Nama lengkapnya adalah Vita Anggraeni. Umurnya 24 tahun, dan sebagian besar mahasiswa mengatakan Vita adalah gadis yang cantik, pintar sekaligus berani. Rambutnya hitam legam terurai hingga bahu. Buah dadanya berukuran sedang dan kenyal hingga mampu mengacung tegak walaupun ia tidak mengenakan BH. Perut Vita rata, pinggulnya bulat, pinggangnya ramping. Dan sepasang kaki yang ramping hasil fitness dan olah raga tampak mempercantik tubuhnya. Selama perjalanan dari kantor polisi di kotanya hingga penjara ini Vita masih dapat melihat jalan-jalan yang dilaluinya. Penjara ini benar-benar terpencil, ia sendiri tidak mengetahui ada penjara di tempat seperti ini. Dan ketika ia melihat jarak yang ditempuh ternyata jarak penjara itu dengan batas kotanya saja sudah lima puluh kilometer lebih dan penjara itu terletak di tengah hutan.
Lamunan Vita terputus ketika sebuah piring seng berisi makanan didorong masuk ke dalam selnya lewat jeruji. Ia tiba-tiba tersadar bahwa dirinya belum makan dalam waktu 24 jam ini, sejak ia dipindahkan dari kantor polisi ke penjara ini. Ketika mengambil piring itu, Vita melihat makanannya hanya nasi kering dan sebuah tempe goreng. Tapi karena perutnya yang tiba-tiba terasa begitu lapar, Vita langsung menghabiskan makanan itu dan kemudian ia dengan terpaksa meminum air di ember tadi untuk menghilangkan rasa hausnya.
Tengah malam ketika Vita tertidur ditutupi oleh selembar selimut, seorang penjaga masuk ke dalam selnya. Sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Vita, penjaga itu lalu menarik dan menyeret Vita keluar dari selnya. Vita berjalan sambil sesekali didorong-dorong oleh penjaga itu menyusuri gang demi gang sampai akhirnya ia sampai di sebuah tanah lapang yang dikelilingi tembok tinggi.
Di tengah lapangan itu sudah berdiri lima orang pejaga lain dan seorang tahanan wanita. Gadis itu tampak cantik sekali walaupun di sekelilingnya nyaris gelap, hanya ada beberapa api unggun yang menerangi tempat itu. Vita dengan tangan dilipat ke belakang oleh penjaga yang pertama tadi didorong terus hingga ia berdiri dengan jarak hanya beberapa meter dari gadis tadi.
“Buka baju!” Perintah itu bagaikan tamparan keras di wajah Vita. Vita ragu-ragu dan kaget setengah mati mendengar perintah tadi. Vita melihat gadis di depannya sudah membuka kancing bajunya. Sebuah pukulan mendarat di pundak Vita membuatnya terdorong maju.
“Gue bilang buka baju!” Masih termangu tak percaya Vita melepaskan satu-satunya kancing yang ada di bajunya dan melepaskan baju itu hingga dengan sendirinya terjatuh di kedua kaki Vita. Vita sudah menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya. Ia akan diperkosa oleh keenam penjaga itu. Ia pernah membaca berita tentang tindakan aparat keamanan yang tidak senonoh kepada tahanan wanita, tapi waktu itu ia tidak percaya.
Tapi sekarang Vita sudah berdiri telanjang ditatap dengan penuh nafsu oleh para penjaga itu. Vita sendiri masih perawan, ia dan pacarnya belum pernah berhubungan lebih jauh dari sekedar petting, dan sekarang Vita berdiri gemetar berusaha menutupi tubuhnya yang telanjang bulat dengan tangannya. Gadis di depan Vita juga sudah telanjang bulat, dan Vita melihat tubuhnya yang sempurna, jauh lebih terawat dari pada dirinya. Gadis itu terlihat lebih tegar dan kuat daripada Vita, ia berdiri tak bergerak di tengah para penjaga dan matanya tidak menyiratkan rasa takut.
Penjaga yang membawa Vita berdiri di tengah mereka.
“Malam ini kita punya program latihan buat kamu semua. Kamu berdua harus melawan satu sama lain sampai salah satu dari kalian tidak bisa bangun lagi. Yang menang boleh balik ke selnya. Yang kalah musti menghibur kita di sini. Kalau kalian tidak serius, kalian berdua akan kena hukuman masing-masing tiga puluh kali pecutan. Jelas!”
