BLORA - Kasus tewasnya gadis cantik bernama Ferin Diah Anjani (21) warga Perum Sendangmulyo, Tembalang, Semarang, menggegerkan banyak kalangan. Pembunuhan sales promotion girls (SPG) itu kelewat sadis dan mayatnya ditemukan gosong terbakar di kawasan Hutan petak 133 D Resor Polisi Hutan (RPH) Ngawenombo, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngawenombo, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Blora, Desa Sendangwates, Kecamatan Kunduran, Blora, pada Rabu 1 Agustus.
Berikut adalah fakta-fakta menarik yang dihimpun dari keterangan polisi:
1. Pelaku Teman Medsos Korban
Polisi yang menerima laporan penemuan mayat tersebut bergerak cepat, dan dalam kurum waktu kurang dari 24 jam berhasil membekuk pelaku. Tersangka diketahui bernama pelaku Kristian Ari Wibowo (31), warga Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora. Dia merupakan teman baru korban yang dikenal melalui media sosial Instagram.
"Kita bertemu dengan kita bertemu dengan temannya (korban) yang menyampaikan bahwa pada malam tanggal 1 Agustus malam, korban janjian dengan seorang laki-laki yang baru dikenal. Jadi dia (korban) kenal pertama kali dengan pelaku melalui DM (direct message) Instagram, kemudian berlanjut melalui nomor WA (Whatsapp)," kata Kapolres Blora, AKBP Saptono, Rabu (8/8/2018).
2. Gigi Kelinci Jadi Kunci
Pengungkapan kasus tewasnya Ferin yang juga berprofesi sebagi cady golf itu sempat terkendala minimnya saksi. Namun, setelah dilakukan autopsi, polisi mulai menemukan titik terang dengan adanya pemutih gigi atau yang sering disebut gigi kelinci dari tubuh korban. Selain itu, korban juga diketahui sering melakukan perawatan sehingga menjadi petunjuk polisi untuk mendekati anak-anak muda yang gemar nongkrong di kafe-kafe.
"Bahwa hasil autopsi, perempuan ini bersusia 20-25 tahun dengan kondisi gigi menggunakan pemutih (gigi kelinci), dan dilihat dari jasad korban merupakan perempuan yang suka merawat diri. Sehingga, tim juga menyasar ke kafe-kafe ataupun hotel, atau tempat nongkrong anak-anak muda. Setelah ketemu dengan seseorang teman korban, atas nama Hengky yang menjelaskan ada temannya cewek sudah beberapa hari ini setelah bertemu dengan seseorang, tidak kembali lagi, tidak ada kabarnya," terangnya.
3. Ibunda Kenali Anting Korban
Polisi melanjutkan penyelidikan dengan mengumpulkan petunjuk dan keterangan yang diberikan saksi maupun teman korban. Dengan bekal anting yang ditemukan saat autopsi dan keterangan saksi, polisi mendatangi rumah orangtua korban.
"Setelah itu kita menghubungi ibu korban, dengan membawa anting yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara). Setelah antingnya ditunjukkan kepada ibu korban, langsung menyatakan benar bawah anting ini adalah milik anaknya yang sampai saat ini belum kembali," tambahnya.
4. Jelaga di Tenggorokan Korban
Kasus pembunuhan ini disebut sangat sadis karena, pelaku tak hanya menganiaya korban tetapi juga membakarnya hidup-hidup. Kedua tangan dan kaki korban diikat menggunakan lakban dan ditutup dengan selimut kemudian dipukuli hingga tak berdaya. Pelaku lantas menyiramkan satu liter bensin yang sudah disiapkan ke tubuh korban kemudian menyulut dengan api.
"Kemungkinan masih hidup (saat dibakar). Dari hasil autopsi, di tenggorokan korban masih ada gumpalan bekas asap (jelaga). Pada saat itu (dibakar) dengan menggunakan bensin. Korban setelah diturunkan dari mobil langsung disiram bensin satu liter, kemudian dibakar," lugasnya.
5. TKP dari Semarang ke Blora
Pelaku pembunuhan sadis terhadap Ferin diketahui bernama Kristian Ari Wibowo (31). Meski tercatat sebagai warga Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, namun dia tinggal di Semarang dan sebelumnya bekerja sebagai manager front office sebuah hotel di Kota Semarang. Namun, saat memperdata korban dia memilih hotel berbeda agar tak mudah dikenali mantan rekan-rekan bekerja.
"Pertemuan dengan korban terjadi pada 31 Juli sekira jam 7 malam. Kemudian sekira jam 11 malam meninggalkan hotel, dan sampai Blora jam 2 dini hari (1 Agustus). Korban kemudian diturunkan dari mobil, dan langsung disiram bensin satu liter, kemudian dibakar," tuturnya.
6. Demi Kuasai Rp4 Juta
Motif pembunuhan sadis ini diduga akibat pelaku ingin menguasai harta benda korban. Sebab, setelah meninggalkan jasad korban di lokasi kejadian, pelaku segera kembali ke Semarang untuk menggadaikan sejumlah perhiasan korban yang berhasil dilucuti.
"Pelaku ini membunuh korban karena motif ekonomi. Dia mengambil barang-barang dari korban. Karena dia khawatir tas dan handphone korban nantinya gampang terdeteksi, maka tas dan HP dibuang. Tapi untuk perhiasannya langsung digadaikan di salah satu pegadaian di Semarang. Digadaikan sebesar Rp4 juta," rincinya.
7. Bukan Kasus Pertama
Polisi menemukan fakta-fakta baru dalam pengembangan kasus tewasnya Ferin. Pelaku yang menjalani pemeriksaan maraton sejak ditangkap, memberi keterangan jika pernah melakukan kasus serupa pada 2011. Saat itu, polisi menemukan sesosok mayat wanita yang juga dibakar di kawasan Todanan Blora.
"Jadi hasil interogasi kita, ternyata ada kejadian hampir sama. Sehingga kita terus dalami, kita interogasi. Dia mengakui (melakukan pembunuhan serupa) pada tahun 2011. Penemuan mayat perempuan yang dibakar juga di wilayah Todanan Blora, dia ternyata pelakunya. Saat awalnya (melakukan pembunuhan) menggunakan barbel (untuk memukul korban)," jelasnya.
0 komentar:
Posting Komentar