Film Panas, Cerita Panas, Berita Viral, Artis Seksi, Cewek Montok, Video Montok, Bola, Olahraga, Politik, Peristiwa, Otomotif, Bandar Bola, Terbaik, Agen Poker Teraman, Situs Casino, Togel, Bandar Online Terpercaya

Android4d Bo Togel Bonafit Terbaik Terpercaya Terjamin Aman   Wine4d Bandar Casino Togel Sgp Hk Sydney Australia Terpercaya Terbaik
Birtoto Bandar Togel Hk Sgp Sydney Turkey Teraman Terpercaya   Birtoto2 Togel Wap Terbaik Agen Toto Mesir Singapore Sydney Hk
Rajajp Bandar Togel Agen Togel Online   Diva4d Bandar Togel Situs Togel Agen Togel
kafetoto Bandar Togel Togel Online   Pasang Iklan Anda DISINI
Birasia Bandar Bola, Poker, Casino, Terpercaya Dan Teraman   Birpoker Agen Poker Indonesia Terbaik
Divapoker Agen Poker Online   Flamingo4d Situs Togel Terpercaya

Rabu, 05 Desember 2018

Cerita Sex Terbaru Nafsu Yang Tak Bisa Aku Tahan


Cerita Sex Terbaru Nafsu Yang Tak Bisa Aku Tahan

Cerita Sex Terbaru Nafsu Yang Tak Bisa Aku Tahan – Nama saya Bimo, usia saya kini 29 tahun. Istri saya (yg saya nikahi 3 tahun yg lalu) bernama Dina. Kami bertemu saat kuliah, dia lebih muda dua tahun dari saya. Manis menurut saya dengan tinggi 160 cm. Saya sangat mencintai istri saya karena sangat pengertian.

Kami sudah mempunyai anak (laki-laki) berumur 1,5 tahun, lucunya anak saya ini, saya bisa tahan bermain dengannya sampai berjam-jam. Itulah sebabnya saya sering berkata kepada teman-teman saya bahwa kebahagiaan abadi adalah jika kamu pulang dari kantor kemudian bermain bersama anakmu.

Namanya Jason, sengaja saya namakan demikian karena saya sangat suka dengan point guard Phoenix Sun yaitu Jason Kidd. Untungnya dia juga sudah mulai suka memantul-mantulkan bola ke tanah, sebuah dasar permainan basket.

Saya bekerja disebuah perusahaan multinasional yg bermarkas di Jerman. Penghasilan saya lumayan, lebih dari cukup malah, sehingga saya bisa tinggal di perumahan elite di pinggir kota Jakarta. Namun saya lebih suka hidup sederhana, mobilpun hanya punya satu.

Saya punya sobat kental yg bernama Doni. Persahabatan saya dengan Doni sudah terbina sejak kami masih sama-sama TK. Usianya sama dengan saya, kami hanya berbeda satu bulan (saya lebih tua). Perkenalan saya dengan Doni terjadi karena kami saling berebut kue ulang tahun yg dibawa oleh teman kami. Saat itu, seperti layaknya anak kecil kami bertengkar yg kemudian berkembang menjadi perkelahian ala anak kecil.

Doni sempat terjengkang saat itu, demikian juga saya yg terjatuh karena kaki saya ditendangnya setelah ia terjatuh kena pukulan saya. Dilerai oleh guru, kamipun akhirnya berkenalan. Hukuman yg diberikan Ibu Yanti adalah selama satu bulan selama di sekolah, kami harus bersama terus. Ternyata hukuman seperti ini sangat efektif karena sejak saat itu pula kami selalu bersama. (Hukuman dari Ibu Yanti ini sepertinya bisa dicontoh oleh guru-guru lain…..).