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Vita shock sekali mendengar perkataan itu sambil melihat gadis di depannya menganggukkan kepala. Sementara Vita masih berdiri karena terkejut, gadis di depannya sudah mendekat dan melayangkan pukulan ke perut Vita sekuat tenaga. Nafas Vita terhentak keluar ketika ia tersungkur jatuh berlutut sambil memegangi perutnya. Kemudian Vita melihat kaki gadis itu terangkat dan mengayun kemudian menghantam dagunya, membuat kepala Vita tersentak ke belakang dan tubuh Vita terjengkang ke belakang, tergeletak di atas tanah setengah sadar. Vita mendengar para penjaga bersorak-sorak ketika ia berguling ke atas perutnya dan berusaha bangun dengan susah payah. Vita kemudian merasakan tubuh gadis itu menyergapnya dari belakang dan melingkarkan tangannya ke leher Vita membuatnya susah bernafas. Dengan satu usahanya yang terakhir Vita mendorong tubuh gadis itu agar ia lepas dari tubuhnya.
Sekarang mereka berdua berdiri berhadapan satu sama lain. Gadis itu lalu langsung mendekat lagi sambil mengayunkan tinjunya, dan kembali menghajar Vita tepat di dagunya. Pandangan Vita berkunang-kunang berusaha keras menjaga keseimbangannya. Sebuah pukulan kembali mendarat di perut Vita membuat ia jatuh terjengkang lagi. Gadis itu langsung menindihnya dan terus mengayunkan pukulan ke wajah Vita sampai Vita hampir tak sadarkan diri. Vita masih bisa merasakan penjaga menarik gadis itu dari atas tubuhnya sementara ia sendiri terbaring tak berdaya. Setelah itu gelap.
Vita tidak mengetahui berapa lama ia tak sadarkan diri. Ia tersadar lagi setelah penjaga menyiramkan seember air ke wajahnya membuat Vita bangun terduduk dan tersedak. Keenam penjaga itu berdiri mengelilingi Vita. Gadis tadi sudah tidak kelihatan. Ketika Vita melihat wajah penjaga-penjaga itu, ia melihat wajah yang penuh nafsu dengan lidah yang menjilati bibir mereka. Vita tersadar bahwa kekalahannya tadi hanya merupakan awal dari mimpi buruknya malam ini.
Dua orang penjaga memegangi tangan Vita dan menyeretnya kembali ke bangunan utama. Setengah dipapah setengah diseret, Vita dibawa masuk ke kamar mandi pria. Dengan tubuh penuh keringat dan lumpur Vita didorong di bawah shower dan air sedingin es langsung menyembur membuat Vita berjongkok sambil menggigil di depan penjaga tadi. Seorang penjaga memasang sebuah borgol di tangan Vita dan mengaitkannya ke sebuah pipa di tembok. Vita menatap dengan panik ketika keenam laki-laki itu mulai melepaskan pakaian mereka. Ketika mereka telah telanjang bulat, dua orang penjaga memegangi kaki Vita dan membuka lebar-lebar. Vita meronta-ronta tapi tak berdaya. Penjaga yang lain mulai meremas dan menarik buah dada Vita sementara yang satu lagi meraba paha Vita setelah itu memasukkan jarinya ke lubang kemaluan Vita. Vita mengerang dan menangis ketika tangan-tangan mereka terus meraba tubuhnya tanpa henti.Kemudian seorang penjaga berdiri di hadapan Vita, batang kemaluannya sudah tegang dan keras ketika ia tersenyum menyeringai pada Vita. Sambil meraih pinggul Vita dengan kedua tangannya, ia mengangkat tubuh Vita sedikit dari atas lantai sementara ia sendiri menekuk kakinya mengarahkan batang kemaluannya ke belahan kemaluan Vita. Dengan satu dorongan keras batang kemaluan itu merobek masuk ke lubang kemaluan Vita. Tubuh Vita terasa tersobek-sobek terutama lubang kemaluannya ketika batang kejantanan itu masuk ke dalam lubang senggamanya yang kering dan sempit. Vita menjerit-jerit keras hanya untuk menerima satu tamparan di wajahnya yang membuat Vita hampir tak sadarkan diri. Batang kemaluan yang bergerak keluar masuk liang senggama Vita, terasa seperti besi panas yang membuat nafas Vita terputus-putus.
