Cerita Sex Terbaru Pemerkosaan Supir Yang Aku Nikmati – Dodi, seorang pribumi bertubuh kekar dengan wajah ramahnya menyambut seorang gadis cantik bermata sipit yang keluar dari pintu gerbang sekolah. dengan ramah Mang Dodi membukakan pintu mobil mempersilahkan gadis cantik itu duduk di dalam. Dengan hati-hati ia menutup pintu kembali, setelah itu ia duduk di belakang kemudi.
“bagaimana sekolahnya non ??” Mang Dodi bertanya sambil menyalakan mobil.
“uhh sebel deh mang Dod, cape, tadi aku..dll dstt dsttt”
Cerita Sex Ngentot Anak Bos – Erika curhat kepada sopir kepercayaannya yang menengok kebelakang.mendengarkan curhat dari Erika. Memang sudah lama mang Dodi bekerja di keluarga Erika, semenjak Erika masih duduk di kelas TK kecil, mang Dodi sudah mengantar jemputnya dari rumah ke sekolah dan dari sekolah ke rumah. Mata Mang Dodi melirik melihat paha mulus yang tersembul, mau tak mau sebagai laki-laki normal mang Dodi menelan ludah yang membanjir melihat kemulusan paha putih yang mengkilap.
“pokoknya hari ini aku sebeeeeelll banget mang Dod , bete deh..” Erika mengakhiri keluhannya.
“ya sudah.. betenya jangan lama-lama non, nggak baik…”
Mang Dodi menghadap ke depan dan mulai menginjak gas. Dengan mobil pajero sport mang Dodi mengantar Erika pulang ke rumah dengan selamat. Seorang jongos yang berjaga membukakan pintu besi yang berdiri dengan kokoh dan yang seorang lagi sibuk berkiri kiri dan berkanan-kanan memandu mobil mewah itu. Erika turun dari mobil kemudian mengangguk ramah kepada dua orang jongos yang menyapa, Mang Dodi mengekori dari belakang mengikuti Erika masuk ke dalam rumah mewah yang sepi dari yang namanya “keluarga” . Mata Mang Dodi menikmati goyangan pinggul Erika. Masih terbayang saat Erika masih TK dulu, ia sering duduk di pangkuannya dan Erika tertawa saat mang Dodi menggelitiki dan mencubit hidungnya yang mancung. Masih teringat dengan jelas saat Erika keluar telanjang buat dari dalam kamar mandi, Erika kecil berlari kepangkuannya dan menangis sambil berkali-kali menunjukkan bebek karetnya
“mang Dod , bek mati.. hu hu hu” , mata mang Dodi melotot bukan ke arah bebek karet yang menciut namun melotot ke arah selangkangan Erika kecil. jarinya hendak menyentuh bibir vagina Erika yang masih sangat suci. Tiba-tiba seorang perempuan tua menerobos masuk membawa belanjaan.
“Ehh-um Ehemmmmmm” Mang Dodi salah tingkah karena Mbak Ijah muncul tiba-tiba.
“Dodi mengapa non Erika menangis ?? kamu apakan hah !!” Mbok Ijah menegur Dodi , matanya menatap curiga.
“MBOKKKKKK… Bek matiiiiii…..” Erika berlari kearah Mbok Ijah.
“Ohhhh, bebek.. mana sini , biar simbok liat…” Mbok Ijah meniup bebek karet yang menciut, Erika tersenyum senang.
“Mang.. Mang Dod, mang Dod !! MANGGG !!!” Erika berteriak keras.
“Uhhh.. e- ehh iya non kenapa ?? ada apa”
Kenangan masa lalu Mang Dodi buyar seketika, ia mengejar ke arah kolam renang, agak keheranan mang Dodi melihat Erika mematung berdiri pucat pasi, mang Dodi berlari menghampiri.
Mang Dodi “kenapa non ?? kenapa…”
“i-i-itu mang .. itu…”
“yiahh si non, cuma beginian, mang Dod kira ada apaan…” Mang Dodi mencomot ulat bulu di bahu Erika.
“Uhhh…. “ Erika bernafas lega.
“Nihh uletnya !!” Mang Dodi pura-pura melempar ulat bulu ke arah Erika
“Awwww… e-ehh mang bawa kesana ah!! Yee mang Dod !! awas ya!!” Erika merengut, mang Dodi tertawa.
“mang beliin air kelapa dong…” Erika mengeluarkan uang dari dompetnya.
“iya…, tapi traktir ya…” goda Mang Dodi cengengesan.
“Iya.. pokoknya beres…” Erika tersenyum.
“Asikkkkkk….. makasih non…, Non Erika emang paling baek dah” Mang Dodi memuji.
“udah , nggak usah nge-gombal, sebel…GPL ya” Erika tersenyum manis.
“beres Nonnnn…” Mang Dodi menjawab dan segera berlari.
Di pinggir kolam renang, dua kursi mengapit sebuah meja bunda dengan sebuah payung yang menaungi. Sementara di tempat yang teduh berjajar kursi santai panjang. Di situlah Erika duduk bersantai melepas kepenatan di atas kursi santai panjang. Matanya yang sipit terpejam, tangan kirinya menarik rok seragam abu-abunya ke atas, tangan kanan menyusul masuk ke dalam kain segitiga kecil berwarna putih bersih.
“ohhh mang Dodddd….”
Bibirnya mendesis saat angan membawa Erika menuju sebuah tempat membayangkan nikmatnya kecupan mang Dodi. Dalam khayalnya, Mang Dodi sangat lugu sedangkan Erika sendiri sangatlah liar hingga mang Dodi mengerang meminta ampun menghadapi keliaran Erika. Darah muda Erika mendidih seliar angannya.
“Emmm…..” tubuh Erika mengerjat menahan nikmat.
“Ahh !!”
Rasa Nikmat disusul dengan terkejut. Mata sipitnya bertatapan dengan mata mang Dodi yang berdiri tercenggang, Erika menunduk dengan wajah merah padam, malu bukan main, untuk yang pertama kali mang Dodi memergokinya sedang bermasturbasi. Wajah mang Dodi juga sama, merah padam karena nafsu yang memuncak. Angannya kembali ke masa lalu saat ia melihat Erika kecil telanjang bulat dan berlari ke pangkuannya. Mang Dodi tidak tuli, jelas-jelas ia mendengar Erika mendesis memanggil namanya, tidak perlu diragukan lagi, laki-laki dalam khayal Erika adalah dirinya. Setelah menaruh air kelapa di atas meja mang Dodi berlutut di samping kursi malas.
