Cerita Sex Terbaru Istri Gelap Yang Haus Akan Sex – Bermula ketika aku mendapat respon dari beberapa wanita yg sempat membaca cerita cerita dewasaku, di antaranya seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di kota Makassar. Usianya kutaksir maksimal 28 tahun. Namanya Dina (samaran). Dia sangat tertarik dgn ceritaku dan ingin kenalan dgnku lebih jauh, bahkan kami sepakat lewat e-mail untuk saling tukar pengalaman.
Sy masih ingat, waktu itu iseng-iseng membuka inbox emailku siapa tau ada email yg masuk. Waktu itu Tepatnya 4 Juni 2003, sebuah alamat email yg bertuliskan @yahoo.au di ujungnya, kucoba klik dan ternyata ia mengajakku kenalan.-cerita mahasiswi- Akupun mencoba membalasnya sesuai janjiku pada setiap cerita dewasa yg kukirim, meskipun kalimatnya ala kadarnya yg penting tdk mengecewakan bagi pengirimnya. Apalagi namanya menunjukkan nama seorang wanita, sehingga pasti kuusahakan menyapanya.
Hanya dlm tempo 24 jam kemudian, email itu kembali muncul lagi di kotak emailku dan isinya menunjukkan ada keseriusan mau kenalan lebih jauh dgnku. Akupun semakin menunjukkan keseriusan mau kenalan denganya, apalagi setelah kuketahui kalau ia tinggal tdk terlalu jauh jaraknya dari kota tempat tinggalku. Kami hanya beda kota kabupaten, tp ada dlm satu wilayah propinsi Sulsel.
Balas membalas email antara aku dan Dina boleh dibilang cukup lancar. Bayangkan saja sejak 4 Juni 2003 hingga saat ini, Dina tdk pernah alpa mengirim email padaku dan tentu saja sebaliknya aku tdk pernah alpa membalasnya secara otomatis pada saat itu juga. Sampai-sampai kami membuat kesepakatan untuk buka dan kirim email setiap hari Senin, Rabu dan Jum’at (3x seminggu).
Banyak pengalaman dan informasi yg kami tukar. Mulai dari asal usul, pengalaman sex, ciri-ciri dan keinginan sex kami masing-masing serta jadwal pertemuan kami di kota makassar. Bahkan kami saling menginformasikan mengenai alat sensitif kami secara jujur, yg akhirnya sy kirimkan foto berkat pengajaran dari Dina soal cara mengirim foto lewat email, sebab saat itu sy masih awam dlm hal kirim mengirim foto lewat email.
Tdk kurang dari 25 kali kami saling membalas email, hingga sampai puncaknya pada tanggal 7 Oktober 2003, di mana kami betul-betul serius mau melakukan pertemuan secara langsung dan sekaligus memperaktekkan tentang pengalaman dan kebutuhan sex kami masing-masing.
Sy tdk pernah yakin kalau perkenalan lewat email itu bisa mempertemukan kami secara langsung, apalagi jarak antara kota sy dgn kota tempat tinggal Dina sekitar 200 km lebih. Namun kenyataan menunjukkan bahwa janji dan keinginan sex kami bukan hanya isapan jempol dan teori saja, melainkan kami betul-betul berhasil bertemu muka, bahkan melakukan praktek bersama di salah satu wisma di Makassar.
Bagi Dina mungkin tdk terlalu sulit menemukanku di terminal setelah kami janjian ketemu di salah satu tempat di kompleks terminal Panaikan sebab dia telah menerima fotoku lebih dahulu yg kukirim lewat email. Tp bagiku menemukan orang yg belum pernah kulihat sebelumnya, apalagi ciri-cirinya tdk sempat menjelaskan secara rinci di emailnya, tentu sangat sulit, sebab selain aku belum banyak pengalaman di kota Makassar, termasuk di terminal Panaikan, juga terlalu banyak wanita muda yg berkeliaran, apalagi aku belum yakin 100% atas janjinya mau menemuiku di terminal itu. Tp aku tetap bertekad untuk ke Makassar siapa tahu bisa jadi kenyataan, kalaupun ia permainkan aku, kuanggap hal itu sebagai pengalaman buatku.
Jam 7.00 pagi sy sudah naik mobil dan berangkat meninggalkan rumah tempat tinggalku menuju kota makassar dgn alasan sama istriku bahwa ada urusan bisnis penting selama sehari di Makassar agar ia izinkan aku berangkat. Namun karena berbagai hambatan diperjalanan, maka aku terlambat 1 jam tiba di terminal sebagaimana rencana yg kusampaikan Dina semula. Sebelum aku turun dari mobil tumpanganku, aku tiba-tiba gemetar dan merasa takut kalau-kalau dia lebih dahulu memperhaDinanku dan aku juga diliputi rasa was-wasa jangan-jangan dia mau menjebakku dgn membawa pasukannya atau teman laki-lakinya ke terminal serta berbagai macam dugaan yg muncul dibenakku.