Untuk meredam teriakan Vita seorang penjaga memasukkan segumpal kain ke dalam mulut Vita. Sekarang yang keluar dari mulut Vita hanya erangan tak jelas setiap kali penjaga yang sedang memperkosanya bergerak masuk. Setelah beberapa lama, Vita merasakan tubuh penjaga itu mengejang dan erangan nikmat keluar dari mulutnya. Sperma laki-laki itu menyembur masuk sebanyak-banyaknya ke dalam lubang kemaluan Vita. Sambil terengah-engah ia menarik batang kemaluannya yang berlumur sperma dan darah perawan Vita keluar dari tubuh Vita.
Sebelum sempat menarik nafas lagi, penjaga yang lain yang mengambil giliran selanjutnya dan dengan kasar ia juga mendorong batang kemaluannya masuk ke liang sorga Vita yang meneteskan darah bercampur sperma. Rasa sakit itu sekarang sudah berkurang tapi tetap menyakitkan sementara penjaga tadi tanpa peduli terus mendorong dan menarik batang kemaluannya. Vita memejamkan matanya berharap ia dapat mengurangi rasa sakit dan ngilu yang menyerang seluruh tubuhnya. Penjaga yang lain mendekat dan kembali meremas dan menarik buah dada serta puting susu Vita hingga nyeri. Suara yang dapat didengar Vita selain erangannya sendiri hanya suara pinggul penjaga itu yang menumbuk pantatnya ketika ia mendorong batang kemaluannya keluar masuk kemaluan Vita.
Ketika penjaga kedua selesai, Vita sudah bersiap untuk penjaga yang ketiga. Tapi dengan mata terbelalak kaget dan ngeri, Vita merasakan sepasang tangan membalikkan tubuhnya kemudian membuka belahan lubang kemaluannya. Vita menjerit tapi tak ada suara yang keluar selain erangan. Vita sempat merasakan kepala batang kemaluan penjaga itu menempel di liang anusnya sebelum seluruh rasa sakit kembali menyerang sekujur tubuh Vita. Vita tidak pernah merasakan rasa nyeri yang tak tertahankan seperti ini sebelumnya. Penjaga itu bergerak dengan brutal merobek-robek liang anus Vita, hingga ia pingsan kesakitan.Sesaat kemudian Vita kembali tersadar dan ia merasa gumpalan kain yang ada di mulutnya ditarik keluar. Tetapi setelah itu seorang penjaga langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Vita sambil menarik kepala Vita kebelakang. Vita tersedak dan terbatuk ketika batang kemaluan yang keras itu memotong aliran udaranya membuat ia tidak bisa bernafas. Batang kemaluan di anus Vita masih terus bergerak keluar masuk dengan keras sementara mulut Vita juga dimasukan oleh batang kemaluan yang lain. Buah dada Vita terus disakiti oleh tangan keempat penjaga yang lain. Tubuh Vita bergerak maju mundur seirama dengan gerakan batang kemaluan yang keluar masuk di anus dan mulutnya.
Perkosaan itu berlanjut terus, hingga keenam penjaga itu mendapat giliran sedikitnya dua kali memperkosa Vita. Vita sekarang tergeletak tak bergerak di lantai kamar mandi, dengan sperma mengalir keluar dari lubang kemaluan dan mulutnya. Tubuh Vita kesakitan seperti baru saja dipukuli selama berhari-hari. Ia mengerang lirih ketika dua orang menarik tangannya berdiri dan melemparkan baju penjaranya.
Tak berdaya berjalan sendiri, mereka menyeret tubuh Vita ke selnya dan melemparkannya masuk ke dalam. Dari celah kecil di atasnya Vita dapat melihat sinar matahari pagi mulai memancar. Ia merangkak menuju ember berisi air dan dengan sekuat tenaga berusaha membersihkan dirinya. Kemudian ia kembali merangkak menuju matrasnya dan tersungkur tidur.
Hari-hari selanjutnya merupakan neraka bagi Vita dan itu terus berulang. Setiap pagi ia ditarik keluar dari sel jam lima pagi kemudian bersama tahanan yang lain mereka naik ke sebuah truk yang membawa mereka ke sebuah tanah lapang yang tandus. Di situ mereka harus mencangkul tanah lapang itu untuk diolah menjadi lahan perkebunan. Ditengah hari mereka diijinkan beristirahat selama setengah jam. Dan ketika matahari mulai tenggelam mereka baru kembali ke penjara.