“Non Erika….” dengan memberanikan diri mang Dodi mengelus betis gadis itu. Karena tidak mendapat penolakan dari Erika , mang Dodi semakin berani, tangannya mengelus ke atas mengusap paha putih mulus. Reflek Erika mengapitkan kedua pahanya saat tangan mang Dodi mengusap paha bagian dalam.
“mang Dod…” Erika merintih dalam gejolak darah mudanya.
Matanya menatap sayu pada mang Dodi yang merenggangkan paha mulusnya, nafasnya tak beraturan dan berat. Tubuhnya yang masih awam menggelinjang dan menghangat. Tubuh Erika rebah di atas kursi malas dengan dua kaki yang mulus mengangkang lebar.
“ohhhhhh.. mang Dod…hhsssshh” sekali lagi Erika merintih saat mang Dodi menjatuhkan wajah pada kain segi tiga putih di selangkangannya.
Tubuh Erika gemetaran seperti sedang meenjalani terapi listrik. Detak jantungnya berdegupan keras memompa darah untuk mengalir lebih kencang melepaskan nikmat dan nafsu yang sempat tertahan. Tangan Erika membelai kepala mang Dodi. Ia menggigit bibir menahan desah yang hampir keluar saat lidah mang Dodi menyelinap melalui pinggiran celana dalamnya. Aktif, lidah mang Dodi menggeliat-geliat.
“Achhh…!” Erika mendorong kepala mang Dodi yang lidahnya menoel bibir vaginanya.
“E-Ehhh mang Awww…” Erika memekik kaget saat mang Dodi menjabret celana dalamnya.
“Hussshhh jangan keras-keras non…, nanti kedengeran loh…” Mang Dodi tersenyum mesum.
“ih Mang Dodi, maen buka aja…seenaknya” Erika cemberut, ia bangkit sambil menarik rok seragamnya ke bawah.
“supaya lebih asik non.., percaya deh sama mang Dodi..”
Mang Dodi menjatuhkan Erika kembali ke atas kursi, tangannya menarik rok seragam Erika dengan paksa ke atas. Mulutnya mengejar belahan bibir vagina Erika , gadis itu panik menggeser-geserkan pinggulnya menghindari mulut mang Dodi.
“ahhhhhhhh……m-mang Doddd…. Dhiiiii…ihhhh”
Tubuh Erika lemas di atas kursi. Kecupan dan hisapan rakus mang Dodi membuat gairah darah muda Erika kembali bergejolak, tubuh Erika menggelepar dan melenting menikmati keagresifan mulut mang Dodi yang mencecar vaginanya.
“Aaaaa.. ahhhhhh…..” Erika mendesah
Cairan orgasmenya tumpah kedalam mulut mang Dodi yang rakus menghisap-hisap vaginanya. Erika merintih tak berdaya, selama ini dalam khayal memang dirinyalah yang liar dan mang Dodi yang lugu dan lemah namun pada kenyataanya justru sebaliknya. Dengan Mudah mang Dodi memeras cairan vagina Erika bersama dengan luapan kenikmatan. Erika tak melawan saat mang Dodi meloloskan seragam abu-abu dari pinggangnya. Hanya bra dan pakaian seragam yang melindungi kemulusan tubuh Erika dari mata mang Dodi.
“Non Erika cantik sekali..”
Mang Dodi membopong tubuh Erika, dengan santai ia membawa Erika masuk ke dalam rumah, lalu menaiki anak tangga dan membawa nona majikannya masuk ke dalam kamar. Semenjak kematian Mbok Ijah setahun yang lalu, suasana rumah menjadi sepi. Erika salah tingkah saat mang Dodi mendudukkannya di pinggiran ranjang sedangkan mang Dodi duduk di sampingnya. Bibir tebal mang Dodi mengejar Bibir Erika, dengan mudah mang Dodi merampas Ciuman pertama Erika.
“Emhh…” Erika menarik bibirnya, ia menatap sopirnya itu dengan mata sayunya saat tangan kekar mang Dodi melucuti kancing baju seragamnya setelah itu menarik kedua cup branya ke bawah
Sepasang buah dada indah tertopang oleh cup bra berwarna krem. Mata mang Dodi berbinar menatap nanar keindahan sepasang payudara Erika, ia telah menjadi saksi tumbuhnya sepasang payudara indah di dada Erika. Dada yang semula rata kemudian mulai berkembang dan terus berkembang dengan indahnya dihiasi sepasang puting merah muda yang runcing. Setelah melepaskan baju dan celana panjang dan celana dalamnya yang dekil, Mang Dodi berlutut di hadapan Erika, ia mengusap-ngusap paha mulus Erika yang mengangkang pasrah. Bibir mang Dodi melumat dan mengulum bibir Erika, tangan kekarnya mengerayang menjelajahi lekuk liku tubuh Erika yang menggeliut-geliut tak bisa diam geli oleh rasa nikmat. Cumbuan mang Dodi merambat ke leher, pundak bahu dan mengecup ke arah buntalan buah dada sebelah kiri.
“mang….ennnnnnnnhhh…mang Doddddddd” Erika merengek manja.
Mulut mang Dodi mengunyah puncak dada. Ke mana Erika berusaha menarik dadanya ke situ pula mulut mang Dodi mengejar. Tak ingin ia melepaskan puncak buah dada Erika dalam mulut, bahkan saat punggung Erika jatuh ke belakang, mulut mang Dodi segera mengejar buah dada yang hendak melarikan diri dari mulutnya. Sambil terus menggeluti buah dada Erika mang Dodi menggusur tubuh mulus Erika yang menggeliat-geliat kegelian ke tengah ranjang.
“Aaaa. Aah !! hsssh nnnnnhhh” Suara desah tertahan dan rintih kecil mewarnai cumbuan-cumbuan mang Dodi yang semakin panas
Butir-butir keringat meleleh memandikan dua insan berbeda ras yang tengah asik menjalin hubungan terlarang. Menggelinjang tubuh Erika dibawah tindihan tubuh kekar mang Dodi. Erika yang berkulit putih mulus menggeliat resah merintih dan mendesah dibawah tindihan tubuh kekar mang Dodi yang meneduhinya.
