Cerita Sex Terabaru Tante Evi Yang Binal Dan Hot – Aku sedang liburan di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yg paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yg paling tua, waktu itu aku masih berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, Tante Eni berumur 27 tahun, orangnya cantik dan mempunyai tubuh yg mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar bahenol dengan pinggang yg ramping dan perut yg datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun.
Akan tetapi Tante Eni yg cantik itu, orangnya sangat judes, dia tdk memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan Tante Eni datang dari keluarga yg sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya dua bersaudara dan Ani adik perempuannya yg berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan Tante Eni di Bandung.
Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari Tante Eni mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yg bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yg berotot, Tante Eni curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.
Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yg memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, Tante Eni marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya.
Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik Tante Eni sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan Tante Eni katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yg setengah membentak, Tante Eni menyuruh saya menjaga rumah.
“Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,” pikirku.
TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yg kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yg cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri.
Burungku yg sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yg kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yg masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yg kutonton. Kurasakan ada getaran dalam k0ntolku yg ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba…
“Doni.. apa yg kamu lakukan!!” teriak sebuah suara yg aku kenal.
“Ooooohh… Tante…?!” aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu.
Tak kusangka Tante Eni yg katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati Tante Eni yg cantik tapi judes itu, yg masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yg telanjang bulat dengan k0ntolku yg panjang dan besar dalam keadaan tegang itu.
Tiba-tiba entah setan mana yg mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh Tante Eni yg mungil padat itu. Badannya yg mungil dan tingginya yg hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga Tante Eni hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yg seksi.
“Eeeehhhh… ppppffffff…!!! badan Tante Eni seketika mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yg tdk pernah dia sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas….
“Doni.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Doonnnn.. Aku ini istri om mu…!!! Cepat lepas… nanti kulaporkan kau ke om mu…” teriak Tante Eni dengan suara garang mencoba mengancamku.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Aku tak lagi peduli, salah Tante Eni sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yg biarpun tdk terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai Tante Eni menjerit-jerit. Disamping nafsuku yg memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yg sangat menghina padaku.
Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara Tante Eni terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yg dikatakannya, aku sudah tdk memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tdk dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yg tinggi 175 cm dengan badan yg atletis dan berotot, tdk sebanding dengan tubuh Tante Eni yg 155 cm dan mungil itu.
Akibat seranganku yg bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tdk ada lagi perlawanan dari Tante Eni, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tdk ada perlawanan lagi dari Tante Eni, k0ntolku yg panjang dan besar yg sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yg mungil dan kuelus-elus ke k0ntolku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok k0ntolku yg mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tdk ada perlawanan darinya.
Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju Tante Eni, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yg satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yg lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara Tante Eni yg padat berisi…
“Doonnnnn… aaammmpuunn… Dooonnnnnnnn… iiii.. iiingaaattttt.. Doonnnnnn..!!!”
Kucium dan kulumat putingnya yg berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yg masih tertutup CD.
“Iiiiiiiiii…..ooohhhhhhh…..aaaagggghh hhhhh……..ssssshhhhhhh……..Doonnnnnnnn……! !!!!” akibat perlakuanku itu, kayaknya Tante Eni mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yg mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat.
Aku makin memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh Tante Eni bergetar dengan kuat dan……..
“Aaaahhhhhh..Dooonnnnn…jaaa..jaaa angaaannn….Dooonnnnn……iiii…ngaaaatttt..Doooo nnnn… oooohhhhhhh…………aaaaaggggghhh…aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh…!!!!!” akhirnya, disertai tubuhnya yg mengejang dan menggeliat-geliat kuat, serta kedua tangannya mendekap punggung ku….
Seerrr.. cairan kewanitaan Tante Eni membasahi CD nya sekalian jemariku.
Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan Tante Eni melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yg sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.
Kami terdiam sejenak, sementara tubuh Tante Eni bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik Tante Eni masih menggenggam k0ntolku yg masih tegak mengacung.
Akhirnya secara perlahan-lahan kepala Tante Eni menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yg sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya…
“Oooohhhh….Dooonnnnn, apa yg kau perbuat pada tantemu ini…….?????”
“Eeeehhmmm…maafkan Doni tante….Doni lupa diri….abis tante tadi masuk tiba-tiba selagi Doni akan mencapai klimaks….salah tante sendiri sihhh…….lagi pula…tante amat cantik sihhh…..!!!!!!” sahutku mencari-cari alasan sekenanya.
Sekarang kayaknya Tante Eni sudah pasrah dan sambil tangannya masih menggenggam k0ntolku katanya lagi..
“Dooonnnnn…..punya kamu gede amat yaaaa…????. Punya Om mu nggak sampai segede ini..!!”
“Aaahhhhh, tante…apa betull…?????!” memang k0ntol ku panjangnya 20 cm dan gede juga dengan kepalanya yg bulat besar, apalagi kalau lagi sangat bernafsu begini.
Jemari lentik Tante Eni yg tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai memainkan k0ntolku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan Tante Eni tak mau lepas dari situ.
“Taaannnnn…., kok diiiii…..dii…diamin aja, dikocok dong, Taannn…. biar enaaakkk….!!!!”