Mataku mulai membelalak sejak mobil belok ke kanan dan berhenti di depan loket pembayaran retribusi hingga memasuki pelataran parkir. Aku turun dan membayar sewa mobil sambil berusaha tersenyum sendirian dgn perasaan tdk menentu kalau-kalau dia telah memperhaDinanku. Akibat konsetrasiku mencari seorang gadis muda yg sedang bingung mencari seseorang, maka hampir aku kecolongan memberi uang kepada orang lain yg tdk kukenal.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
Untung saja orang itu tdk segera mengambil uang yg kusodorkan itu, sebab ternyata yg kuserahkan sewa mobilku bukan sopir mobil itu, melainkan orang lain yg kebetulan mencari muatan buat mobilnya. Ini gara-gara terlalu gembira mau ketemu dgn seorang gadis yg belum tentu datang ke terminal itu, apalagi bodi dan ciri-ciri pakaiannya belum jelas sama sekali. Kejadian itu pasti tdk pernah terlupakan seumur hidupku.
Sekitar 20 m aku bolak balik dari pelataran paling bawah ke pelataran paling atas di terminal itu, bahkan hampir semua warung dan tempat duduk-duduk para penumpang bis aku intip tanpa ada rasa segan, meskipun aku tetap agak malu kalau-kalau ada penumpang dari kotaku asalku yg mengenal dan memperhaDinanku, yg bisa saja melaporkan sikapku itu pada istriku nanti. Setelah capek keliling, akhirnya aku putuskan untuk masuk wartel lalu menghubungi HV-nya, sebab lewat emailku sebelumnya aku telah berpesan agar tdk dimaDinan HV-nya hari itu.
“Halo, Dina yah? di mana kamu sekarang? aku ini ada di terminal mencarimu sejak tadi” demikian kata sy melalui telepon.
“Halo, betul ini Dina. Sy ada di kampus sekarang lagi makan siang ama teman-teman di warung kampus nih. Tunggu aja di situ yah, aku akan segera meluncur ke sana, tp tepatnya kamu nunggu di mana yah?” itulah jawaban Dina saat itu seolah menunjukkan keseriusannya mau ketemu dgnku.
“Oke sayang, aku akan setia menunggumu di depan wartel belakang pos pungutan retribusi masuk, sudah ngga tahan nih mau ketemu dgnmu” demikian jawaban singkat sy saat itu.
Hampir setiap mobil, terutama petek-petek dan taxi kuamati isinya dan penumpang yg turun kalau-kalau ia naik kendaraan itu, meskipun sesekali juga kuperhaDinan motor yg lewat jangan sampai ia naik motor. Hanya dlm waktu sekitar 20 menit kemudian, aku tiba-tiba mendengar suara panggilan dari sebelah kiri di mana aku duduk dgn sedikit tertahan, “Halo-halo, eh-eh,” ternyata suara itu adalah berasal dari seorang gadis muda yg sedang menjinjing tas mahasiswa, yg nampaknya diarahkan padaku.
Akupun segera berbalik ke arahnya, namun ia segera berjalan berputar di samping mobil yg ada di belakangku. Walaupun sedikit ragu, tp keyakinanku lebih besar mencurigai kalau wanita itu adalah Dina yg sejak tadi aku tunggu, aku cari dan aku idam-idamkan selama ini. Sambil mengikuti langkah kakinya, getaran jantungku semakin dag dig dug, dan tiba-tiba ia membalikkan wajahnya sehingga kami berhadap-hadapan dan saling menatap sejenak di tengah-tengah keramaian penumpang yg ada di terminal itu, hanya 30 cm jaraknya.
“Kamu Bondan khan” katanya dgn suara yg lembut.
“Yah, dan kamu Dina khan” aku balik bertanya dgn mengarahkan telunjukku pada wajahnya sambil kami tersenyum.
Entah apa yg bergejolak di pikirannya saat itu, tp yg jelas aku rasanya ingin langsung memeluk tubuhnya, untung segera kusadari kalau tempat ini dihuni oleh banyak orang, yg tdk mustahil ada yg mengenal kami. Tanpa banyak basa basi lagi, ia segera naik mobil petek-petek dan akupun segera mengikutinya bagaikan kerbau yg dicocok hidungnya. Di dlm mobil, kami banyak membicarakan soal ketdkpercayaan kami atas pertemuan ini, bahkan pengakuannya ia sedikit agak kesal dan hampir putus asa menunggu sejak pukul 10.00 pagi tadi di terminal sesuai informasi yg telah kusampaikan, namun aku berkali-kali minta maaf atas keterlambatan tiba di terminal mobil yg kutumpangi itu.