“mmmm, hssh mang Dod.. ahhh…”
Erika gelisah saat merasakan tekanan kepala kemaluan mang Dodi pada belahan vaginanya. Mang Dodi menepiskan tangan Erika yang berusaha mendorong dirinya, entah kenapa ada rasa takut yang mencekam saat Erika melihat mata mang Dodi yang liar.
“Ahhh..!!” desah kecil Erika mengiringi tenggelamnya kepala penis mang Dodi.
Bibir vagina Erika yang mungil melingkari leher penis mang Dodi. Dari usia tentu saja usia Erika jauh lebih muda, dari warna kulit tentu saja kulit mang Dodi lebih gelap dari kulit Erika yang putih mulus, dari wajah sudah tentu wajah beringas mang Dodi menang atas cantiknya wajah Erika. Sekali lagi mang Dodi menekankan penisnya dengan kuat dan Erika mengerang. Entah sanggup atau tidak vagina Erika menampung batang di selangkangan Mang Dodi. Satu tusukan kuat menyusul dan Erika mengaduh kesakitan, bibir vaginanya yang mungil sobek dan selaput daranya robek ditembus batang penis mang Dodi.
“Aduh mang Dod !! Aduh!!sakit ! sakit mang Dod !! sakit !!” tangan Erika menggapai-gapai menahan pinggul dan dada mang Dodi.
“ENNNNNNNNNGGGHHHHHH..!!!!” suara erangan Erika terdengar keras saat mang Dodi memaksakan seluruh batangnya masuk ke dalam vaginanya
Selangkangan mang Dodi dan Erika bersatu, bulu jembut mang Dodi bergesekan dengan bulu jembut Erika. Nafas Erika terdengar keras, matanya terpejam menahan sakit yang menyengat. Batang mang Dodi menyesaki liang vaginanya yang sempit peret karena baru kehilangan keperawanannya. Selama ini belum pernah ada benda apapun yang melewati liang senggamanya.
“ Non Erika, memeknya enak amat, sebenarnya sudah lama mang Dodi pengen nyolok memek Non Erika, siapa sangka hari ini Mang Dodi bisa melakukannya, percayalah sama mang Dodi Non, sebentar lagi tubuh Non bakal tersentak sentak keenakan he he he he” Mang Dodi menceracau menumpahkan isi hatinya.
“Hsssshhh ahh !! aduh mang.. hsssshhhh!!” Erika mendesis kesakitan, batang mang Dodi mulai menggenjot.
“Auw-hhh..!!”
Berkali-kali mata sipit Erika membeliak saat mang Dodi membenamkan batangnya dalam-dalam. Erika merinding mendengarkan geraman mang Dodi, otot perutnya serasa kram saat batang penis Mang Dodi menusuk dalam. Kecupan dan lumatan gemas mang Dodi pada bibir Erika yang merekah membuatnya semakin kewalahan.
“Ahhhhh…..”
Mata Erika Nanar, ada rasa nikmat luar biasa menyela rasa sakit yang mengigit. Untuk yang pertama kali ia merasakan denyut-denyut orgasme akibat sebatang penis yang menumbuki vaginanya, rasanya seperti jiwa terlepas dari raga, melayang ke langit indah berhiaskan tangga pelangi.
“mang Dodddddd….ahhh enak mangggg” erangnya
Erika mulai meladeni kecupan dan cumbuan mang Dodi. Bibirnya menyambut bibir mang Dodi, kedua tangannya memeluk tubuh kekar yang sedang giat bekerja menumbukkan batang penis ke dalam vaginanya. Mang Dodi mencabut batangnya hingga terlepas dari vagina kemudian kembali mencoblos liang vagina Erika. Kemudian ditusuk-tusukannya penisnya dengan gencar pada liang yang becek itu dan dicabut lagi.
“ahhh, manggg.. jangan digituin… mang dod..” Erika merengek manja.
“abis harus digimanain dong ?” Mang Dodi bertanya
Wajah Erika merona karena terangsang berat sehingga menambah cantik wajahnya.
“Ayo , Erika bilang sama mang Dod, harus digimanain.” Mang Dodi sengaja menggoda nona majikannya.
“emmm.. digituin mang…” Erika tersenyum malu.
“digituin gimana yach ? mang Dodi nggak tau tuch “ Mang Dodi tersenyum lebar.
“Ahhnnhh mang Dod jahat !!” Erika mencubit dada mang Dodi.
“ADOWHH…!!” Mang Dodi mengaduh kesakitan.
“Hiaaaahhh…!!” Erika mengerahkan seluruh tenaga untuk mendorong mang Dodi.
“Eiiiiitttttt…”
Mang Dodi menangkap tubuh Erika. Dua insan berbeda ras itu bergulingan dan kembali bercumbu mesra layaknya sepasang pengantin baru. Mang Dodi duduk di pinggiran ranjang, Erika berdiri memperhatikan batang perkasa di selangkangan sopir setianya. Mang Dodi menarik Erika untuk berlutut di hadapan batang penisnya.
“Nah sekarang Erika jilat kontol mamang ya” Mang Dodi mengarahkan Erika.
“jijik mang.. ihhh…” Erika masih jijik dengan batang mang Dodi.
“Loh kenapa harus jijik, coba dulu.. ayo…” Mang Dodi membujui Erika.
“iii – ihhh ngak mau ah , bau” Erika menolak sambil menutup hidung dengan tangan.
“Ayo .. cobain… dulu…”
Tangan kiri mang Dodi menahan belakang kepala Erika. Dengan rayu dan sedikit paksaan akhirnya mang Dodi berhasil menjejalkan kepala penisnya ke dalam mulut Erika. Sang sopir merem melek keenakan.
“Ayo dihisap non.. “ perintah Mang Dodi sambil membelai rambut Erika.
“Emmm. Mmmhh..” Erika tak habis pikir, mendadak ia menyukai bau penis mang Dodi, senang menghisap dan juga senang menjilat-jilat batang penis yang besar panjang.
Ada sesuatu di dalam dirinya yang menuntut pelampiasan dari kesepian dan kejenuhannya selama ini. Dari seks pertama dengan sopirnya ini ia merasa mendapat pelampiaskan atas seluruh rasa yang menggebu dalam dada yang membuatnya ingin merasakan lebih dan lebih lagi. Sesekali Erika mengangkat wajah cantiknya menatap mang Dodi yang tersenyum kemudian ia kembali menunduk untuk bekerja mengoral penis itu. Dengan lembut lidah Erika mengulas-ngulas kepala penis mang Dodi sebelum akhirnya mang Dodi membimbingnya untuk menduduki batang penisnya dengan posisi tubuh Erika memunggunginya.