Kebersamaan kami tdk hanya di TK. Ketika masuk SD, kami ingin sekali untuk tetap bersama. Kebetulan niat kami ini menjadi kenyataan. Kami masuk ke sebuah SD swasta yg terkenal amat disiplin. Seingat saya, kami hanya sekali terpisah selama SD, SMP dan SMA, yaitu kelas empat SD. Sisanya kami selalu sekelas. Hingga SMA kami selalu mempunyai prestasi di sekolah yg hampir sama. Jika Doni dapat ranking tiga maka saya dipastikan akan berada di peringkat dua atau empat. Terhitung saya unggul lima kali dan Doni tujuh kali.

Kedekatan saya dengan Doni juga mengimbas ke kedua orangtua kami. Saya sudah seperti anak sendiri di depan orangtuanya demikian pula sebaliknya. Ketika kecil, kami sering bergantian menginap. Ini memang memudahkan kedua orangtua kami untuk mengontrol kami. Kalau saya menginap di rumah Doni, maka ibunya segera menelepon ibu saya dan mengatakan bahwa saya menginap dirumahnya. Hal serupa juga terjadi pada Doni.

Satu-satunya yg berbeda pada kami hanya sifat. Saya orang yg mudah sekali bergaul. Setiap ada pertemuan, hampir dapat dipastikan saya menjadi centre of attention karena kemampuan saya untuk berbicara. Doni sebetulnya bukannya tdk baik berkomunikasi, ia hanya lebih pendiam, itu pula yg membuatnya tampak lebih berwibawa dibanding saya.

Hobi kamipun sama yaitu main sepakbola dan basket. Jika main sepakbola, Doni biasa menempati posisi wingback kanan, sedang saya gelandang bertahan. Karena wibawanyalah, Doni selalu menjadi kapten saat bermain sepakbola. Di basket, posisi yg sering di tempatinya adalah posisi small forward. Saya sendiri biasa diposisi shooting guard.

Kami memang ditakdirkan untuk bersahabat. Selain hobi dan tetek bengek lain yg sama, kami sama-sama bungsu dari empat bersaudara. Jumlah kakak perempuan dan laki-laki pun sama, hanya berbeda urutan. Keluarga Doni, laki-laki-perempuan -perempuan- laki-laki sedang saya, perempuan-laki- laki-perempuan- laki-laki.

Tinggi kami berdua tdk berbeda jauh yaitu sekitar 180 cm, hanya saja Doni lebih tinggi dari saya sekitar satu cm. Penampilan fisik kami, kalau boleh saya sedikit sombong, sangat OK. Banyak teman-teman wanita kami yg tertarik kepada kami.

Ketika kuliah (tempatnya juga sama di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, jurusan manajemen), kami tetap satu kost. Tapi karena namanya juga kost-kostan, kami tdk bisa memilih untuk bersebelahan kamar. Doni mendapat kamar di lantai dua sedang saya dilantai satu.

Prestasi kami saat kuliah juga hampir mirip dengan prestasi kami di TK-SD-SMP-SMA, hanya saja kali ini karena kuliah kami tdk mungkin sekelas terus. IP kami yg selalu mirip, kisarannya sekitar 2,7-2,8. Yg ajaib, saat sebelum sidang sarjana, IPK kami sama persis yaitu 2,76. Karena malam sebelum sidang (kami sidang berbarengan) saya sibuk menjadi mentor bagi Doni, akhirnya saat sidang sesungguhnya saya hanya mendapat nilai B dan Doni justru A. Akan tetapi, hal ini bukanlah masalah bagi saya.

Dua tahun terakhir sebelum lulus, Doni tertarik dengan gadis sekampus kami yg berada di angkatan dua tahun lebih muda. Nama gadis tersebut Nadia. Rupanya sangat cantik, berhidung mancung, berkulit putih mulus, berdarah bule sedikit (ayahnya indo-belanda) . Tingginya sekitar 175 cm dengan berat badan yg sangat proporsional. Yg kurang proporsional menurut saya hanyalah dadanya yg sedikit kebesaran. Singkat kata Nadia sangat seksi. Jujur saja, saya sempat suka dengannya.