Dari 2x pindah petek-petek menuju wisma yg telah ia janjikan dlm emailnya, kami tdk pernah kehabisan bahan bicara, bahkan kami duduk sangat rapat, sehingga anginpun sulit melewati perantaraan duduk kami. Tubuh kami seolah melengket pakai lem tanpa ada perasaan malu sedikit pun dari penumpang lainnya. Dlm hati sy biar mereka memperhaDinan kami toh mereka tdk mengenal kami. Kami bagaikan suami isteri yg baru ketemu setelah sekian lamanya berpisah. Betul-betul saling melepaskan kerinduan.
Sekitar 30 m dari wisma yg kami tuju, Dina tiba-tiba menghenDinan mobil lalu turun dan akupun mengikutinya. Maklum aku belum banyak kenal kota Makassar. Meskipun aku tetap selalu berusaha untuk membayar sewa petek-petek setiap turun, tp selalu saja Dina mendahuluiku atau aku kalah cepat membayarnya. Sebagai seorang pria, akupun merasa berat dan malu, tp Dina nampaknya betul-betul mau membukDinan janjinya untuk memberikan layanan 100% jika aku datang menemuinya di Makassar.
Rencana pertemuan kami di kota Makassar betul-betul sudah sangat matang, sebab kami telah membeberkan kelemahan dan keterbatasan kami masing-masing lewat email, namun kami tetap saling berjanji akan menerima apa adanya, yg penting tujuan kami hanya satu yaitu saling memberi kepuasan sex sesuai kemampuan dan pengalaman serta keinginan kami masing-masing. Pekerjaan, keuangan dan penampilan, bahkan usia, kami telah sepakat untuk tdk mempersoalkannya.
Demikian seriusnya Dina mau menyenangkan diriku, sehingga ia siap membantu membayar sewa kamar wismanya dan siap memberikan tubuhnya sepenuh hati buatku serta mengorbankan perasaannya demi kebahagiaanku nanti. Bahkan kami telah janjian untuk saling menjilati kemaluan dan mencukur bulunya sebelum pertemuan, sampai-sampai ia memberitahukan jadwal tamu bulanannya agar kedatanganku nanti tdk bertepatan agar ia dapat melayaniku 100%.
Sebelum kami masuk wisma tersebut, Dina menyempatkan diri membeli aqua besar untuk keperluan dlm kamar nanti. Entah buat minum atau apa saja yg membutuhkan air. Setelah membayarnya, Dina meminta aku membawa air itu dan apapaun rasanya diperintahkan oleh Dina saat itu pasti kuturuti karena keseriusannya melayaniku, padahal Dina adalah seorang gadis muda, mulus, berkulit putih dan menggairahkan bagiku, apalagi seorang mahasiswi. Sementara aku termasuk sudah Setengah Baya yg berkulit hitam dan keriput, punya istri dan 3 orang anak lagi. Siapa tdk bahagia dan mangga berteman, apalagi bercinta dgn wanita seperti Dina itu yg ikhlas berkorban untuk kesenangan aku.
“Tik, apa wisma ini cukup aman buat kita? dan apa selama ini ngga sering-sering dirazia oleh petugas?” tanya sy pada Dina saat kami barengan masuk pintu wisma itu sambil mengawasi di sekelilingnya.
“Ngga taulah, sebab baru satu kali aku ke sini sewaktu pacarku membawaku dgn tujuan yg sama sampai aku tahu tempat ini, dan itupun sudah lama” jawabnya sambil menceritakan soal peristiwa persenggamaannya dgn pacarnya tempo hari di wisma tersebut.
“Mudah-mudahan aja ngga terjadi apa yg kita khawatirkan” katanya lebih lanjut.
Selesai kami lihat tarif dan kamar yg kosong pada serlembar kertas di atas meja pelayanannya, Dinapun membuka dompetnya dan aku usulkan untuk gabung saja biar lebih ringan pembayarannya. Waktu itu, kami hanya membayar Rp. 55.000 untuk 6 jam, sebab nampaknya kamar lainnya penuh semua, dan kupikir 6 jam itu cukup lama buat kami yg tdk rencana menginap. Bisa kami selesaikan beberapa ronde.