“jangan takut Non.., dudukin aja.., ntar juga masuk…” Mang Dodi menarik pinggul Erika untuk turun.
“sebentar mang, Erika takut…”
Setengah mati Erika mengumpulkan keberanian.
“rileks aja, anggap aja Non Erika lagi duduk di pangkuan mang Dod, dulu kan waktu masih kecil non Erika sering duduk di pangkuan mang Dodi”
Mang Dodi mengecup punggung Erika perlahan. Dengan hati ragu Erika menurunkan vaginanya. Mang Dodi membimbing Erika untuk belajar memasukkan penis ke dalam liang vaginanya.
“ih..”
Erika mengangkat pinggulnya kembali saat ujung penis mulai tenggelam ke dalam belahan vagina. Geli rasanya saat kepala penis menjilat belahan vagina yang berlendir. Sekali lagi tangan Erika mengarahkan kepala penis mang Dodi pada belahan vaginanya, kali ini ia menahan rasa geli yang menggelitik saat kepala penis membelah belahan vaginanya. Gemetar seluruh tubuh Erika menahan sensasi nikmat saat penis mang Dodi tenggelam semakin dalam.
“Ohh mang Dod…!! Mang Dod..”
Wajah Erika terangkat ke atas menahan nikmat. Vaginanya berkedutan dan meremas batang penis mang Dodi, dengan gerakan indah luar biasa Erika menggeliat, tubuhnya mulai bekerja mengikuti panduan dari mang Dodi yang terus mengajari sambil memainkan buah dada Erika. Belum begitu lama Erika menaik turunkan pinggul, ia merintih kecil, Vaginanya kembali berdenyut-denyut , rasa nikmat dimulai dari daerah panggul kemudian menyebar ke seluruh tubuh moleknya yang berpeluh. Mang Dodi memeluk erat-erat tubuh Erika yang tengah orgasme. Sebuah gigitan gemas bersarang di pundak Erika meninggalkan bekas gigitan merah. Tanpa melepaskan pelukan dari tubuh Erika, mang Dodi beringsut ke tengah ranjang.
“Ohhh !! ennnnhh aaaa.. Ahhhhh…”
Tubuh Erika melambung turun naik di atas tubuh mang Dodi, sungguh indah buah dadanya terpantul di dada mengikuti tubuhnya yang melambung-lambung. Suara derit ranjang mengiringi suara nafas berat, desah dan rintihan Erika dalam kamar, suara geram gemas mang Dodi sesekali terdengar di sela-sela kesibukan meluncurkan batang penisnya ke atas pada sebuah lubang mungil yang menjadi target bulan-bulatan penis besarnya. Wajah Erika seperti tengah menahan derita, namun sebenarnya bukan derita yang sedang dirasakan olehnya, ia tengah menahan rasa nikmat akibat sodokan-sodokan batang penis mang Dodi yang menghujam keras hingga terasa ke ulu hati. Bercak – bercak darah perawan menodai seprai putih. Berkali-kali Batang penis besar milik seorang sopir bernama Dodi menuai kemenangan atas vagina nona majikannya yang keturunan Chinese bernama Erika. Sebelum akhirnya penis besar itu mengisi liang vagina Erika dengan sperma. Hanya suara nafas Erika dan Mang Dodi yang terdengar memburu di dalam kamar. Dengan sebuah handuk mang Dodi mengeringkan tubuh Erika yang berpeluh. Hampir tiga jam lamanya mang Dodi menikmati sempitnya vagina dan kemulusan tubuh Erika. Setengah jam kemudian mang Dodi keluar dari dalam kamar meninggalkan Erika yang termenung kebingungan. Baju piyama berwarna pink menyembunyikan tubuhnya dari ketelanjangan. Papa dan Mama Erika baru pulang jam 6 sore tanpa merasa curiga sedikitpun apa yang baru saja terjadi.
Beberapa hari kemudian, malam hari.
Pintu kamar Erika dibuka oleh seseorang yang hanya mengenakan sarung dan kaos oblong, orang itu tidak lain adalah Mang Dodi yang mengendap-endap masuk ke dalam kamar nona majikannya. Dengan wajah mesum ia mengunci pintu, di atas ranjang Erika menoleh kepadanya dengan wajah yang bingung campur malu. Mang Dodi menggusur selimut yang membungkus tubuh Erika, setelah melepaskan sarung, kaos oblong dan celana dalam dekil, ia naik keatas ranjang meneduhi tubuh Erika yang masih terbalut piyama berwarna pink.
“Mang Dod.. emmm…” Erika mendesah menahan beban tubuh mang Dodi yang menindihnya,
Bibirnya menyambut bibir mang Dodi , mesra keduanya berciuman bagaikan sepasang pengantin baru yang berbeda usia dan ras dimana seorang dari ras mayoritas memangsa dan menikmati cantik dan mulusnya seorang gadis ras minoritas. Satu demi satu kancing baju piyama Erika terlepas, mata mang Dodi melotot melihat buah dada yang membuntal, padat dan kenyal terasa saat mang Dodi meremas buah dada sebelah kiri.
“Emmmhh mang Dod…”
Erika menggeliat – geliat resah, sementara mulut mang Dodi semakin rakus dan kasar menghisapi buah dadanya. Sesekali Erika merintih merasakan gigitan-gigitan gemas mang Dodi pada putting susunya.
“Ah..mmmmhhhh…”
Erika menggeser-geserkan tubuhnya, kemanapun tubuhnya bergeser kesitu pula kepala mang Dodi mengejar buah dadanya. Sepasang buah dada Erika yang ranum menjadi bulan-bulanan mang Dodi , begitu ganas mang Dodi menciumi buntalan buah dada dan menghisap kuat puncak payudara Erika, setelah puas menggeluti sepasang buah dada yang membuntal, mulut mang Dodi melumat bibir Erika. Setelah itu cumbuan mang Dodi merayap turun.pada leher, melewati belahan payudara, bermain pada perut dan pinggul dan terus turun mengejar milik Erika yang paling sensitif.
“Ohh Non Erika, indah sekali memek kamu Non…”
Mata Mang Dodi menatap tajam pada belahan bibir vagina Erika, bulu-bulu lembut menghiasi vagina Erika menambah indah pemandangan di daerah kewanitaannya. Mang Dodi mengendus-ngendus aroma vagina Erika.
