok, sampai akhirnya aku berani menguping jika Pak Jerry yang pulang
dan sedang bercinta denagn Bu Denok. Sambil mendengar desahan dan
erangan erotis dari dalam kamar, tanganku asik mngocok batang kontolku
yang lumayan besar. Dan bila sudah keluar kubersihkan dengan CD atau BH
Bu Denok yang akan dicuci besok.
Akhirnya
muncul niatku untuk mencicipi lubang vagina Bu Denok yang pasti sangat
keset dan terawat. Aku melakukannya setelah 4 bulan tinggal disana, saat
itu hari kamis dan suaminya sudah berangkat seminggu. Aku menunggu
didalam kamar sambil membayangkan “malam pertama” yang akan kulalui
bersama Bu Denok. Saat dia pulang dari BL aku membukakan pintu rumah.
“Sore Ndra.. baru pulang?” Sapanya ramah dan tersenyum padaku.
“Iya Bu.. baru aja” Balasku sambil mengangguk.
Kemudian
dia pergi kedapur membuat segelas susu lalu diletakkan datas meja
makan. Kemudian ia masuk kamar untuk mandi. Saat dia mandi, kumasukkan
serbuk tidur yang kubeli di apotik kedalam susu yang akan diminumnya.
Sekitar
45 menit kemudian Bu Denok keluar dari kamar, ia menggunakan daster
motif bunga warna biru dengan panjang selutut tanpa lengan dengan
belahan dada yang agak rendah, sehingga jika dia agak membungkuk belahan
payudaranya yang indah akan tampak jelas terlihat olehku. Setelah
mengambil susu di atas meja dia duduk menemaniku menonton TV di ruang
tengah.
“Ada berita apa Ndra?” Tanyanya sambil meminum susu.
“Biasa Bu.. politik gak ada habis-habisnya” Sahutku sambil mencuri pandang keketiaknya.
“Bapa ada nelepon gak?”Tanyanya lagi sambil menghabiskan susu di gelas.
“Belum Bu, mungkin masih ngelonin istri baru” Candaku.
“Nakal ya..” Tegurnya sambil mencubit pinggangku.
Aku tidak menghindar karena dengan itu aku bisa melihat belahan dadanya yang seperti ingin melompat dari dalam dasternya.
Sekitar 5 menit kemudian Bu Denok mulai menguap dan kepalanya mulai jatuh karena sangat mengantuk.
“Ndra ibu tidur duluan.. Gak tau kok ngantuk banget hari ini” Pamitnya.
“Mungkin tadi terlalu diforsir tenaganya Bu” Sahutku dengan tersenyum.
Kemudian
Bu Denok masuk kamar dan menutupnya. Setelah 10 menit menunggu aku
mulai beraksi, kuketuk pintunya pelan tiga kali lalu kupanggil namanya,
tak ada jawaban. Kuulangi sekali lagi tetap tak ada jawaban, kuputar
pegangan pintu dan kubuka dengan sangat perlahan dan kututup
keras-keras. Bu Denok tidak bereaksi di atas kasurnya.
Kulihat
jam dinding, 18:13 masih banyak waktu pikirku. Aku naik keatas kasur
lalu ku perhatikan wajahnya, cantik sekali. Kucium bibirnya dengan
lembut, lalu kujilati wajahnya sampai basah kemudian ciumanku turun
kelehernya. Kusapu sekeliling lehernya dengan jilatan dan sedotan hingga
memerah. Setelah puas kuturunkan kepalaku kedadanya, walau masih
berpakaian lengkap tapi bisa kurasakan kekenyalan sepasang payudara yang
indah itu. Kedua tanganku secara perlahan tapi pasti meraih kedua bukit
kembar itu lalu mengusapnya dengan lembut sementara kepalaku turun
keselangkangnnya. Dibalik kain daster itu tercium aroma kewanitaan yang
sangat merangsang.
Kuhirup
puas-puas wangi yang memabukkan itu, sehingga mengakibatkan
remasan-remasan yang kulakukan kepayudara Bu Denok menjadi kasar dan tak
terkendali. Tarikan napasku semakin berat seiring dengan hasrat yang
semakin menggebu. Kemudian aku membuka semua pakaian yang mnelekat
ditubuhku, dan menutup mataku dengan kain. Setelah itu kubuka daster
yang dikenakan oleh Bu Denok kemudian kuatur posisi tubuhnya, Kedua
tangan di atas kepala dan kaki yang membuka lebar. Lalu kubvka kain
penutup mataku, pemandangan yang erotis dan menantang langsung terlihat
dihadapanku. Tubuh Bu Denok yang tergolek lemah dan tak berdaya kini
hanya ditutupi oleh BH hitam pada payudaranya yang montok dan CD pink
yang menggembung pada selangkangannya. Batang penisku semakin tegak
mengacung siap perang.