Tepat pada jam 2.00 siang, kami telah masuk di wisma yg tdk perlu sy sebutkan namanya itu. Setelah kami bayar, kami lalu naik ke lantai dua mengikuti petugas wisma dan masuk ke sebuah kamar yg dilengkapi dgn air minum, kamar kecil, TV color 14 inc dan sprinbad yg cukup besar ukurannya. Setelah petugas keluar dari kamar, tinggallah kami berdua dlm kamar. Dina menutup dan mengunci rapat pintu kamarnya lalu menutup semua gorden, lalu masuk sebentar ke kamar kecil lalu berbaring di atas rosban dgn pakaian masih lengkap.
Sedangkan aku terlebih juga lebih dahulu masuk kamar kecil buat buang air, lalu ikut berbaring disamping Dina. Sambil berbaring dgn pakaian masih lengkap, kami bincang- bicang dan saling mengutarakan rasa kerinduan kami selama ini. Tanpa aku sadar, tangan kananku sudah memeluk tubuh Dina dan Dinapun tampaknya tdk segan-segan lagi membalas pelukanku, sehingga kami saling berpelukan dlm keadaan berbaring menyamping.
“Aku sangat merindukanmu sayang, ingin sekali memelukmu” ucapanku sedikit berbisik ketika wajah kami sudah saling menyentuh sehingga napas kami sudah saling beradu.
“Aku juga sangat rindu padamu suamiku, mari kita lepaskan kerinduan kita” jawabnya sambil memasukkan lidahnya dlm mulutku, sehingga kami saling mengisap, saling bergumul dan memainkan lidah dlm mulut kami masing-masing.
Cerita Sex 2016 Dina Istri Gelapku Yg Tahan Lama – Permainan mulut dan lidah kami berlangsung semakin rapat dan cukup lama, sampai kami merasa terengah-engah akibat kecapean mengisap. Bahkan aku lupa mandi sesuai kesepakatan kami semula ketika kami saling berhadap-hadapan di tempat tidur itu. Demikian serunya permainan mulut kami, sehingga tdk ingin rasanya ada istirahat sejenak dan melewatkan kesempatan sedetikpun dlm kamar itu mumpung masih sempat.
Sambil bermain lidah, sy mencoba memasukkan tangan kananku ke dlm baju kain Dina hingga masuk ke dlm BH-nya yg ukurannya cukup sederhana. Sebagai seorang gadis yg jam terbangnya dlm dunia sex masih cukup terbatas bila dibanding dgn jam terbangku, tentu ia tdk tahan lama dipermainkan buah dadanya, apalagi sy remas-remas kedua buah dadanya dgn lembut dan sesekali menindis-nindis putingnya yg mulai mengeras dan menonjol itu.
Ia tdk mampu lagi sembunyikan kenikmatan yg ia rasakan dan terasa ia mulai terangsang, yg sangat kedengaran dari suaranya yg mengerang-erang kecil. Utungnya tdk ada orang yg dekat dgn kamar itu, sebab memang kamar itu berada dibagian paling depan dan disudut wisma sehingga kami leluasa bersuara agak keras sebagai tanda kenikmatan yg kami alami.
“Ngga mau mandi dulu Kak?” katanya mengingatkanku, karena kebetulan aku keringatan akibat perjalanan jauh dari daerah tadi.
“Nantilah, setelah kita bermain-main dulu, biar kita lebih lama bercumbu rayu” jawabku sambil tetap memainkan lidah ke dlm mulutnya dan meremas-remas teteknya yg montok itu.
Namun karena ia nampaknya sudah sangat terangsang, ia tiba-tiba melepaskan pelukannya dan mengeluarkan lidahku dari dlm mulutnya lalu duduk sambil satu demi satu ia buka kancing bajunya hingga terlepas dari badannya. Aku hanya mampu menatap indahnya tubuh seorang gadis mahasiswi. Mulus dan putih, namun sedikit agak gemuk sebanding dgn gemuk tubuhku, meskipun ia sedikit pendek dari ukuran badanku. Warna kulit kami sangat kontras karena kulitnya putih sementara kulitku agak hitam.
Setelah ia melepaskan baju kain yg dikenakannya, ia lalu kembali berbaring. Akupun melepaskan baju lengan panjang yg kukenakan seperti halnya pagawai kantoran saja. Kami kembali berpelukan dan bergumul di atas kasur yg empuk. Kali ini aku menindihnya meskipun ia masih mengenakan BH warna putih, sementara aku masih mengenakan baju dlm. Namun hal itu tdk sampai bertahan lama, sebab aku tdk tahan lagi mau segera melihat isi dlm BH-nya, sehingga aku lepaskan kaitnya dari belakang lalu meremas-remas secara bebas dgn kedua tanganku, bahkan segera kujilati dan mengisap-isap putingnya yg agak bulat dan sedikit membesar. Sehingga ia kegirangan seolah ingin teriak ketika aku maju mundurkan mulutku pada putingnya, yg kedengaran bunyinya akibat air liurku yg membasahinya.