“Unnhhh .. ,aaa.. mang Dodddd.. mang Dodddd…” Erika merengek saat hembusan-hembusan nafas hangat yang memburu menerpa vaginanya
Erika mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar seolah Erika ingin memperlihatkan seluruh keindahan yang dimilikinya kepada mang Dodi. Tubuh moleknya melenting menggeliat dan menggelinjang dengan indah saat vaginanya menjadi santapan mang Dodi yang rakus.
“Ussshhhh.. hssssshhhhhhhh… ahhhhhhh” tiba-tiba Erika mendesis dan mendesah panjang, perutnya mengejang dan cairan vaginanya meluap bersama kedut-kedut orgasme
Begitu indah tubuh Erika terkulai dibawah sorotan lampu kamar, butiran keringat meleleh membasahi tubuh mulusnya. Suara desah tertahan sesekali terdengar di antara suara seruputan seorang laki-laki yang usianya berbeda jauh dengannya.
“Mang Dod ?? “
Erika tak mengerti ketika mang Dodi membalikkan tubuh mulusnya yang terkulai lemas dan mengikat kedua tangannya dengan menggunakan celana piyamanya. Setelah itu mulut Erika disumpal dengan menggunakan celana dalam dekil milik mang Dodi.
“Emmm!!” Erika berontak saat mang Dodi menyelipkan penis pada belahan pantatnya, kedua tangan mang Dodi menekan pundak Erika ia menunduk dan berbisik di telinga gadis itu.
“jangan berisik non, nanti kita ketahuan”
Bisikan mang Dodi ternyata sangat efektif.
“hmmmm hmmmmmm”
Erika berusaha menggelengkan kepala menolak keinginan mang Dodi. Nafas Erika seperti orang yang sedang sekarat, matanya yang sipit membeliak, liang anusnya merekah diiringi rasa pedih dan perih yang tak tertahankan saat ujung kepala penis mang Dodi membongkar kerutan anusnya.
“Uhhh Erika…peret banget bool mu Non…” Mang Dodi menceracau
Otot anus Erika mengigit seputar ujung penisnya yang terbenam semakin dalam. Dengan sekali sentakan kuat mang Dodi membenamkan kepala penisnya hingga otot Erika melingkari leher penis mang Dodi. Kesenangan dan kenikmatan bagi mang Dodi harus dibayar mahal dengan kesakitan luar biasa bagi Erika.
“Emmmmmm !!! mmmmmhhhh”
Tubuh molek Erika mengejang kesakitan saat batang penis mang Dodi memaksa masuk inchi demi inchi. Pandangan Erika mendadak gelap seakan hendak jatuh pingsan namun rasa sakit tetap membuat kesadarannya terjaga dalam derita.
“Ehem, mang Dod sayaaaangg sama Erika.. , sudah jangan nangisss… Sudah masuk semua…koq…”
Mang Dodi tersenyum merasakan empuknya buah pantat Erika bergesekan dengan bagian bawah perutnya. Batangnya yang panjang dan besar tertanam dalam anus Erika. Mang Dodi menarik celana dalam dekilnya, melepaskan mulut Erika yang tersumpal.
“urhh.. s-sakit mang.. s sakit sekali .. aduhhh…” Erika mengerang saat batang mang Dodi mulai bergerak seperti sebuah piston
Bisik rayuan-rayuan mang Dodi ternyata tidak sanggup untuk membayar rasa sakit yang dirasakan oleh Erika yang merasa “dipermalukan” dan “direndahkan” serendah-rendahnya oleh mang Dodi. Berbeda dengan apa yang sedang dirasakan oleh Erika, Mang Dodi merasa kesuperioran atas diri Erika. Ego mang Dodi sebagai bawahan/ sopirnya menimbulkan rasa bangga memangsa Erika sebagai nona majikan dan berdarah Chinese. Dengan teratur batang penis mang Dodi terus bergerak memompa Erika hinga puas. “Plooo—ppp” Mang Dodi mencabut penisnya, ia membebaskan mulut Erika dari sumpalan celana dalam dekil milik seorang sopir kemudian menarik pinggul Erika agar gadis itu menungging dengan sempurna untuk permainan selanjutnya. Ujung penis mang Dodi mencari – cari belahan vagina Erika. Setelah dirasa pas, perlahan mang Dodi menjejalkan kepala penisnya.
“Mmmmhhhh..” Erika merinding kegelian, rasa sakit pada anus dibayar oleh sedikit rasa nikmat saat ujung penis mang Dodi menembus dan mengocok-ngocok liang vaginanya.
Mang Dodi terlihat lihat mencecar liang vagina Erika, serong kiri, serong kanan, menusuk dalam, dan mengocek. Dengan bimbingan dari mang Dodi, Erika mulai belajar, saat mang Dodi menusukkan batang penisnya, ia mendesakkan pinggulnya menyambut tusukan penis mang Dodi. Untuk beberapa kali tusukan keras Erika masih dapat bertahan, namun untuk tusukan-tusukan berikutnya tubuh Erika mulai menggelinjang. Rasa nikmat berkedutan membuat kepalanya terasa ringan namun selain itu Erika merasa malu mendengar suara yang berasal dari vaginanya. Risih saat payudaranya yang tergantung terayun – ayun dan risih saat buah pantatnya beradu dengan bagian bawah perut mang Dodi.
“mmmmhh emmmmh emmmhh…” Erika menenggelamkan wajahnya pada bantal.
Mang Dodi tersenyum, sebagai seorang laki-laki sudah tentu mang Dodi takjub pada kecantikan Erika. Terbayang olehnya wajah cantik Erika kecil yang lugu dan polos, selama tujuh belas tahun mang Dodi menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri perkembangan Erika kecil menjadi seorang gadis cantik bertubuh aduhai.
“Mang Dod.. Mang Doddddd….” Erika merengek perlahan.
“Ya Non ??” Mang Dodi menyahut.
“Pelan-pelan mang…” Erika meminta mang Dodi memperlembut tusukannya.
“Segini Non ??” Mang Dodi bertanya.
“He-emm.., hssssshhhh.. ohhhh mang Dod… enakk”
Tanpa sadar Erika merintih keenakan saat penis mang Dodi menusuk vaginanya. Begitu dalam dan lembut membuat Erika meringis dalam getar-getar kenikmatan yang berkedutan saat cairan orgasmenya kembali tumpah.