Kudekati
tindih tubuh Bu Denok yang tergolek lemah dan pasrah itu. Kucium bagian
payudaranya yang tak tertutup BH, lalu tanganku menelusup kedalam BHnya
dan meraih salah satu puting susunya kemudian memilin-milinnya. Dengan
napas yang makin memburu kusingkap BHnya keatas sehingga kedua
payudaranya langsung membusung kedepan seakan mengundangku untuk
menikmatinya. Kuciumi kedua payudaranya lalu kukulum, kusedot dan
kugigit-gigit putingnya sampai memerah. Setelah itu kulirik
selangkangannya, CD pink Bu Denok tak mampu menutupi beberapa helai
rambut hitam yang menjulur keluar dari balik CD itu. Kutahan hasrat itu
karena aku ingin menikmatinya saat Bu Denok mulai sadar nanti.
Kuraih
kedua payudaranya kuremas-remas dengan kasar lalu kuletakkan batang
penisku diantara sepasang susu yang indah itu. Kemudian aku mulai
menggerakkan pinggulku maju mundur, rasanya nikmat sekali walau pasti
tak senikmat jika masuk kelubang vaginanya batinku. Pelan tapi pasti
rasa nikmat mulai merasukiku, napasku mulai tersengal dan desahan mulai
keluar dari mulutku tanpa diminta. Butir-butir keringat makin mengalir
deras, kukulum bibir Bu Denok sejenak lalu kulanjutkan kembali
genjotanku tanpa kenal lelah. Kulihat tubuh Bu Denok mulai berguncang
karena gerakanku yang makin hebat.
Sekitar
10 menit berlalu dan aku sudah lelah menahan, kuputuskan untuk segera
mengeluarkannya. Gerakan pinggulku makin kupercepat dan kedua
payudaranya makin kurapatkan. Rasa nikmat tak terlukiskan mulai
menjalari batang penis dan menyebar keseluruh tubuhku. Cairan putih
kental dari kepala penisku dan membanjiri permukaan tubuh indah Bu Denok
yang tergolek diam. Kukocok batang penisku sambil memuntahkan cairan
spermaku kewajahnya, desahan-desahan nikmat keluar dari mulutku.
Setelah
selesai aku beristirahat sejenak sambil menatap tubuh Bu Denok yang
hanya tertutup oleh CD saja. Kemudian kuambil lap dan air hangat yang
memang sudah kupersiapkan, kubersihkan setiap bagian tubuhnya yang
terkena siraman spermaku. Setelah itu kucium-cium sebentar lalu
kupasangkan lagi BHnya, kemudian kubongkar lemarinya kucari baju yang
biasa digunakan Bu Denok kesekolah. Setelah dapat kupakaikan ketubuhnya.
Samar-samar terlihat sekali kalau baju itu membentuk lekukan yang
sangat indah aku berdecak kagum. Kemudian aku menunggu dia bagun sambil
memainkan payudaranya yang indah.
Aku
duduk disampingnya saat Bu Denok mulai membuka matanya. Cahaya lampu
tampak menyilaukan matanya, kuperhatikan bagian dadanya yang terbuka.
Batang penisku perlahan tapi pasti kembali mengeras melihat pemandangan
yang erotis itu.
“Jam berapa ini Ndra?” Tanyanya sambil mengucek mata.
“10 lewat 5 jawabku” Sementara mataku terus menatap kebelahan dadanya.
“Huuaah..
masih malam toh.. lagi ngapain kamu” Tegurnya sambil merentangkan
tangan, otomatis belahan payudaranya terlihat sampai BHnya. Dan itu
membuatku menjadi lupa diri.
“Lagi liat ini Bu..” Tanganku langsung meremas salah satu payudaranya yang montok.
“Jangan kurang ajar kamu ya” Bentaknya sambil menepis tanganku dan menutupi bagian dadanya yang terbuka.
Sambil
mendekatinya kuceritakan semua yang baru saja kulakukan tadi. Wajahnya
tampak memerah karena kaget dan tak percaya. Tiba-tiba aku langsung
memeluknya, dan mencium bibirnya. Tak sampai disitu, kurebahkan tubuhnya
keatas ranjang dan kuhimpit dengan tubuhku. Kulanjutkan aktifitasku,
mencium dan melumat bibirnya.