Tanpa aba-aba dari Dina, sypun segera merosot rok panjang yg dikenakannya, lalu kugigit-gigit dan kutusuk-tusuk kemaluannya dari luar celana dlmnya. Dari luarnya menggambarkan kalau daging yg terbungkus CD-nya itu sangat montok dan kenyal serta sedikit mulai basah. Aku tak mampu lagi bertahan menjilatinya dari luar, sehingga aku segera saja menariknya keluar lewat kedua kakinya.
Ternyata dugaanku benar, di antara selangkangan Dina terdapat seonggok daging yg cukup empuk dgn tonjolan daging mungil antara kedua belahannya Nampah warnanya agak kemerahan dan kulit disekelilingnya juga berwarna putih seolah baru saja dicukur bulu-bulunya sesuai permintaanku dlm emailku sebelum pertemuan. Kini Dina dlm keadaan bugil penuh sambil baring dgn merenggangkan kedua paha yg menjepit daging empuk itu.
Tanpa aku tatap lama-lama, aku segera menjulurkan lidahku menelusuri daging empuk yg terbelah dua itu. Nampaknya aku tdk terlalu sulit masukkan lidah ke lubang tengahnya itu, karena memang sudah beberapa kali ditusuk dan dimasuki benda tumpul alias k0ntol sebelum kami sebagaimana pengakuannya lebih dahulu padaku lewat emailnya bahwa ia telah beberapa kali berhubungan sex dgn pacarnya, namun tdk sampai memuaskannya.
Semakin lama semakin kupercepat gocokan lidahku kedalam memeknya sehingga mengeluarkan bunyi seperti kucing yg menjilat air. Dina semakin histeris dan menggerak-gerakkan pinggulnya serta dia mengangkat tinggi-tinggi kedua kakinya hingga ujungnya bersentuhan dgn bahunya sambil tetap merenggangkannya. Aku semakin leluasa memasukkan lidahku lebih dlm dan memutar-mutarnya sehingga terasa memek Dina semakin mengeluarkan cairan yg membasahi seluruh dinding lubang memeknya.
“Aduh.. Kak.. enak sekali Kak.. terus Kak.. aahh.. uhh.. mm..” hanya suara itulah yg berulang-ulang keluar dari mulut Dina ketika aku menggerak-gerakkan ujung lidahku pada lubang memeknya.
“Kamu merasa enak sayang? Bagaimana sekarang? Sy masukkan saja?” pertanyaan sy sambil kupermainkan lidahku dlm lubangnya.
“Auh.. hee, ohh.. ehh.. mm..” Suara itu semakin menaikkan rangsanganku sehingga akhirnya aku secara berturut-turut membuka celanaku satu demi satu dgn dibantu oleh Dina sampai tubuhku sudah telanjang bulat.
Kini kami saling bugil dan aku sedikit mundur persis di belakang pantatnya sambil berlutut dan mengarahkan ujung k0ntolku pada memek Dina yg sudah basah dan sedikit terbuka itu. Sebelum aku sempat menusukkan ujung k0ntolku ke lubang memek Dina, Dina terlebih dahulu meremas dan mengocok-gocok dgn tangannya sehingga aku semakin tdk tahan lagi bermain-main di luar.
Kini senti demi senti kudorong ke depan hingga ujung kemaluanku pas tertuju pada lubang kemaluannya. Dina hanya membantu dgn kedua tangannya membuka kedua bibir memeknya itu, sehingga k0ntolku dapat menembus lubang memeknya dgn mudah. Aku mengangkat tinggi-tinggi kedua kakinya hingga ujungnya berada di atas kedua bahuku. Kurasakan k0ntolku masuk menyelusup ke dlm memeknya Dina tanpa suatu kesulitan yg berarti hingga seluruhnya amblas. Dina semakin mengerang dan napasnya terengah-engah bagaikan orang yg lari dgn kencangnya. Suara dan napas kamipun saling memburuh, sekujur tubuh kami dibasahi oleh keringat. AC di kamar itu nampaknya tdk terasa pengaruhnya.
Dina menarik pinggulku dgn keras dan akupun menekan k0ntolku ke dlm memeknya juga dgn keras sehingga peraduan antara k0ntolku dgn memeknya semakin dlm dan kencang. Genjotan k0ntolku semakin kupercepat sampai-sampai peraduan paha kami menimbulkan suara cukup besar. Kami sempat memperhaDinan gerakan-gerakan kami itu di cermin besar yg ada di samping tempat tidur, yg diselingi dgn suara TV 14 inch yg sengaja kami keraskan suaranya agar tdk sampai orang curiga atas perbuatan kami dlm kamar.