Awal-awal pendekatan, Doni selalu mengajak saya bila apel ke rumah Nadia. Alasannya singkat saja

“Loe khan pinter ngomong…”. Karena saat itu saya juga belum punya pacar, kami sering sekali jalan bertiga.

Tak heran jika Nadia kemudian dekat juga dengan saya. Kedekatan saya dengan Nadia bahkan sudah melebihi kedekatannya dengan Doni. Ini saya anggap sudah sangat berbahaya, jadi akhirnya saya memutuskan untuk tdk lagi menemani Doni.

Pendekatan Doni untuk mencairkan hati Nadia berlangsung cukup lama, kurang lebih 1,5 tahun. Malah akhirnya saya yg lebih dahulu mendapat pacar, yaitu Dina yg saya dekati selama kurang lebih enam bulan. Dan tak lama (kurang lebih satu bulan) setelah saya dan Dina resmi pacaran, merekapun menyusul resmi berpacaran. Bahagianya hati kami saat itu.




Nadia juga yg mempunyai usul agar kami mengontrak rumah bersama (maksudnya saya dan Doni). Dan usulan ini kami anggap sangat bagus dan enam bulan sebelum lulus, kami pindah kerumah kontrakan kecil berkamar dua. Nadia dan Dina sering datang dan mengurusi segala kebutuhan kami, dari mulai makan hingga keperluan kami sehari-hari. Saat itu kami merasa sebagai dua cowoq paling beruntung di dunia.

Kebiasaan kami untuk menjaga keamanan adalah sistem bawa kunci sendiri-sendiri. Setiap saat pagar rumah di gembok dan pintu rumah dikunci, ada atau tdk ada orang. Kebiasaan Doni jika pulang kerumah adalah teriakannya yg khas

“Permisi…! “, saya tdk mempunyai kebiasaan itu. Ini pula akhirnya yg menjadi tanda siapa yg pulang.

Setelah lulus, kami sibuk mencari kerja kesana kemari. Doni lah yg paling beruntung diantara kami. Baru sebulan lulus, dia sudah menerima panggilan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, sedang saya juga sudah sering terima surat balasan, tapi isinya kerap berisi penolakan.

Sebulan setelah dipanggil, Doni dinyatakan diterima di perusahaan tersebut. Inilah yg membuatnya menjadi sering bolak balik Jakarta-Bandung. Saya menjadi sering sendirian di rumah, walaupun Dina masih sering datang dan menemani saya. Saya dan Doni walaupun mempunyai pacar yg sering berkunjung ke rumah, sangat menjaga pergaulan. Saya dan Dina kerap hanya berciuman dan berpelukan jika dirumah, demikian pula dengan Doni dan Nadia. Kami juga menjunjung sopan santun yg menjadi dasar budaya suku kami.

Suatu hari, saat saya sedang sendirian dirumah, Nadia menelepon. Saya katakan bahwa Doni belum pulang dari Jakarta. Namun, rupanya Nadia justru ingin berbicara dengan saya. Mulanya saya pikir hanya akan berbicara di telepon, paling nanya soal Doni, pikir saya. Rupanya Nadia ingin berbicara langsung dengan saya dan meminta ijin untuk datang. Saya ijinkan, kebetulan Dina kuliah sampai malam dan baru besok datang ke rumah kontrakan ini.

Kira-kira pukul satu, dengan mukanya yg ceria Nadia datang. Setelah mengunci pagar dan pintu kami duduk di ruang tamu (kebetulan, ruangan dirumah ini selain dua kamar tidur, hanya ruang tamu ini). Nadia saat itu mengenakan pakaian yg sudah menjadi ciri khasnya, jeans ketat, kaus juga ketat dengan rompi diluarnya.