“Don, Don.. kamu keburu nafsu aja….aaaaggghhh….!!!”, perlahan-lahan kedua tanganku menekan bahu Tante Eni, sehingga tubuh Tante Eni berjongkok dan sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku.
Kedua tangannya segera menggenggam k0ntolku dan kemudian Tante Eni mulai menjilati kepala k0ntolku dengan lidahnya.
Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut Tante Eni. Dijilatnya seluruh batang kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yg terlewat dari sapuan lidahnya.
Dikocoknya k0ntolku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk. Mungkin hanya 3/4 nya saja yg dapat masuk ke mulut Tante Eni. Kurasakan dinding tenggorokan Tante Eni menyentuh kepala k0ntolku. Sungguh sensasi sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga Tante Eni mengulum k0ntolku. Kurasakan batang k0ntolku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yg memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, Tante Eni semakin cepat mengocok batang kemaluanku.
“Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Doni mo keluar,…….aaauuugghhhh…..taaannnn..!!!!!!!”
Akhirnya..Creett..creett..creeeettt.. Hampir sepuluh kali cairan itu menyembur dari ujung k0ntolku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya semua, sampai tak ada lagi cairan yg tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi k0ntolku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi. Melihat itu, Tante Eni mencium-cium kepala k0ntolku dan menjilat-jilatnya hingga bersih.
Kemudian kutarik berdiri tubuh Tante Eni dan kudorong ke tempat tidur, sehingga Tante Eni terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti rok sekalian CD nya, sehingga sekarang Tante Eni terlentang diatas tempat tidur dengan tubuhnya yg mungil tapi padat itu berada dalam keadaan telanjang bulat. Tante Eni hanya menatap ku dengan pandangan yg sayu dan terlihat pasrah.
Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan aku berjongkok diantara kedua pahanya yg terpentang membuka lebar kemaluannya yg telah licin, siap untuk diterobos.
Kupegang batang k0ntolku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya, sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina Tante Eni, k0ntolku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan Tante Eni dan ku tempatkan pada batang k0ntolku, segera digengamnya k0ntolku dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala k0ntolku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan Tante Eni.
Terasa lobang kemaluan Tante Eni sangat sempit mencengkeram batang kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku, kutekan lagi dan tubuh Tante Eni menggeliat…
“Oooooohhhhhh… Dooonnnnn… bee.. beeeesaaarrrr aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan… pee laaan… Dooonnnnn… ooooohhhhh..!!!!!” Tante Eni merintih perlahan.
Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam… terus… terus…. ooohhhhhh… eeeenna aaak… benaaarrrr… terasa jepitan kuat dinding kemaluan Tante Eni yg menjepit rapat batang kemaluanku.
Perasaanku terasa melayg-layg dilanda kenikmatan yg tdk terlukisakan ini…..
“Taaaaannnnn……ooohhhhhh…..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk…taannnnn….!!!!”
Dengan kedua paha yg terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, Tante Eni memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yg sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yg berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.
Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga k0ntolku terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam….. dalam….. terus…… terus….. daannnn….. ….kemudian……ujung kepala k0ntolku terasa mentok, karena beberapa kali tubuh Tante Eni mengejang ketika aku mencoba menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya memompa keluar masuk.
Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun yg terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yg sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha Tante Eni terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara Tante Eni bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk k0ntolku dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat.
Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan Tante Eni dengan kuat menyedot k0ntolku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan Tante Eni menjepit k0ntolku. Kulihat wajah Tante Eni nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yg akan melandanya sebentar lagi.
“Aaaaaaddduuuuuhhhhh….Dooonnnnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg.. hhaa..hhaa…Dooonnnnn…taaannnn…teeeee…maaa…. Maaauuuu…keee… keeeeluaraarrrr lagi, Dooonnnnn…!!!!!!!.” Dan….. Seeeeerrrr…..kurasakan cairan hangat membasahi k0ntolku.
Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tdk bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yg agak kasar dan tiba-tiba itu Tante Eni menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan Tante Eni telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran k0ntolku yg besar.
Tak kuhiraukan lagi suara Tante Eni yg menjerit-jerit kesakitan, yg ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan ini dan merasakan nikmat yg akan datang padaku. Kurasakan otot-otot k0ntolku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yg berusaha untuk keluar dari batang k0ntolku. Kucoba untuk menahannya
selama mungkin agar tdk segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan Tante Eni akhirnya meruntuhkan pertahananku.
“Aaaaaauuddddduuhhhh… taaannnnnn… teeeee… oooooohhhhh…..!!!!” keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan …creett.. creett….creeeetttt….semburan..maniku menyemprot dengan kuat, mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan Tante Eni, kemudian badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi Tante Eni, sementara kuubiarkan k0ntolku tetap didalam kemaluan Tante Eni untuk merasakan sisa-sisa orgasmeku.
Kurasakan kemaluan Tante Eni tetap saja berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.
“Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Doni main.!!!!” kataku dengan manja.
“Kamu, tuh, Don, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga…..!!!!”
“Iiihhhhh…tante…..tapi tante senang juga….kaannnn …..????”
“Iya.. siiihhh….!!!!!” kata Tante Eni malu-malu.
Sejak saat itu sikap Tante Eni terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik Tante Eni. Aku dan Tante Eni sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap Tante Eni, apalagi Tante Eni melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.
0 komentar:
Posting Komentar