Keringat yg membasahi tubuh kami semakin bercampur, sehingga terasa tubuh kami saling lengket. Dina nampaknya tdk puas dgn posisi di bawah, iapun segera mengeluarkan k0ntolku dari dlm memeknya lalu merobah posisi. Ia dgn sigapnya mengangkangiku lalu memasukkan kembali k0ntolku dlm memeknya lalu ia dgn cepatnya menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kenan, ke bawah dan ke atas, sehingga aku semakin sulit menahan lahar hangat yg tertampung dlm k0ntolku. Bahkan ia menawarkan padaku untuk membalikan tubuhnya membelakangi wajahku agar ia dapat dgn jelas mengamati gerakan-gerakan kami lewat cermin, namun aku menahannya agar tdk mengeluarkan lagi k0ntolku dari dlm memeknya sebab terasa aku sudah sangat mendesak ingin muncratkan spermaku.
Mungkin pengaruh capek habis naik mobil dari jauh barusan, sehingga aku betul-betul kecapean dan sulit lagi mempertahankan gejolak sperma yg memaksa ingin keluar. Tanpa seizin Dina, spermaku kutumpahkan dlm memeknya meskipun aku masih terus memompa memek Dina dari bawah dan mengikuti gerakan Dina hingga betul-betul k0ntolku keluar dgn sendirinya karena kehabisan cairan dan tenaga.
“Istirahat aja dulu Kak kalau capek, sy ngerti kok Kakak ini terlalu capek habis naik kendaraan hampir seharian” kata Dina dgn bijaksana sambil turun dari atasku lalu berbaring di sampingku.
Ia nampaknya tdk kecewa dan cukup mengerti atas keadaanku, sebab masih banyak kesempatan untuk mengulangi permainan kami sebentar. Apalagi sebelum kami melakukan semua itu, ia pernah berjanji akan memuaskanku dan ia tdk bakal kecewa atas keterbatasanku serta tdk terlalu menuntut untuk dipuaskan jika aku tdk mampu.
Mendengar kata-kata Dina itu, aku merasa malu dan tdk tau harus berbuat apa, sebab janji yg pernah kuucapkan pada emailku untuk memuaskannya, ternyata tdk mudah aku jadikan kenyataan. Entah, apa aku yg terlalu lemah dan loyo atau Dina yg terlalu kuat dan tdk mudah mencapai puncak kenikmatan seperti yg pernah disampaikanku lewat email bahwa sudah beberapa kali ia bersetubuh dgn pacarnya tp ia tdk pernah merasakan puncak kenikmatan sex. Apalagi usiaku jauh lebih tua di atas 10 tahun dari usianya, sehingga seharusnya aku perlu obat penambah kekuatan dan daya tahan untuk mengimbanginya. Namun aku terlalu ceroboh dan kurang memperhitungkannya, sehingga aku terpaksa KO lebih awal sebelum ia ada tanda-tanda akan puas. Aku terlalu mengandalkan pengalamanku yg mempunyai jam terbang lebih banyak dari dia, apalagi selama ini hampir semua wanita yg kusetubuhi merasa KO lebih dulu karena kemampuanku dlm merangsang.
“Maaf yah sayang, aku terlalu capek dari daerah, seharusnya istirahat lebih dulu sebelum kita berperang di atas kasur ini” kata sy untuk memberi alasan agar ia tdk putus harapan.
“Nga apa-apa kok Kak, sy khan tdk terlalu berharap dari Kak untuk dipuaskan, sebab sy hanya mau melihat Kakak puas dan bahagia bersamaku apalagi sy memang tdk mudah mencapai kepuasan sex Kak” jawabnya dgn sedikit tersenyum tanpa ada rasa kecewa sedikitpun diwajahnya.
“Kakak janji, ronde kedua nanti, akan kuusahakan agar Adik bisa juga merasakan nikmatnya sex. Sy malu dan tdk mau dikatakan hanya mementingkan diri sendiri, apalagi pasti akan membuat kenangan buruh dihati adik sepanjang masa, kita istirahat sejenak aja dulu Dik” begitulah ucapan sy pada Dina mencoba memberi harapan yg besar.
Setelah aku ke kamar mandi membersihkan kemaluanku, sy kembali berbaring disamping Dina dan berusaha merayu, memeluk dan mencium bibir dan keningnya serta mengelus-elus puting susunya. Tiba-tiba aku teringat pada vitamin yg sengaja kubawa dari daerah sebagai obat yg dapat mengembalikan kondisi tubuh, khususnya bagi yg berusia lanjut. Aku bangkit dari tempat tidurku, lalu menelannya 2 biji, lalu kembali berpelukan dgn Dina di atas kasur empuk itu. Ternyata tdk sia-sia, hanya dlm beberapa menit saja, k0ntol sy mulai terasa mengeras kembali, apalagi setelah dipegang-pegang oleh Dina.