Kami berbincang-bincang dan bercanda cukup lama. Kami memang sangat nyambung jika ngobrol, jadi obrolan seakan mengalir tanpa diatur. Sampai tiba-tiba Nadia menundukan kepalanya dan ketika kepalanya terangkat lagi, saya llihat butiran airmata mengambang disudut matanya.

“Nad, kenapa…?” aku segera bertanya sambil berjalan mendekatinya.

Dengan mata merah dan airmata yg siap meleleh, Nadia berkata bahwa suasana seperti ini sudah lama ia harapkan. Saya jadi bingung akan maksudnya berkata seperti itu.

“Gue sangat mengharapkan bisa ngobrol berdua sama loe sudah sejak lama Bim,” ucap Nadia sambil menyeka airmatanya.

Saya berlutut didepannya sambil bertanya lagi maksudnya apa. Ia mengulangi perkataannya dan menambahkan bahwa maksudnya adalah ngobrol berdua dengan saya.

Saya masih kebingungan dan tak bisa berbicara ketika dari mulut Nadia keluar pernyataan yg mengagetkan,

“Gue sebetulnya suka sama loe, Bim”. Hah? Saya terlonjak kaget dan tetap tak mampu berkata-kata.

Kemudian Nadia menambahkan bahwa dirinya sangat terpukul ketika tahu bahwa saya dan Dina resmi pacaran. Harapannya musnah, impiannya melayg, angannya terbang yg berakibat ia akhir luluh didepan Doni. Bersedianya ia menjadi pacar Doni rupanya terdorong rasa kecewanya gagal mendapatkan saya. Atas dasar itu juga Nadia memberikan usul agar saya dan Doni tinggal dirumah kontrakan ini, maksudnya agar ia bisa setiap hari melihat saya, sekedar melihat saya.

Semakin lama berpacaran dengan Doni, hatinya justru semakin kuat melekat pada diri saya. Ia tahan berada di rumah ini hanya untuk melihat segala aktivitas saya seharian, walaupun itu dilakukannya dalam pelukan dan belaian Doni. Tak dipungkirinya, Doni sangat ia sayangi, tapi cintanya tetaplah pada saya. Ia membutuhkan orang yg mampu menjadi tempat bertanya, Doni tdk memiliki itu. Sifat dasar kamilah yg akhirnya menjadi penentu bagi Nadia.

“Bim, maukah kamu peluk Nadia?” Saya terdiam sejenak, sungguh tak mampu berkata-kata.

Memeluk Nadia? Bagi laki-laki lain kesempatan ini tdk akan dibiarkan hilang, tapi bagi saya, memeluk Nadia dengan kehangatan cinta adalah pengkhianatan terhadap Dina dan Doni. Akhirnya segala perdebatan di kepala saya perlahan-perlahan saya singkirkan. seksigo

Pelan-pelan tangan saya mencari pinggang Nadia dan mendekatkan tubuh saya kepadanya. Sejenak saya merasakan dada saya menabrak segumpal benda kenyal di dada Nadia. Tangan Nadia kemudian melingkar dipundak saya dan segera menarik saya agar lebih menempel pada tubuhnya. Seketika saya merasakan himpitan kekenyalan dadanya di dada saya. Nadia memeluk saya dengan kuat dan mulai mencium leher saya sambil berkata pelan dikuping saya,

”Thanks Bim, I love you,”.

Saya hanya tercenung mendengar ucapannya. Kemudian sambil tetap berpelukan ia mengatakan bahwa jika ia menjadi istri Doni, mungkin ia tdk akan pernah merasakan keindahan seperti ini. Seumur hidup ia mencari cowoq ideal buatnya dan baru kali ini menemukannya dalam diri saya. Nadia memang baru sekali pacaran yaitu dengan Doni. Sangatlah menyesal jika apa yg menjadi impiannya harus lepas walaupun sudah berada di depan mata. Mendengar penuturannya, saya hanya berkata bahwa saya juga amat sayang dengannya, tapi kata-kata saya terhenti oleh sebab yg hingga saat ini saya tdk tahu apa, dan dengan lembut saya mencium pipinya.