“Unnnhhhhhh mang Dooood.. utsssss !!” Erika merengek manja saat mang Dodi membalikkan tubuhnya kemudian menarik kedua kakinya yang mulus indah ke udara.
Satu tusukan kuat membuat tubuh Erika mengerjat, selanjutnya tubuh Erika terguncang mengikuti helaan batang penis mang Dodi. Sedikit demi sedikit mang Dodi meningkatkan ritme tusukan penisnya, helaan – helaan nafas berat terdengar memenuhi kamar tidur Erika. Ringisan Erika mengeksploitasi sensualitas wajahnya yang jelita. Erika menatap mang Dodi yang sibuk menjejal-jejalkan batang penisnya, mata laki-laki itu menatap tajam pada buah dadanya yang terguncang dengan hebat. Reflek Erika menyilangkan kedua tangannya di dada untuk melindungi sepasang payudaranya yang terguncang. Mang Dodi terlihat kecewa, ia meletakkan kaki Erika di bahu dan kedua tangannya mencekal dan menarik kedua tangan Erika agar buah dadanya terekspos dengan sejelas-jelasnya dalam guncangan hebat yang membuat jantung mang Dodi berdegub dengan lebih kuat. Berkali-kali cairan orgasme Erika tumpah meluap sebelum akhirnya sperma mang Dodi muncrat mengisi vagina Erika. Tubuh Mang Dodi roboh menimpa tubuh molek Erika yang berpeluh. Batangnya mengerut terjepit dalam kepitan vagina Erika yang sempit.
“mmmmhhh mang Dod…” Erika memeluk tubuh mang Dodi, keduanya berciuman lama dan mesra.
Setelah cukup tenaga Mang Dodi pamit keluar dari kamarnya dan Erika pun tertidur kelelahan.
Keesokan harinya, jam 7 pagi Hari itu Erika jadi pendiam, sementara ayah dan ibunya sibuk mengobrol bisnis di meja makan tanpa memperhatikan anak semata wayangnya. Erika menghela nafas panjang untuk meringankan beban berat yang harus ditanggungnya akibat rasa nikmat sesaat.
“Erika berangkat dulu ma.., pa..” Erika pamit kepada kedua orang tuanya.
“Ya…” Ayah Erika menjawab singkat.
“He-eh..” Ibu Erika menjawab tak kalah singkat.
Mereka kembali sibuk dengan urusan masing – masing, kadang-kadang Erika merasa hidup sendiri di rumah mewah yang semakin terasa sepi semenjak kematian Mbok Ijah setahun yang lalu. Hari itu Erika tampak risih menatap mata Mang Dodi yang mesum sumringah. Wajah Erika yang cantik merah padam mengingat apa yang telah dilakukan oleh Mang Dodi, sopir kepercayaan-nya.
“Non kenapa koq diem aja sih?” Mang Dodi memecah keheningan.
“Emm .. ngak apa-apa mang…”
Wajah Erika merona saat mang Dodi menyapa. Erika melihat ke jendela, sepertinya ini bukan jalan menuju sekolah, entah kemana mang Dodi akan membawanya. Erika tidak peduli karena sebenarnya Erika memang sedang tidak mood untuk masuk sekolah hari ini. Hilangnya perawan membuat ia tersiksa dalam rasa gelisah yang tak berkesudahan.
“Kemarin enak banget ya non…” Mang Dodi terkekeh mesum.
“Kita mau kemana mang ??” Erika berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
“Mang Dodi punya kejutan buat Non Erika” jawab Mang Dodi
“Kejutan?” Erika heran
“Iya Non suka ngentot kan? Kemaren Non menikmati kan?” tanya Mang Dodi tanpa malu-malu lagi.
“Eeemmm….jangan nanya gitu ah Pak!” wajah Erika memerah dan tidak tahu harus menjawab apa, memang tak bisa disangkal kalau dirinya menikmati persetubuhan itu.
“Hehehe…malu-malu ah si Non, Mamang yakin Non Erika pasti suka kejutan ini….tubuh Non bakal menggeliat, menggeliat dan terus menggeliat he he he”
Mang Dodi senyum sambil menancap gas. Mobil melaju kencang menuju Gunung Tangkuban Perahu. Hari Senin tidak terlalu banyak orang, hanya ada beberapa mobil yang parkir dan dua buah bus pariwisata.
“Ayo non , udah sampe, yuk turun…ikutin mamang ya.. agak jauh supaya nggak pada curiga”
Mang Dodi membukakan pintu seperti biasa. Dengan hati ragu Erika turun dari dalam mobil. Entah mengapa ia menurut saja mengikuti mang Dodi yang terus naik ke atas. Semakin ke atas semakin sepi, hanya satu atau dua orang saja yang kadang berpapasan dengan Mang Dodi dan Erika. Menyusuri jalan berbatu menuju sebuah gubuk yang tampak ramai dengan beberapa laki-laki bertubuh kekar namun berpakaian kumal dan dekil.
“Mang Dodi?? Mereka siapa?”
Erika bersembunyi di balik punggung sopirnya, sorot-sorot mata laki-laki bertubuh kekar itu tampak ganas dan liar seperti hendak menelanjangi tubuh Erika. Wajah-wajah sangar dan beringas tersenyum mesum pada Erika. Semuanya berjumlah lima orang.
“Ini temen-temen Mamang Non, Non kan katanya pengen kejutan ya, makannya Mamang ajak ke sini” kata Mang Dodi enteng.
“Ahhhhhhhh…!! Tapi Mang…kok gini….aaahhh!!”
Tiba-tiba seorang dari mereka yang bertubuh gempal menarik lengan Erika. Bibir Si gempal yang tebal segera menyumpal bibir mungil Erika. Keahlian si gempal dalam mencumbu membuat Erika merinding panas dingin dan pemberontakannya mengendur. Keempat temannya tidak tinggal diam, mereka mengerubuti Erika seperti semut mengerubuti sebongkah gula-gula. Mereka mempreteli satu persatu pakaian seragam Erika, beberapa kancing seragamnya putus karena agak kasar, sehingga dalam waktu singkat Erika telah telanjang di pelukan si pria gempal diiringi decak kagum orang-orang yang sama sekali tidak dikenal oleh gadis itu. Lima pasang tangan kasar itu segera menjelajahi kehalusan dan kemulusan tubuh Erika. Meremas buah pantat, mencolek belahan bibir vagina dan mengelusi permukaan paha Erika yang halus. Mata Erika terbelak melihat batang-batang besar berurat mengacung perkasa. Erika merasa panas oleh gairah yang membakar darah mudanya.