“Yuk, kita mulai lagi” kataku sambil tersenyum pada Dina.
“Apa Kakak sudah siap lagi? Istirahat aja dulu sebentar Kak, waktu kita masih ada beberapa jam lagi di wisma ini” katanya seolah tdk mau memaksa kemampuanku.
Sambil berkata begitu, Dina mulai meremas-remas k0ntolku dan nampaknya ia juga sangat menginginkan hal itu. Dina segera bangun dan kembali mengangkangi tubuhku lalu mencoba memasukkan k0ntolku ke dlm memeknya yg masih basah karena belum dicuci. Ia sengaja sy minta agar lebih aktif dari aku, karena aku masih agak kecapean. K0ntolku yg sudah mengeras kembali itu tdk terlalu sulit dimasukkan sampai seluruhnya amblas ke dlm lubang memeknya. Dinapun mulai menggenjot terus dan kembali menimbulkan bunyi khas, bahkan kali ini ia berbalik membelakangi wajahku sehingga ia tertawa kecil melihat gerakannya pada cermin di sudut kamar itu. Setelah ia puas memandangi posisi kami, Dina lalu turun dan mencoba nungging di depan sy. Sypun mengerti maksudnya. Berkali-kali aku arahkan ujung k0ntolku pada memeknya yg agak sedikit menganga dari belakang, tp selalu saja mengenai lubang duburnya, sehingga ia menegurku karena merasa kesakitan.
Mungkin Dina atau sy yg kurang cocok dgn posisi itu, sehingga kami tdk jadi menerapkan posisi nungging itu, melainkan Dina kuminta berbaring terlentang lalu aku kembali menindihnya dan memasukkan k0ntolku dgn mudah lalu menggenjotnya dgn lebih keras dan cepat. Kali ini berlangsung agak lama daripada ronde pertama tadi.
“Ngomong ya Kak jika kau mau muncrat supaya aku tahu” katanya berbisik.
“Yah sayang, tp masih jauh rasanya” jawabku singkat.
Peluh kami mulai bercucuran dan basah sekali sekujur tubuh kami. Walaupun aku telah berusaha menahan spermaku untuk tdk terlalu cepat keluarnya, namun tetap saja Dina belum ada tanda-tanda akan mencapai puncaknya.
“Auh.. iihh.. eehh.. aahh.. uuhh..” itulah suara-suara yg menyertai gerakan pinggul Dina ketika aku semakin mempercepat gerakan pantatku menekan pnisku masuk lebih dlm lagi.
Sementara aku tetap berusaha untuk tdk mengeluarkan suara meskipun aku merasakan suatu kenikmatan yg luar biasa dibanding aku bersetubuh dgn istriku.
“Bagaimana sayang, masih jauh? Aku sudah mulai mau keluar nih, nga apa-apa khan sy keluarkan di dlm saja?” kataku berterus terang.
“Silakan Kak, aku sudah makan obat pengaman, ngga bakalan hamil kok, ibuku khan bidan, jadi mudah kudapatkan obat seperti itu” katanya meyakinkanku.
Tdk seberapa lama kemudian, akupun muncrat dlm memeknya dan kali ini Dina merasakannya dgn denyutan k0ntolku. Aku tetap berusaha menahan k0ntolku dlm memeknya, sehingga ia merasa hampir mencapai puncaknya.
“Kak, kayaknya aku sudah mau keluar nihh, auhh, mm.. hh” Katanya sambil terengah-engah dan bersuara agak keras.
“Bagaimana, sudah hampir sayang? Sy capek sekali nih” kataku terus terang mengalah, sebab k0ntolku sudah mulai loyo dan kehabisan tenaga sehingga sulit sekali bertahan di dlm.
K0ntolku dgn sendirinya keluar dari dlm memek Dina, sehingga kamipun berhenti bergoyang, nampun Dina tetap tdk menunjukkan kekecewaan dan putus asa di wajahnya.
“Aku telah merasa sedikit lebih puas dari ronde pertama tadi atau mungkin tadi aku udah muncrat tp aku ngga mengetahuinya” demikian katanya seolah bahagia dan senang atas pertarungan kami di ronde ke-2.
“Kita masih punya waktu sekitar 3 jam lagi di kamar ini sayang, mudah-mudahan kita masih bisa lanjutkan ke ronde yg ke 3, kita habiskan saja semua sisa-sisa kemampuan kita di tempat ini, sebab kapan lagi kita dapat kesempatan seperti ini” kataku penuh harap.