Nadia tertunduk dipundakku sambil tersenyum dan membalas ciuman itu pada pipi kiriku. Mungkin karena terbawa suasana, Nadia dengan gerak refleksnya langsung mencium bibir saya dan menahannya lama. Ketika dilepaskannya ciuman itu, ia tertunduk malu atas kelakuannya, tapi wajahnya terlihat tersenyum.

“Maaf Bim, mudah-mudahan kamu ngga marah,” ujarnya singkat.

Saya hanya diam dan baru sadar ketika Nadia menarik tubuh saya dan tubuhnya direbahkan di karpet. Saya merasakan desiran hangat di sekitar kemaluan saya dan menyadari bahwa milik saya itu sudah menegang menekan perut bagian bawah Nadia.




Tanpa pikir panjang, saya mencium bibir Nadia dan dibalas dengan sangat panas olehnya. Sambil terus berciuman, saya melepaskan pelukan dan mulai meraba tubuh Nadia yg putih mulus itu. Tdk ada dalam pikiran saya untuk berbuat lebih. Jemarinya juga tdk tinggal diam mulai menjelajahi dan mengusap-usap punggung saya.

Lama kami bergumul dikarpet ruang tamu itu, berciuman, menciumi leher masing-masing dan menjilatinya. Kurang lebih sekitar 45 menit kami bercumbu sampai akhirnya saya berinisiatif menghentikannya. Dengan nafas tersengal-sengal, Nadia memandangi saya dengan wajah sedikit kesal.

“Kenapa Bim?” tanya Nadia.
“Jangan Nad, nanti keterusan,” jawab saya.

Saya duduk di sofa dan sesaat kemudian Nadia duduk disebelah saya dengan merapatkan tubuh dan menggelendot manja. Kata-kata terimakasih mengalir dari bibir ranum yg baru saja saya kulum itu. Ia merebahkan kepalanya di dada saya dan memeluk saya erat.

Sejak itu, selama sebulan, kami mengulangi perbuatan yg sama setiap Doni harus ke Jakarta. Jadwal kuliah Dina bisa dengan mudah diketahui Nadia karena mereka sekampus dan setiap hari Nadia dan Dina kebagian jadwal yg berbeda.

Sikap kami didepan Doni juga tdk berubah. Sehari-hari kami berusaha menjaga kewajaran. Semua ini dengan tujuan agar tdk diketahui oleh masing-masing pasangan kami. Didepan saya, Nadia tetap manja dengan Doni dan saya tetap mesra didepan Dina.

Dan kami mengulang lagi apa yg sudah sering kami lakukan saat Doni ke Jakarta. Dina sudah pulang saat Nadia datang. Karena saya ingin mandi dahulu, tdk saya ketahui ketika Nadia sudah bertukar pakaian. Yg saya ketahui, ia sudah mengenakan bicycle pant pendek dan kaus oblong putih saat saya selesai mandi. Darah saya mendesir ketika Nadia menghampiri saya. Ia tampak sangat seksi dengan lekuk tubuh yg terbayang di kausnya.

Langsung ia memeluk saya dan kami mulai lagi bercumbu. Saat itu saya juga hanya bercelana pendek. Desiran hangat mengalir deras di sekitar kemaluan saya ketika saya menindih Nadia. Tangan saya mengusap-usap punggungnya juga tangannya melakukan hal yg sama. lehernya habis saya ciumi dan saya jilati. Desahnya semakin menderu.

Entah setan apa yg lewat, saya kali memberanikan diri memasukan tangan saya ke dalam kausnya. Saya raba perutnya yg indah dan perlahan-lahan mulai naik ke arah dada. Tak saya kira sebelumnya, Nadia bukannya melarang malah membimbing tangan saya menuju dadanya. Seumur hidup, baru sekali ini saya merasakan gumpalan kenyal didada ceweq, bahkan milik Dina pun saya tak berani.