“Jangan Ndra.. Ini dosa” Pinta Bu Denok lirih.
Tapi
aku terus menciuminya, tanganku mulai menyusup kebalik baju Bu Denok.
Bu Denok menangkisnya, dengan sedikit gerakan aku berhasil menepisnya
dan terus menyusup masuk sampai menyentuh payudara Bu Denok yang masih
terbunkus BH. Aku meremas lembut payudaranya yang montok itu. Bu Denok
mendesah, aku terus meremas tidak lupa ciumanku terus melumat bibirnya.
Aku mengalihkan ciumanku ke lehernya. Bu Denok kembali mnedesah, jemari
tanganku mulai nerayap kepunggungnya, dan terus melepas tali BHnya.
“Berhasil” Batinku. Bu Denok tersentak.
“Kita tidak boleh melakukan ini Ndra” sambil mendorongku kesamping.
“Memang tidak boleh sih.. tapi..”
Aku
kembali merangkul Bu Denok, kali ini ciumanku lebih ganas dari pada
yang pertama. Mulai dari bibir ke telinga terus menjalar ke lehernya.
Jemari tanganku melanjutkan aksi lagi menarik keatas BH terus
meremasnya, memuntir-muntir putingnya. Bu Denok pasrah dan kelihatan
mulai panas dengan permainan yang kuterapkan. Aku mengangkat tubuh Bu
Denok dan membuka baju serta BHnya, akupun demikian. Bu Denok tampak
takjub melihat batang penisku. Aku memulai kembali aksiku, kali ini
ciumanku kuarahkan ke payudaranya. Bu Denok menggeliat, apalagi tanganku
menyentuh payudaranya yang satu lagi. Kami berdua telah bermandikan
keringat, tangan Bu Denok menjambak rambutku.
Permainanku
jemariku mulai merangkak ke bawah dan berusaha menyelusup kebalik rok
dan CDnya. Bu Denok tidak lagi menangkisnya. Jemari tanganku menyentuh
rambut kelaminnya, lalu jemariku menggesek-gesek sekitar liang vagina Bu
Denok. Bu Denok mendesah panjang dan membenamkan kepalaku
kepayudaranya, untuk mendapatkan kenikmatan lebih. Setelah beberapa
lama, ciumanku mulai merangkak kebawah sampai kebatas rambut vaginanya
yang sedikit terbuka. Aku kemudian memeloroti rok dan CDnya, akupun
demikian. Aku kembali terkagum melihat tubuh telanjang Bu Denok.
Payudaranya putih padat berisi dihiasi puting susu yang berwarna coklat
kemerah-merahan. Sementara Vaginanya dikelilingi rambut kelamin yang
lebat.
Aku
kembali beraksi, kali ini daerah sasaranku liang vaginanya. Aku
menciumi dan menjilati yang agak menonjol disekitar liang vaginanya
mungkin itu yang dinamakan kloritas. Setelah beberapa lama ciumanku
kembali keatas, merentangkan tangannya yang menutupi payudaranya. Terus
menjilati tubuhnya dan akhirnya mnedarat lagi di bibirnya. Batang
penisku dengan mulut vagina Bu Denok saling beradu. Ini menyebabkan
batang penisku ingin dimasukkan ketempatnya. Aku mengatur posisi dan
melebarkan kaki bo Denok.
Bu Denok tersadar dan berkata, “Kita sudah terlalu jauh.. jangan teruskan”
Aku
tidak lagi memperdulikan kata-kata Bu Denok karena hawa nafsuku sudah
menuju puncak. Aku kembalimeraih Bu Denok dan menciumi bibirnya, kali
ini lebih dahsyat lidahku bergoyang-goyang di mulutnya.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Bu
Denok tak bisa berbuat apa-apa dan kembali larut dalam kenikmatan.
Batang penisku yang sudah gatal ingin memasuki liang vagina Bu Denok.
Aku mengambil posisi yang pas, batang penisku mulai memasuki pintu
kewanitaannya. Seperti masih perawan, batang penisku sering melenceng
memasuki liang vagina Bu Denok, aku terus berusaha dan akhirnya masuk
juga batang vaginaku keliang vagina Bu Denok. Bu Denok mendesah panjang
dan badannya berguncang.
“Gila keset amat.. kaya belum punya anak aja” batinku.