“Auhhhh…..” Erika menjerit kecil
Si gempal melemparkan tubuh Erika ke atas sebuah kain selimut belel yang dibentangkan di depan sebuah rumah gubuk tua. Serempak lima orang laki-laki berwajah beringas menerkam tubuh Erika yang terpekik. Tubuh telanjang Erika terlentang pasrah, lima pasang tangan kembali menjelajah menggerayangi sekujur tubuh Erika yang putih mulus. Kelima Orang Laki-laki dengan wajah sangar terkekeh saat saling berbincang mesum. Dari situ Erika mengetahui nama-nama mereka, yang bertubuh gempal bernama Bang Somad, yang berkumis bernama Bang Malik, yang berwajah codet bernama Bang Toto, yang brewokan bernama Kardi, yang bibirnya paling tebal bernama Jarot. Kesemuanya adalah penduduk setempat, ada yang menjadi penjaga keamanan, penjual mainan, dan petugas kebersihan.
“Minggir. Gua mau nyicip memeknya…” Bang Somad mengejar vagina Erika.
“Siap banggg. Tapi kalau abang udah selesai jangan lupa bagi-bagi ya” sahut Bang Malik, ia dan kawan-kawannya mundur, memberi ruang bagi bang Somad.
“Iya lah pasti…gua kasih kalau gua udah puas ngentot sama si amoy cantik ini”
Jawaban Bang Somad disambut senang oleh Malik dkk.
“Gila ini lobang, bagus amat ck ck ck seumur-umur baru kali ini gua ngeliat isi memek Cina…”
Mata Somad melotot melihat isi vagina Erika yang berwarna merah muda, aromanya yang harum karena terawat membuat nafas Somad memburu. Dengan rakus mulut Somad melumat-lumat vagina Erika. Rintihan Erika membuatnya semakin liar dan beringas menikmati vagina gadis itu. Lidah Somad menusuk-nusuk dan mencokel – cokel daging mungil milik Erika.
“Hssshshhh.. Hssssshhhhh ahhh!!” Erika mendesis dan mendesah.
Permainan Bang Somad membuatnya kewalahan, geli tapi nikmat, risih tapi ingin lebih sementara keempat orang laki-laki berwajah beringas lainnya beserta Mang Dodi menonton dengan penuh nafsu, selentingan-selentingan nakal terdengar di antara mereka.
“Kasih bang !! kasih..!!” Jarot berteriak kemudian terkekeh.
“Hihhhhh…..”
Dengan sekali sentak, Bang Somad menusuk vagina Erika.
“Aduhhh…!!” Erika memekik keras, setengah penis terbenam dalam vaginanya.
“Ha ha ha ha ha…” Suara tawa menggelegar “ahh aaa aaaa ahhhhhhh…uuhhuyyy…amoy emang emoy!!”
Tubuh Erika terguncang hebat. Mata sipitnya menatap mang Dodi yang asik mengabadikan persetubuhan liar antara Erika dan Mang Somad dengan menggunakan kamera saku. Erika mengerang menahan pompaan kasar dari Bang Somad.
“unnhh hsssshhh ahhhhhhh…..” nafas Erika tertahan, denyut-denyut nikmat membuatnya terkulai diiringi sorak sorai keempat orang laki-laki beringas yang menyemangati Bang Somad yang menyerang dengan lebih gencar.
Suara erang, rintih dan pekik Erika membuat bang Somad bergairah luar biasa. Suara becek terdengar keras saat Bang Somad memompakan batang penisnya ke dalam vagina Erika. Bosan dengan posisi missionary dan kemenangan gemilang atas orgasme Erika, Bang Somad menyuruh Erika untuk menungging.
“Wuihh !! Bulet padet !! Mantap ini!!” Bang Somad memuji sambil menampar buah pantat Erika.
Cairan orgasme Erika meleleh pada paha bagian dalam, tangan Bang Somad mengusap keringat di punggung Erika kemudian meremas-remas buah pantatnya sebelum akhirnya ia menggesekkan ujung penis pada belahan pantat Erika yang hangat.
“Akkkhhh !! Aduh-duh.. Awwwww.. sakit bang..” Erika mengaduh dan memekik kesakitan.
Anus yang masih lecet karena kemarin diperawani sopirnya kembali dikuakkan oleh sebatang penis yang lebih besar dari milik mang Dodi. Suara erang Erika membuat jantung para lelaki di tempat itu berdegub dengan lebih kencang. Mang Dodi menjepretkan kamera sakunya pada wajah Erika , mengabadikan ekspresi wajah cantik yang sedang kesakitan kemudian bak fotografer mengambil pose Erika yang sedang menungging ditusuk oleh penis Bang Somad.
“sebentar bang…, saya pindahin dulu handycam nya..” Bang Dodi memindahkan handycam second yang dibeli dari sebuah counter di pusat perbelanjaan elektronik terbesar di kota Bandung, sebuah tripod menyangga handycam second yang masih berfungsi dengan baik.
“Aduh , aduh .. ahh ahh akhh awwww…” Erika mengaduh dan memekik kesakitan, tubuhnya tersungkur maju mundur mengikuti gerakan batang penis Bang Somad yang bergerak kasar menyodomi anusnya.
Wajah Erika dalam derita diabadikan dengan sejelas-jelasnya oleh sebuah handycam dan jepretan – jepretan kamera saku di tangan mang Dodi.
“Aduh sakit-s-sakit , T-tolong mang Dod.. Tolong…” Erika memohon pertolongan mang Dodi yang terkekeh padanya.
“Aduhhh !! Ampun Bang ampunnnhh akhh arrrrrhhh…”
Kasar sekali Bang Somad menumbukkan penisnya. Suara benturan buah pantat Erika dengan bagian bawah perut Bang Somad terdengar keras seperti suara tamparan. Jerit dan tangisan Erika terdengar di antara suara tumbukan-tumbukan penis Bang Somad yang mencecar dengan gencar. Mata Erika yang sipit terbeliak-beliak akibat rasa sakit yang tak tertahan. Suara merdu Erika terdengar sedikit serak akibat terlalu sering dan terlalu keras menjerit.