Dan pada malam hari, di hari-hari tertentu sekelompok penjaga akan menyeretnya keluar dan memperkosanya bergantian hingga hari menjelang pagi. Dan jika Vita terlihat kelelahan pada siang harinya maka komandan penjara akan mengikat Vita di tengah lapangan dan memecuti tubuhnya disaksikan oleh para tahanan yang lain.
Setelah sebulan berlalu, dan ketika Vita sedang bekerja dengan giat demi menghindarkan dirinya dari hukuman komandan, sekelompok tahanan wanita yang berkuasa di situ menyeret tubuhnya ke dalam kamar mandi. Di situ mereka memukuli Vita karena dianggap mencari muka dengan bekerja sangat rajin. Mereka juga menyiksa Vita dengan memasukkan batang besi dan sebuah tongkat ke dalam anus dan lubang kemaluan Vita.
Satu bulan kemudian Vita kembali diseret keluar dari selnya dan dibawa mendekati sel tahanan pria. Dua orang penjaga memegangi tangannya dan menyeretnya agar masuk ke dalam sel tahanan yang penuh dengan tahanan pria.
“Malam ini kamu musti menghibur mereka!”
“Jangan! Jangaann! Jangan masukkan saya ke sana!” Vita memohon dan menjerit minta tolong.
Tahanan pria sudah mulai berkerumun sambil meraba bagian bawah tubuhnya. Jeritan Vita tak didengar sama sekali oleh penjaga itu yang terus membuka kunci pintu sel itu dan mendorong tubuh Vita masuk ke dalam sel yang lebih luas. Vita berusaha menjauh dari tahanan pria itu sambil akhirnya terdesak hingga jeruji sel itu. Sebuah tangan meraih bahu Vita dan menariknya hingga terjatuh ke lantai. Tangan-tangan lain meraih kaki Vita dan membukanya. Dan ketika Vita membuka mulutnya untuk menjerit sebuah batang kemaluan langsung masuk ke dalam mulutnya sementara sebuah batang kemaluan lain masuk ke dalam lubang kemaluannya.
Vita harus dirawat selama tiga hari di rumah sakit penjara setelah semalam bersama tahanan pria itu. Tubuh Vita harus diseret keluar dari sel di pagi harinya dan Vita hanya merintih,
“Lagi.. lagi.. lagi.. lagi.. lagi..”
Sebelum Vita pingsan malam harinya, Vita masih bisa mengingat tiga orang laki-laki yang sekaligus menikmati tubuhnya dan ia menjerit dengan sisa-sisa tenaganya dengan batang kemaluan masuk di dalam mulutnya. Dan ketika ia sedang terbaring di rumah sakit, Vita mengingat kembali pengalamannya di dalam sel pria itu. Dan ia ingat betapa ia sendiri mencapai orgasme setelah beberapa orang memperkosanya. Setelah beberapa orang lagi ia kembali mengalami orgasme berkali-kali hingga ia pingsan kelelahan. Dan ia sendiri tidak mengerti mengapa itu semua terjadi pada dirinya.
Suatu hari Vita dan seorang tahanan lainnya Lia. Lia juga mahasiswi yang diciduk dari Bandung karena demonstrasi. Lia baru masuk sekitar satu bulan yang lalu, dan juga sudah habis-habisan dikerjai oleh para penjaga penjara. Vita dan Lia bekerja di bidang tanah yang lain. Hari itu amat sangat panas. Vita dengan segera telah terengah-engah kehausan. Menjelang tengah hari Vita mendengar Lia berbisik kepadanya.
“Vita, Vita..” ia memanggil dengan suara lirih. Vita mengangkat kepalanya dan melihat mata Lia membesar.
“Apa?” tanya Vita.
“Lihat! Para penjaganya nggak ada!”
Vita memperhatikan sekelilingnya dan ia terkejut ternyata Lia benar. Tidak ada seorang pun penjaga yang terlihat. Ia memandang kembali pada Lia dan langsung dapat menebak pikirannya. Mereka akan berusaha melarikan diri.
Lia langsung melemparkan cangkulnya dan berlari masuk ke dalam hutan. Vita juga langsung menyusul di belakangnya. Akar-akar yang bergantungan menghalangi pandangan Vita, tapi ia masih bisa melihat Lia yang berlari di depannya, entah menuju ke mana yang penting menjauhi neraka di belakang mereka.