Tangan saya terdiam diatas dadanya dan kemudian tangannya diletakan diatas tangan saya dan mulai meremas. Tangan saya jadi ikut meremas dadanya. Wow, saya sungguh baru sekali ini merasakan lembutnya gumpalan kenyal milik ceweq. Semakin keras saya remas, Nadia semakin keras mendesah.

Tiba-tiba saya merasakan ada yg meraba kemaluan saya. Saya lihat, jemari Nadia mulai meraba dan juga meremas-remas milik saya yg sudah mengeras itu. Tangannya kemudian mulai menyelusup ke dalam celana saya dan juga menyelusup kedalam celana dalam yg saya pakai. Seketika aliran darah disekitar kemaluan saya bertambah deras. Tak mau kalah, saya langsung membuka kaitan bra yg dipakai Nadia dan segera kembali meremas buah dadanya (Saya gambarkan sedikit, buah dada Nadia mempunyai ukuran yg besar bagi ukuran ceweq indonesia. Mungkin karena perawatan yg baik, buah dadanya masih kencang).

Semakin panas permainan kami ini sampai akhirnya kami membuka seluruh pakaian kami dan saling memberikan senyuman. Tak habis-habisnya saya memandangi tubuh telanjang Nadia dengan sebentuk tubuh yg seksi dan indah. Tdk mungkin cowoq tdk terangsang jika melihat tubuh indah seperti yg dimiliki Nadia.

Kali ini giliran Nadia yg menciumi dan menjilati seluruh tubuh saya. Milik saya sudah mengacung tegang dan jilatan berikut ciuman Nadia makin turun kebawah. Saya rasa saya sudah tdk tahan lagi. Saya langsung bangun dan merebahkan Nadia diranjang. Nadia malah mendekap saya ketika saya bergerak akan menindihnya. Milik saya yg sudah menegang itu menempel keras di kemaluannya yg berbulu lembut disekitarnya.

Desahnya makin terdengar ketika gesekan terjadi. Nafsu sudah menguasai kita berdua dan semakin mengkungkung kami saat ujung kemaluan saya menyentuh mulut kemaluannya. Kakinya berusaha menahan badan saya agar tdk mendorong tubuhnya lebih dalam. Rintihan kesakitan terdengar saat saya mulai kembali menekan tubuhnya. Saya sama sekali tdk ingin memasukan milik saya kedalam kemaluannya, bagaimanapun itu adalah hak suaminya kelak.

Tiba-tiba tangannya meraih milik saya dan menggesek-gesekan ujung milik saya itu dimulut kemaluannya. Badan terlonjak-lonjak, sayapun merasakan sensasi yg luar biasa. Kenikmatan yg tdk ada bandingannya. Tubuh saya bergetar menahan nafsu yg semakin memuncak. Tiba-tiba tubuh Nadia menegang dan terlonjak amat keras ke kasur. Saya dengar desahnya sempat sangat keras dan perlahan mereda.

“Sayangku, aku udah ngga tahan lagi,” ujarnya setengah membisikiku.

Kebimbangan segera hinggap dikepalaku. Wajahnya memancarkan kehangatan yg berbeda dan saya menjadi tdk berakal. Pelan-pelan saya dorong tubuh saya dan milik saya perlahan-lahan masuk ke mulut kemaluannya. Wajahnya meringis menahan sakit sambil terus mendorong tubuh bagian bawah saya agar perlahan terus masuk.

Mulut kemaluannya terasa sangat sempit. Saya lepas kembali dan perlahan-lahan saya masukan lagi. Begitu berulang-ulang sampai akhirnya saya sudah tdk tahan lagi dan seketika menerobos mulut kemaluannya dengan ganas. Ia terlonjak kaget dan saya lihat airmatanya meleleh tapi wajahnya tersenyum,

“Ohh…sayangku. ..,” desahnya sambil memelukku erat.

