Arak-arakan Mikoshi dan Dashi Budaya leluhur yang berasal dari Jepang
Keramaian terlihat di sepanjang jalan area festival Ennichisai 2018. Para pemanggul kuil portabel “Mikoshi” terlihat bersemangat walau berjalan di bawah terik matahari siang itu, Minggu (1/7/2018). Tradisi ini dilakukan dengan arak-arakan “Mikoshi” dan “Dashi”. “Mikoshi” merupakan kuil kecil yang diarak sekumpulan orang.
Di Jepang, Mikoshi dipercaya sebagai kendaraan para dewa dan dibawa berpawai keliling kota. Sedangkan “Dashi” adalah kereta besar yang membawa para peserta yang menabuh drum dan bedug khas Jepang bernama “Taiko”.Mikoshi berbentuk kuil yang berhiaskan ornamen yang didominasi warna emas, hitam, dan merah.
Kuil portabel ini diikat pada balokan kayu panjang agar para peserta bisa membawanya di atas bahu mereka. Laki-laki, perempuan, tua, muda terlihat mengenakan pakaian khas jepang dan secara gotong royong memanggul “Mikoshi”. Diikuti “Dashi”, kereta besar yang diatasnya dipenuhi anak kecil yang menabuh drum ikut memeriahkan arak-arakan ini.
Para pemuda sembari menarik “Dashi” menggunakan tali tambang. Uniknya, arak-arakan yang mengitari area festival Ennichisai ini bukan hanya dibawakan oleh orang Jepang namun juga warga lokal. Secara bergantian laki-laki dan perempuan menggotong “Mikoshi” tersebut.
Sesekali para peserta berhenti untuk menyapa para pengunjung sambil beristirahat sebelum melanjutkan kembali mengitari area kuliner Ennichisai. Tradisi arak-rakan masyarakat Jepang ini hadir di festival budaya dan kuliner Jepang, Ennichisai 2018. Berlokasi di Little Tokyo, Blok M Square, Jakarta Selatan, acara ini diadakan selama dua hari mulai 30 Juni – 1 Juli 2018.
Di Jepang festival ini diadakan saat musim panas dan musim gugur. Tradisi 'Mikoshi' ini merupakan tradisi keagamaan dari berbagai agama dan daerah. Tujuannya untuk meminta rejeki kebutuhan sehari-hari.” Tutur Ohashi selaku Ketua Festival Mikoshi, saat ditemui di area Ennichisai 2018, Sabtu (1/6/2018).
0 komentar:
Posting Komentar