Setelah beberapa saat nafas Vita makin berat dan terputus-putus. Semakin masuk ke dalam hutan, semakin sulit berlari dengan cepat. Sebuah dahan mengayun dan memukul pipi Vita hingga berdarah. Makin lama, pakaian yang dikenakan mereka berdua semakin terkoyak-koyak karena tersangkut dahan dan akar. Sekarang mereka hanya mengenakan serpihan kain yang sama sekali tidak menutupi tubuh mereka, Vita dapat melihat bahu Lia yang tersayat dahan dan memerah sementara ia terus berlari.
Akhirnya, karena letih dan kehabisan nafas mereka berdua jatuh tersungkur di bawah pohon yang besar. Selama beberapa menit mereka hanya bisa terengah-engah menarik nafas sementara keringat membanjir keluar dari sekujur tubuh mereka.
Lia berbaring telentang, dan buah dadanya yang mengacung bergerak naik turun seirama dengan nafasnya yang tersengal-sengal.
“Kita berhasil!” kata Lia dengan senyum penuh kemenangan.
Wajahnya lebih berseri, walaupun ada darah yang menetes dari dahi dan pipinya.
“Semoga kamu benar”, kata Vita tenang.
“Kita masih harus keluar dari hutan ini dan mencari jalan kembali ke kota. Aku sendiri nggak tau kita ada di mana. Kamu tau?”
Saat itulah terdengar gonggongan anjing. Mereka langsung berdiri dan berlari lagi, mereka berlari tanpa mengetahui arah mereka. Anjing-anjing itu terdengar semakin dekat dan gonggongan mereka terdengar makin keras. Vita dapat mendengar suara teriakan penjaga-penjaga di sela gonggongan ajing itu, dan itu membuat ia makin ketakutan dan berlari makin cepat. Hutan itu makin gelap dan mereka sekarang sama sekali tidak tahu sedang menuju ke arah mana. Yang mereka inginkan hanya melepaskan diri dari regu pencari di belakang mereka.
Ketika mereka sampai di sebuah daerah kecil yang terbuka tiba-tiba saja mereka sudah dihadang oleh sekelompok penjaga, dan setiap kelompok memegang rantai yang mengikat seekor anjing doberman yang besar dan hitam. Doberman itu menggonggong dan melonjak-lonjak berusaha mendekati Vita dan Lia tak terkendali. Salah seorang dari penjaga berteriak dan doberman tadi langsung diam dan duduk di depan masing-masing kelompok. Lia dan Vita langsung jatuh berlutut ketakutan. Usaha mereka untuk melarikan diri gagal total.
“Betul juga kata komandan!” kata salah seorang penjaga.
“Yang dua ini pasti berusaha lari!”
“Ya benar, kita semua pasti dapet hadiah malem nanti!” kata yang lain.
“Iket mereka lalu seret balik ke penjara.”
“Tunggu!” kata penjaga yang tadi menenangkan doberman.
“Masa anjing-anjing ini nggak dapet bagian. Mustinya mereka dapet hadiah, kan mereka yang nemuin cewek-cewek ini!”
Rasa mual langsung menyerang perut Vita, karena ia bisa menebak maksud penjaga itu. Sambil ditertawai oleh penjaga-penjaga itu, Vita dan Lia didorong hingga jatuh tersungkur di atas siku dan lutut, dan kaki-kaki mereka ditarik membuka lebar-lebar. Sementara dua penjaga memegangi tubuh Vita, penjaga yang ketiga menggiring seekor doberman mendekati tubuh Vita dari belakang. Vita dapat merasakan hembusan nafas ajing itu di pantatnya dan ia mendengar anjing itu mendengus-dengus. Tubuh Vita mengejang ketika lidah anjing itu menjilati lubang kemaluannya yang mengirimkan sensasi ke seluruh tubuhnya. Dan tiba-tiba kaki depan doberman itu menghujam ke pinggulnya dan batang kemaluan binatang itu masuk ke dalam lubang kemaluan Vita. Dengan perut mual Vita hanya bisa diam tak bergerak ketika doberman itu mulai bergerak memperkosanya dari belakang. Sementara penjaga-penjaga itu mulai tertawa lagi melihat adegan di depan mereka.