Bu
Denok telah sedikit tenang dan batang penisku telah masuk sedikit demi
sedikit. Akhirnya semua batang kejantananku tenggelam di liang senggama
Bu Denok. Aku menggoyangkan pinggulku sehingga batang kejantananku
keluar masuk di liang senggama Bu Denok. Makin lama makin cepat, Bu
Denok mendesah sambil menyebut namaku. Kami berdua bermandikan keringat
walaupun cuaca pada saat itu lumayan dingin.
Erangan
yang panjang disertai cairan hangat menerpa batang kejantananku yang
masih berada didalamliang senggama Bu Denok. Rupanya Bu Denok telah
mencapai orgasme, aku pun tidak tinggal diam dengan mempercepat gerakan
batang kejantananku keluar masuk diliang senggama Bu Denok.
“Inilah saatnya” Batinku.
Akhirnya
puncak kenikmatanku datang, spermaku muncrat didalam liang senggama Bu
Denok bersamaan dengan cairan hangat yang kembali menyirami batang
penisku, ternyata Bu Denok kembali orgasme. Malam itu berlanjut dengan
beberapa kali orgasme Bu Denok, sampai akhirnya kami kelelahan dan
tertidur.
Pagi
harinya, Bu Denok bangun lebih dulu dan langsung kekamar mandi. Sesaat
kemudian aku terbangun dan mendengar guyuran air dikamar dan
mengetoknya, Bu Denok pun membuka pintu kamar mandi. Kembali aku
terkesima melihat Bu Denok yang telanjang bulat dengan rambut yang
basah. Gairahku kembali memuncak, aku masuk dan langsung merangkul tubuh
Bu Denok.
“Mandi dulu dong” Pinta Bu Denok manja.
Akupun
menuruti ajakannya kemudian mengguyuri tubuhku dengan air. Beberapa
saat setelah itu aku menyabuni tubuhku dengan sabun cair. Bu Denok turut
membantu, malah dia menyabuni batang kejantananku yang kembali tegak.
Rasa
malu Bu Denok telah hilang, dia mengocok-ngocok batang kejantananku
dengan lembut. Nikmat rasanya, dan pada saat hampir mencapai klimaksnya
aku melepaskan tangan Bu Denok karena belum saatnya. Gantian aku yang
menyabuni Bu Denok, mula-mula kedua tangannya lalu kedua kakinya.
Sampailah kedaerah yang vital, aku berdiri dibelakang Bu Denok terus
merangkulnya dan menyabuni payudaranya dengan kedua telapak tanganku.
Terdengar Bu Denok mendesah panjang. Usapanku kebawah melewati perutnya
hingga sampai keliang senggamanya. Kembali aku mengusapnya dengan
lembut. Busa sabun hampir menutupi liang senggama Bu Denok, kali ini Bu
Denok merintih nikmat. Setelah puas aku mengguyur kedua tubuh kami yang
masih berangkulan.
Aku
membalikkan tubuhnya dan kami pun saling berhadapan. Bu Denok kemudian
mencium bibirku, aku membalasnya dan kemudian terjadi french kiss yang
dahsyat. Tangan kami pun tidak tinggal diam, aku menyentuh payudara Bu
Denok dan ia menyentuh batang kejantananku yang masih perkasa berdiri.
Setelah beberapa lama, Bu Denok membimbing batang kejantananku memasuki
liang senggamanya. Dengan melebarkan kakinya batang kejantananku kembali
memasuki liang senggama Bu Denok. Bu Denok melilitkan tangannya ke
leherku kemudian aku menggendong Bu Denok dan menyandarkan ke dinding
kamar mandi.
Setelah
itu aku kembali menggoyangkan pinggulku yang membuat kejantananku
keluar masuk liang senggama Bu Denok. Akhirnya spermaku keluar dan
membasahi seluruh dinding liang senggama Bu Denok. Ternayata ia belum
mencapai klimaks, untuk membantunya aku menjilati liang senggama Bu
Denok. Bu Denok sedikit menjerit dengan apa yang kulakukan, Akhirnya Bu
Denok mengeluarkan juga cairan dari liang senggamanya dan pas mengenai
wajahku. Bu Denok terkulai nikmat, aku mengguyuri kembali tubuh kami
berdua.
Aku dan Bu Denok telah selesai mandi, dan telah memakai pakaian masing-masing.
“Lain kali.. aku minta lagi ya sayang” Bisikku sambil menelusupkan tangan ke balik baju kerjanya.
“Atur aja” Desahnya manja.
Kemudian
Bu Denok berangkat kerja dan aku pergi kuliah. Pokoknya selama bertugas
Pak Jerry keluar pulau, aku menggantikan tugasnya memenuhi hasrat
biologis Bu Denok di tempat tidur
0 komentar:
Posting Komentar