“UNGGHH !! Anjing !!” Bang Somad mengumpat, spermanya muncrat dalam anus Erika, batang penisnya berkedut-kedut , layu dan mengkerut, tubuhnya yang gempal ambruk menindih tubuh mungil Erika.
Erika merintih kesakitan saat gigitan gemas Bang Somad menancap di bahunya setelah itu barulah Bang Somad mengangkat tubuhnya dari tubuh Erika.
“Aduhhh.. jangannnn….” suara Erika kembali terdengar, empat orang laki-laki dengan wajah beringas menyerbu menggeluti tubuh mulusnya yang berpeluh, tidak ada seincipun tubuh Erika yang lolos dari gerayangan-gerayangan tangan keempat lelaki itu yang menggerayang penuh nafsu binatang. Buah dada Erika yang bulat padat menjadi sasaran empuk bagi mulut orang-orang gunung yang begitu bernafsu padanya.
“Sudah bang , jangan.. nggak kuat…” Erika menolak saat dipaksa menaiki batang penis Bang Jarot.
“Tinggal naek !! Susah amat sih !!” Jarot yang terlentang membentak Erika.
“Ha ha ha ha” suara tawa menggelegar mendengar gerutuan Jarot.
Dibimbing oleh tiga orang laki-laki Erika naik ke atas penis Jarot, tangan jarot mengusap-ngusap paha, pinggul dan meremas-remas payudara Erika. Saat merasa ujung penisnya mulai tenggelam dalam vagina, dengan gerakan mendadak Jarot mengangkat penisnya ke atas, tanpa ampun penisnya melesat menusuk vagina Erika.
“Aaaaaa.. ahhhhh….”
Tubuh mulus Erika pun menggelinjang dalam pelukan Jarot. Saat itu Malik yang tidak tahan mengarahkan penisnya ke pantat Erika
“Aduh..!!jangan bang..!! tolong jangannn…” Erika memohon saat Bang Malik mulai melakukan penetrasi ke duburnya
“AWWWWWWWW….” jerit Erika terdengar keras saat anusnya ditembus penis.
Baru untuk yang pertama kali Erika merasakan dua batang penis menusuk anus dan vaginanya sekaligus. Sekujur tubuhnya gemetar hebat, harga dirinya direndahkan serendah-rendahnya di hadapan para laki-laki di tempat itu. Mang Dodi melotot dengan wajah mesum ia kembali sibuk menjepretkan kamera di tangannya untuk mengabadikan obsesi dari angannya yang terliar, Erika yang cantik mengerang disandwich oleh dua orang laki-laki berwajah beringas.
“Aduhh !! AOWWWW…!!” Erika menjerit dan memekik keras saat dua batang penis bergerak seolah sedang saling berlomba mencari kenikmatan dalam anus dan vaginanya.
Erika melenguh keras dalam rasa malu, ia dipermalukan semalu-malunya oleh Malik dan Jarot yang kasar dan beringas menghujamkan batang mereka ke dalam kedua lubangnya. Jerit dan pekik dalam rasa malu dan rasa direndahkan akhirnya berakhir dengan kepasrahan saat Erika merasa kedutan-kedutan nikmat yang menyebar ke seluruh tubuh. Dalam kepasrahan Erika merengek.
“He he he… nih susu buat yang mau…”
Malik menarik bahu Erika agar posisinya duduk menjengking ke belakang, otomatis buah dadanya membusung menggairahkan. Dua mulut mengejar mengecupi buntalan buah dada kemudian menghisap kuat puncak payudaranya. Bergantian Toto dan Kardi melumat dan mengulum bibir Erika, tangan mereka tak henti meremas buah dada yang membusung itu. Erang dan ringisan menabur sensualitas di wajah cantik Erika yang sedang dikeroyok oleh empat orang laki-laki berwajah buruk yang menuai kemenangan gemilang atas orgasme yang dialami Erika hingga penis Malik dan Jarot memuntahkan sperma panas dalam anus dan vaginanya.
“Sini cantik biar abang gendong…” Toto dan Kardi terkekeh menggoda Erika.
Penis kardi mengait vagina Erika dalam posisi menggendong berdiri berhadapan, reflek kaki Erika mengapit pinggang Kardi. Tidak berapa lama penis Bang Toto menusuk anusnya. Anus dan vagina Erika kembali menjadi bulan-bulanan dua batang penis yang bergerak dengan teratur menusuki liang vagina dan anusnya. Erika mengalungkan kedua tangannya pada leher Kardi, ia menyambut lumatan bibir laki-laki itu sesekali Erika menoleh ke belakang untuk berciuman dengan Bang Toto. Entah sudah berapa kali vaginanya berkedut dalam nikmat orgasme sebelum akhirnya diiringi suara lenguhan panjang wajah cantik Erika menengadah ke atas langit saat ia tersiksa dalam buaian puncak klimaks bersamaan dengan semburan sperma panas Bang Toto dan Kardi. Mang Dodi tersenyum lebar menyaksikan tubuh Erika yang putih mulus merosot turun. Erika kecil yang kini tumbuh menjadi seorang remaja cantik terkulai dengan tubuh basah berpeluh dibawah kaki lima orang laki-laki berwajah sangar yang terkekeh puas menikmati kemudaan dan kemulusan tubuh moleknya. Tiga batang penis yang masih berdiri perlahan turun. Bang Somad , Bang Jarot, dan Bang Malik menembakkan spermanya pada wajah, payudara dan perut Erika. Sebentar saja Erika sudah belepotan cairan putih susu berbau menusuk itu. Mang Dodi mendekatkan kameranya ke wajah Erika.
“Gimana Non? Enak ga?” tanya Mang Dodi
Erika hanya mengangguk dengan senyum lemas. Ia menelan sperma dalam mulutnya agar tidak terlalu tersiksa dengan aromanya yang tajam. Terus terang, walaupun merasa dipermalukan namun dalam hati kecilnya ia mulai menyukai dan sangat menikmati suasana tadi.
“Lain kali mamang ajak entotan lagi Non mau kan?” tanya sopir itu lagi
“Mau…mau Mang” jawabnya
Begitulah awal dari kehidupan baru Erika sebagai budak seks sopirnya sendiri. Hari demi hari selalu ada saja pengalaman baru bersama Mang Dodi. Kesepian dan kurangnya perhatian orang tua membuatnya berpaling pada kesenangan terlarang.
0 komentar:
Posting Komentar