Perlahan tubuh Vita mulai bereaksi atas gerakan doberman itu dan tubuhnya mulai bergerak seirama dengan gerakan doberman. Lubang kemaluan Vita perlahan mulai terangsang ketika gerakan Vita makin seirama dengan gerakan doberman di belakangnya. Tubuh Vita mulai berkeringat lagi dan nafasnya makin tersengal-sengal. Vita mulai mengerang sembari menelan ludah dan pandangannya mulai kabur. Tubuh Vita mulai menuju orgasme yang makin lama makin memuncak di sekujur tubuhnya. Dan ketika doberman itu melolong, Vita merasakan sperma anjing memenuhi lubang kemaluannya dan ia menjerit dan mengerang nikmat. Doberman itu lalu mundur dan seekor anjing lain menggantikan posisinya. Kembali Vita merasakan sebuah daging panas masuk ke dalam lubang kemaluannya dan doberman itu mulai menyetubuhinya. Dengan tubuh makin bergejolak mendekati orgasme Vita masih sempat melihat Lia yang ada di seberangnya, ia melihat Lia yang meronta-ronta karena seekor doberman lain sedang menyetubuhinya juga.
Vita seperti sedang bermimpi melihat itu semua, yang nyata baginya hanyalah orgasme dalam tubuhnya yang makin mendekati puncak. Dan ketika doberman kedua menyemburkan spermanya, Vita menjerit dihantam gelombang orgasme yang kedua. Vita tidak tahu lagi berapa doberman lagi yang menyetubuhinya, tapi ketika anjing terakhir selesai, tubuh Vita langsung tersungkur kelelahan. Dari lubang kemaluan Vita mengalir sperma anjing dan di pinggulnya juga dilumuri oleh sperma mereka. Vita terus berbaring tak bergerak selama beberapa menit, terengah-engah dan gemetar ketika gelombang orgasme yang tersisa masih mengalir ke seluruh tubuhnya. Dengan mata terkejap-kejap ia melihat ke arah Lia, dengan seekor doberman di depannya dan batang kemaluan anjing itu di mulutnya, berusaha mengulum dan menjilati hingga akhirnya anjing itu menggeram dan sperma menyembur ke wajah Lia.
Setelah itu seorang penjaga mendekat dan menarik kepala Vita sambil mendekatkan batang kemaluannya ke mulut Vita. Tanpa bisa berpikir jernih lagi Vita membuka mulutnya dan mulai mengulum dan menjilat batang kemaluan laki-laki itu. Vita terus mengulum sementara batang kemaluan lain juga masuk ke lubang kemaluannya dan mulai bergerak. Vita sudah tidak menyadari keadaan sekelilingnya lagi. Semuanya tampak kabur sampai akhirnya gelap gulita. Vita mengulum batang kemaluan yang besar itu dengan penuh nafsu, lidahnya menjilati batang kemaluan hingga pangkalnya. Nafas Vita tersentak ketika sebuah batang kejantanan lain menghunjam ke anusnya. Vita sedang dalam posisi merangkak. Buah dada Vita mengayun-ayun ketika tubuhnya mulai bergerak didorong oleh gerakan batang kemaluan di anusnya. Tubuh Vita segera berkeringat ketika Vita dengan sekuat tenaga membuat dua orang itu mencapai klimaks. Vita sendiri telah mengalami dua kali orgasme sepanjang hari itu, dan ia sadar dirinya masih akan mengalami orgasme demi orgasme sebelum akhirnya ia kembali ke penjara lagi.
Sekarang Vita sudah menjadi pelacur bagi penjara itu. Ia harus melayani setiap orang yang sanggup dan mau membayar tubuhnya. Penjara itu ternyata memiliki kegiatan pelacuran kelas tinggi. Bisnisman dari manca negara yang pernah mendengar tentang penjara itu kebanyakan mengetahui tentang kegiatan terselubung itu, tak terkecuali juga pejabat-pejabat negara kelas tinggi yang kadang juga menggunakan tubuh Vita dan tubuh gadis lainnya yang sudah dipilih sendiri oleh komandan penjara.
Malam itu Vita harus melayani dua orang dari Inggris yang sudah membayar US$ 1.000 kepada komandan untuk dapat menggunakan tubuhnya selama delapan jam. Tiga minggu yang lalu Vita melayani seorang pejabat dari Brunei. Ia membayar US$ 2.000 agar ia dapat memecuti tubuh Vita yang menjerit dan mohon ampun, selama enam jam berturut-turut. Vita tidak dapat bergerak selama enam hari setelah peristiwa itu.
0 komentar:
Posting Komentar