Tubuh saya mulai bergerak naik turun dan saya merasakan desiran hangat di seluruh kemaluan saya. Terasa ada yg memijit-mijit seluruh permukaan milik saya itu. Walaupun sambil menahan sakit, Nadia terlihat sangat menikmati permainan kami tersebut. Permainan yg sama-sama baru kita rasakan sekarang.

Tak sampai sepuluh menit, mungkin karena masih sama-sama baru, saya merasakan nikmatnya muncratan cairan hangat dari kemaluan saya didalam rongga kemaluan Nadia. Kemaluannya seketika menjadi hangat dan dipenuhi oleh cairan kental dari kemaluan saya.

Nadia memeluk saya dengan sangat erat, ia sesegukan menahan tangisnya, bibirnya bergumam menyebutkan bahwa ini adalah yg pertama baginya. Kami berpandang-pandanga n dan saya kemudian bertanya apakah ia menyesal?

Kaget saya dibuatnya ketika dengan cepat ia menggeleng dan berkata,

”Nadia melakukannya dengan orang yg memang menjadi idaman Nadia dari dulu, Nadia tdk menyesal…, ” tuturnya diiringi senyuman di bibirnya.

Mungkin karena gemas, ia mencium bibir saya lagi dan memainkan lidahnya didalam mulut saya.

Sejak peristiwa “the first time” yg kami alami itu, kami menjadi semakin terobsesi untuk mengulang kejadian itu dan mereguk kenikmatan yg tdk pernah kami rasakan sebelumnya.

Semua tingka laku kami memang tetap biasa, tdk ada yg berubah. Saya tdk ingin hubungan saya dengan Dina berantakan karena kegiatan Nadia dan saya tercium, terlebih lagi terhadap Doni, sobat kental saya yg sudah saya anggap sebagai saudara kembar itu. Tetapi semua itu akan segera berubah menjadi nafsu terpendam ketika Doni dan Dina tdk ada. Kami melakukan lagi dan lagi dan lagi…..seperti tdk ada lagi hari esok dengan makin panas dan bernafsu.

Saya dan Nadia tetap melakukan persetubuhan kami ini sampai saat menjelang mereka menikah. Bisakah anda bayangkan? Tiga hari sebelum menikah, kami masih sempat melakukan persetubuhan itu. Ditengah waktu yg sempit kami melakukannya di dalam kamar kakak Nadia yg memang kosong. Letak kamar tersebut di paviliun rumah Nadia. Itu kami lakukan ditengah-tengah kesibukan orang-orang mempersiapkan rumah untuk upacara perkawinan Doni dan Nadia.

Selama sebulan setelah pernikahan mereka (Saya dan Dina menikah sebulan lebih dulu dari mereka), saya dan Nadia menghentikan perbuatan biadab tersebut. Sampai suatu hari Doni menelepon saya dan memberitahu bahwa ia akan tugas ke Eropa selama seminggu sambil menanyakan titipan apa yg saya mau. Saya menjawab sekenanya karena bayangan saya segera lari ke tubuh indah Nadia yg sudah sering saya reguk tersebut. Dan benar saja, sepuluh menit setelah itu, Nadia gantian menelepon saya dan mengajak saya bertemu di sebuah hotel di daerah Jakarta Selatan.

Kami akhirnya melakukan perbuatan laknat itu lagi dari siang hingga sore hari seakan kerinduan selama sebulan terobati dengan tiga kali hubungan badan yg kami lakukan.

Itulah perbuatan kami yg pertama setelah Nadia dan Doni menikah. Sebulan kemudian, saya mendengar dua kabar baik bahwa Dina dan Nadia tengah hamil. Saya dan Doni terlonjak kegirangan karena Dina dan Nadia sama-sama hamil satu bulan.