“Kalau sudah capek dan nga mampu lagi Kak, ngga usah diteruskan dan dipaksakan, khan sudah sama-sama kita merasakan suatu kenikmatan yg cukup, nanti lain kali aja kita bisa lakukan, sy selalu siap kok kapan aja Kakak mau asal beritahu lebih dulu” kata Dina dgn santun dan penuh penghormatan serta kasih sayang padaku, sehingga aku merasa tdk enak dan berat padanya.
Kali ini, aku kembali ke kamar mandi membersihkan k0ntol sy yg berlepotan dgn sperma, dan Dinapun menyusul, lalu kami sama-sama mengenakan CD kemudian berbaring sambil berpelukan, bermesraan, bahkan aku berusaha terus merangsangnya, terutama di bagian buah dadanya dgn mengisap-isap putingnya dan meremas-remasnya serta mengecup pipinya. Kami saling bercanda dan bersenda gurau layaknya suami istri yg seolah tdk ada beban dan ketakutan sama-sekali. Cukup lama kami bermain-main di atas tempat tidur itu tanpa pakaian kecuali CD. Sesekali Dina menyentuh k0ntolku dan meremas-remasnya dari luar CD, sedang aku juga menyentuh dan mengelus-elus memeknya.
“Kak, istirahat saja dan tidurlah, biar lebih segar perasaannya, aku rasanya ngga capek dan nga ngantuk” katanya merayuku berkali-kali agar aku berusaha tidur. Tp aku selalu takut kalau-kalau ia meninggalkan aku sendirian dlm kamar itu, sehingga mataku juga tdk mau tertidur apalagi sulit lagi kami dapatkan kesempatan emas seperti ini.
Entah pengaruh dari mana, tp yg jelas tiba-tiba k0ntolku kembali tegang dan bergerak-gerak dlm CD-ku, sehingga dirasakan pula oleh Dina yg sedang berbaring di bagian bawah perutku. Mungkin akibat vitamin yg kutelan tadi atau karena senda gurau kami yg terlalu asyik. Dina tiba-tiba bangkit dan duduk di sampingku sambil tertawa.
“Wah, ternyata bangun lagi Kak, apa Kakak masih siap melanjutkannya untuk ronde yg terakhir sebelum kita keluar dari wisma ini kak?” tanyanya dgn tersenyum dan nampak ia gembira melihat reaksi itu.
“Boleh saja, tp isap dulu donk biar lebih keras dan membesar lagi agar dapat bertahan lebih lama” jawabku dan meminta ia lebih aktif.
“Ayolah, mari kita coba mulai” katanya terburu-buru sambil membuka celana dlmku dlm keadaan aku tetap terlentang. Hangat dan nikmat sekali.
“Ahh.. usst.. oohh.. aduhh.. eenakk sekali sayang..” begitulah eranganku berkali-kali ketika Dina meraih dan memasukkan k0ntolku ke dlm mulutnya lalu menggocok-gocoknya dgn mulut.
Setelah aku merasa k0ntolku cukup keras dan membesar lagi dlm mulut Dina, aku dgn segera bangkit dari tidurku lalu menarik celana dlm Dina hingga keluar semuanya. Kali ini aku tarik Dina berbarik sambil miring sehingga kami berhadap-hadapan, lalu aku coba mengangkat satu pahanya ke atas dan memasukkan pahaku ke dlm selangkangannya, lalu menusukkan k0ntolku ke lubang memeknya hingga amblas seluruhnya.
Beberapa menit kami dlm posisi seperti ini sambil kami menggerak- gerakkan pantat maju mundur, akupun mengangkat Dina ke atasku sehingga ia menindihku tanpa melepaskan k0ntolku dari kemaluannya.
Kali ini Dina dgn keras dan cepatnya menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan kiri kanan, bahkan ia menarik kepalaku ke atas sehingga kami setengah duduk lalu duduk dgn meletakkan kedua pahanya di atas kedua pahaku, lalu pinggul kami bergerak seirama seolah kami saling mendorong dan menarik. Kami tdk mengubah lagi posisi hingga kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan, meskipun aku yakin jika Dina belum mencapai kenikmatan sex 100%, tp ia mengaku telah merasa puas merasakan kenikmatan sex yg belum pernah ia alami sebelumnya.
Selesai membersihkan badan dan berpakaian lengkap, kami saling mengecup dan ciuman sebagai tanda terima kasih sekaligus perpisahan sementara karena aku mau pulang ke daerah asalku. Kami berjanji akan mengulangi lagi setiap ada kesempatan.
0 komentar:
Posting Komentar