Kini, Jason dan Grant (anak Doni dan Nadia, diberi nama itu karena Doni sangat mengidolakan Grant Hill, power forward Detroit Piston) sudah berumur 1,5 tahun. Keduanya lincah dan cerdas. Hobi mereka sama. Karena saya dan Doni memang membeli rumah yg bersebelahan, otomatis Jason dan Grant menjadi dua sahabat kecil selalu rukun.

Grant dan Jason terlihat persis seperti saya dan Doni. Saya sering mendengar Doni memuji Grant dengan bangga sampai saya sempat kaget ketika sambil dengan muka ceria Doni berkata,

“Mukanya mirip banget sama elo Bim, liat aja tuh, ngga salah gue punya sobat kayak elo,” seketika saya melihat Grant dan memang benar, ciri-ciri fisiknya sama dengan saya sehingga Grant dan Jason selintas seperti adik kakak.

Kemudian dengan cepat pula mata saya memandang Nadia yg tersenyum dan begitu bertemu muka dengan saya, ia mengangguk pelan sambil tersenyum ke arah saya…..

Itulah kisah saya yg panjang dan njelimet, mudah-mudahan tdk bosan. Saya hanya ingin cerita ini dibaca lengkap agar pembaca bisa memahami posisi saya dengan baik. Melalui forum ini pula saya ingin meminta maaf kepada sahabat saya, Doni atas perbuatan kami. MAAFKAN AKU, SOBAT.

Hubungan intim saya dengan Nadia memang tdk sesering dulu lagi, tapi bagaimanapun saya adalah yg pertama untuknya dan ia adalah yg pertama bagi saya. Sulit untuk melupakan yg pertama, sebisa mungkin kami mencoba untuk mengulanginya dan merasakan keindahannya lagi.



Share:
Lokasi: Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar



BANDAR TOGEL ONLINE TERAMAN & TERPERCAYA


NAMA BO PASARAN TUTUP RESULT MINIMAL DP&WD TEMPAT DAFTAR
WINE4D Singapore
Hongkong
Sydney
+7Pasaran
17:15
22:00
12:45
WIB
17:45
23:00
14:00
WIB
DP:50rb
WD:50rb
Klik Disini
BIRTOTO Singapore
Hongkong
Sydney
+7Pasaran
17:15
22:00
12:45
WIB
17:45
23:00
14:00
WIB
DP:50rb
WD:50rb
Klik Disini
BIRTOTO2 Singapore
Hongkong
Sydney
+7Pasaran
17:15
22:00
12:45
WIB
17:45
23:00
14:00
WIB
DP:50rb
WD:50rb
Klik Disini
KAFETOTO Singapore
Hongkong
Sydney
+5Pasaran
17:15
22:00
12:45
WIB
17:45
23:00
14:00
WIB
DP:50rb
WD:50rb
Klik Disini
ANDROID4D Singapore
Hongkong
Sydney
+7Pasaran
17:15
22:00
12:45
WIB
17:45
23:00
14:00
WIB
DP:50rb
WD:50rb
Klik Disini
RAJAJP Singapore
Hongkong
Sydney
+5Pasaran
17:15
22:00
12:45
WIB
17:45
23:00
14:00
WIB
DP:50rb
WD:50rb
Klik Disini
DIVA4D Singapore
Hongkong
Sydney
+4Pasaran
17:15
22:00
12:45
WIB
17:45
23:00
14:00
WIB
DP:50rb
WD:50rb
Klik Disini
FLAMINGO4D Singapore
Hongkong
Sydney
+1Pasaran
17:15
22:00
12:45
WIB
17:45
23:00
14:00
WIB
DP:50rb
WD:50rb
Klik Disini

Copyright © Film Panas, Cerita Panas, Berita Viral, Artis Seksi, Cewek Montok, Video Bokep, | Blogger Design by Rio Ferdinand |